Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Nasib Natasya yang Disiram Air Keras oleh Belly Villsen Setelah Sakit Hati Diputuskan

Pelaku utama, Belly Villsen (25), adalah mantan pacar Natasya dan mahasiswa S2 Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta. . kondisi terkini Nata

Penulis: Puspita Dewi | Editor: galih permadi
Bangkapos
Nasib Natasya yang Disiram Air Keras oleh Belly Villsen Setelah Sakit Hati Diputuskan 

Nasib Natasya yang Disiram Air Keras oleh Belly Villsen Setelah Sakit Hati Diputuskan


TRIBUNJATENG.COM - Natasya Hutagalung, seorang mahasiswi Sekolah Tinggi Pemerintahan Masyarakat Desa (APMD) Yogyakarta berusia 21 tahun, menjadi korban penyiraman air keras di indekosnya pada 24 Desember 2024, 


Pelaku utama, Belly Villsen (25), adalah mantan pacar Natasya dan mahasiswa S2 Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 


Belly tidak terima diputuskan oleh Natasya pada Agustus 2024 dan merencanakan aksi ini dengan menyewa eksekutor bernama Satim yang ia kenal melalui media sosial. 


Akibat serangan tersebut, Natasya mengalami luka serius, terutama pada mata kirinya yang hingga kini belum bisa terbuka. 


Keluarga Natasya sangat terpukul dan berharap pelaku dihukum seberat-beratnya, bahkan menginginkan pelaku merasakan penderitaan yang sama seperti yang dialami korban. 


"Jadi kami itu pengennya itu sebenarnya kalau bisa tuh pihak hukum kasih siram juga air keras ke Billy dan si Satim ini," ujar Tarida Hutagalung, tante Natasya, Sabtu (28/12/2024).


Tarida menjelaskan bahwa hukuman berat tersebut bukan tanpa alasan.


Menurutnya, luka yang dialami Natasya akibat siraman air keras itu akan membekas seumur hidup.


"Tak hanya luka fisik, trauma dari peristiwa penyiraman air keras juga dirasakan seumur hidup," katanya dengan suara bergetar.


Keluarga Natasya juga mengungkapkan bahwa mata kiri Natasya sampai saat ini belum bisa dibuka.


"Banyaknya air keras yang tumpah ke muka Natasya, yang kami panggil Tasya, itu membuat kedua matanya, khususnya yang sebelah kiri, sampai saat ini belum bisa untuk dibuka," ujar Tarida.


Dia menambahkan, untuk mata kanan Natasya, meskipun bisa dibuka, hanya dalam waktu singkat.


"Kalau mata sebelah kanan bisa dibuka tetapi hanya sebentar setelah itu tidak bisa lagi, karena memang masih sangat-sangat perih," jelasnya.


Saat ini, Natasya masih dalam proses perawatan karena kondisinya yang parah.


"Kondisinya saat ini sudah sadar, tetapi anak kami ini mengalami trauma dan rasa takut," kata Tarida.


Belly Villsen sendiri merupakan mahasiswa magister (S2) Hukum di Universitas Atma Jaya Yogyakarta.


Belly Villsen merupakan dalang dari penyiraman air keras terhadap Natasya Hutagalung.


Korban, Natasya disiram air keras oleh S, orang suruhan B.


Korban disiram air keras pada Selasa (24/12/2024) saat keluar dari kamar mandi di kosnya.


Kasat Reskrim Polresta Yogyakarta, DI Yogyakarta, Kompol Probo Satrio menuturkan, penyiraman air keras ini dilandasi oleh B yang sakit hati karena diputuskan oleh korban.


"Pada Agustus 2024 mereka pisah alasan masing-masing akhirnya putus. Yang laki-laki gak terima,"  ujar Probo.


Sejak putus, B berusaha untuk mengajak korban balikan.


"Namun (korban) gak mau."


"Akhirnya ada ancaman pelaku intinya kalau gak bersatu kalau sakit ya sama-sama merasakan."


"Kalau hancur ya, hancur semua," jelas Probo.

Ia juga menjelaskan, aksi penyiraman ini sudah disiapkan oleh pelaku dengan matang.


"Saat itu korban masih nangis dan bisa diajak komunikasi sedikit-sedikit."


"Jadi, kemudian setelah kita mendapatkan data dari korban. Kita bisa mengarah ke pelaku," kata dia.


Pelaku B alias Billy ini disebut sempat tak mengakui perbuatannya.


Kepada polisi, B mengaku memiliki dua HP dan salah satunya hilang beberapa hari sebelum kejadian.


Ternyata, ponsel tersebut dibuang oleh B.

"Dia membuang ponsel-nya itu. Ponsel-nya itu dibuang di sebelah gudang. Namun, setelah kita lakukan pengejaran, kita dapatkan HP dan kita temukanlah di HP itu komunikasi dia dengan eksekutor," katanya.


Dari ponsel tersebut, ditemukanlah percakapan antara Billy dan S alias Satim.


"Malam itu, walaupun eksekutornya ini juga sulit untuk ditemui, kami dari tim unit enam resmob, bisa mengamankan si S ini," kata Probo, dikutip dari Kompas.com.


Ia menambahkan, air keras yang digunakan untuk menyiram korban dibeli oleh S.


"Jadi, karena si S ini kan minta uang operasional kepada si B, akhirnya diberi sampai enam kali itu Rp 200.000, Rp 300.000, ada Rp 400.000, yang nilainya totalnya Rp 1,6 juta."


"Dia yang beli (S). Dia belinya di daerah Malioboro, di salah satu toko kimia. Dia belinya 1 liter," katanya.


Saat S beraksi, air keras tersebut juga mengenai jarinya hingga melepuh.


"Kemudian waktu dia nyiramkan itu, dia kena sininya, kena tetesan air juga. Air keras.


 Makanya tersangka itu sininya (ibu jari) melepuh. Jari-jari ini, di jempol ini," bebernya.

Probo menambahkan, sebelum pelaku S beraksi, ia sempat dihubungi oleh B untuk diberitahu alamat kos korban, Selasa (24/12/2024) sekira pukul 17.00 WIB.


"Ternyata benar. Ke gereja sekitar 19.00 WIB entah darimana akhirnya pelaku S datang ke kos korban jam 18.30 WIB," terang Probo, dikutip dari TribunJogja.com.


Setelah sampai di depan gerbang kos, pelaku langsung masuk ke kamar korban.

Lantaran pintu kamar korban agak terbuka dan pelaku melihat korban selesai mandi, S langsung beraksi.


"Langsung tanpa kata, air disiramkan ke korban kena muka dan sekujur tubuh. Kemudian korban berteriak pelaku langsung lari," ujar Probo.


Setelah melancarkan aksinya, S langsung kabur menggunakan sepeda motor dan ojek online.


(*)

 

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved