Wabah PMK
Amri Pedagang Sapi di Kabupaten Semarang Keluhkan Turunnya Jumlah Pembeli saat PMK Merebak
Seorang pedagang sapi di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Amri (50) mengaku mengalami penurunan penjualan hewan ternaknya sesuai penyakit mulut.
Penulis: Reza Gustav Pradana | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN - Seorang pedagang sapi di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Amri (50) mengaku mengalami penurunan penjualan hewan ternaknya sesuai penyakit mulut dan kuku kembali merebak.
Permintaan yang menurun menyebabkan dirinya tidak berani merawat sapi-sapi dengan jumlah banyak.
Dia mengaku, kali ini hanya memiliki dua ekor sapi jenis pegon berusia sekitar tiga tahun di rumahnya.
Sedangkan, belum terdapat pembeli yang datang atau menghubunginya.
“Biasanya saya bisa merawat 15 ekor dan laku semua, namun sekarang tidak berani karena pada takut virusnya.
Saya heran kenapa malah ada lagi, mudah-mudahan tidak sampai masa Idul Adha,” kata Amri kepada Tribunjateng.com, Rabu (8/1/2025).
Penurunan permintaan tersebut diikuti juga oleh penurunan harga sapi.
Amri menyebutkan, sebelumnya sapi-sapinya bisa dijual rata-rata Rp17 juta per ekor.
“Sekarang jadi turun Rp2 juta, jadi Rp15 juta,” imbuh dia.
Menurut dia, dua ekor sapi yang kini masih dirawatnya masih sehat dan belum terdapat gejala-gejala PMK.
Meskipun demikian, Amri mengaku, tetap berusaha membuat sapinya sehat dengan rutin memberinya obat.
“Setiap sapi saya susah makan, saya beri Biodin untuk daya tahan,” imbuh dia.
Berdasarkan data dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang sejak 1 hingga 7 Januari 2025, tercatat sebanyak 88 ekor hewan ruminansia terjangkit PMK di seluruh wilayah.
Dari jumlah tersebut, enam ekor dinyatakan sembuh, dua ekor mati, dan sisanya masih dalam tahap penyembuhan.
Wilayah dengan kasus PMK terbanyak berada di Kecamatan Bergas dengan 17 ekor ternak terinfeksi, Kecamatan Bancak 15 ekor, Kecamatan Tengaran 13 ekor, serta Kaliwungu 10 ekor.
Sedangkan, wilayah lainnya melaporkan kasus di bawah 10 ekor.
Bupati Semarang, Ngesti Nugraha menegaskan bahwa pihaknya tengah melakukan pencegahan dan penanganan PMK agar tidak semakin menyebar.
Total populasi sapi di Kabupaten Semarang saat ini mencapai 48 ribu ekor, terdiri dari sapi pejantan, sapi penggemukan, dan sapi perah. Dari jumlah tersebut, terdapat sekitar 15 ribu ekor sapi yang belum mendapatkan vaksinasi.
Untuk itu, pemerintah telah menyiapkan vaksin yang diperlukan termasuk mengerahkan para tenaga medis.
“Hewan ternak yang masih aktif terkena PMK ini masih dalam proses penyembuhan oleh Dispertanikap Kabupaten Semarang.
Kami memberikan vaksinasi gratis kepada peternak yang memiliki satu hingga tiga ekor sapi,” kata Ngesti seusai Rapat Penanganan dan Penanggulangan PMK di Kabupaten Semarang di Kantor Bupati Semarang, Ungaran Barat, Rabu.
Selain itu, lanjut dia, hewan yang terpapar PMK dilarang masuk ke pasar hewan dan harus segera dikembalikan ke peternaknya.
Kepala Dispertanikap Kabupaten Semarang, Moh Edy Sukarno menambahkan, pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dalam menyikapinya.
Menurut Edy, satu di antara upaya mitigasi bagi peternak yakni menjaga kebersihan kandang, menjaga lalu lintas orang-orang yang masuk di kandang, hingga memberikan nutrisi yang bagus untuk hewan ternak.
“Kami masih memiliki stok obat PMK dan pengobatannya gratis.
Kami juga akan terus mengaktifkan gugus tugas pencegahan PMK di tingkat masing-masing kecamatan untuk mengawasi perkembangan penyebaran virus PMK ini,” pungkas dia. (*)
Pasca Wabah PMK, Pihak Swasta Diharapkan Beri Dukungan Peternak Sapi untuk Bangkit |
![]() |
---|
2. Dispertan Kota Semarang Ingatkan Panitia Kurban Tak Buang Limbah Sembarangan |
|
---|
Satpol PP Jateng Apresiasi Kota Semarang Tegas Lakukan Pengawasan Hewan Kurban Saat Wabah PMK |
![]() |
---|
Dispertan PP Karanganyar Lakukan Pendekatan ke Peternak Yang Belum Bersedia Sapinya Divaksin PMK |
![]() |
---|
Kota Semarang Dapat Jatah 100 Dosis Vaksin PMK |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.