Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Regional

Sosok Empan Supandi, Guru Yang Jalan Kaki 11 Km ke Sekolah, Ternyata Dibayar Rp 250 Ribu Setahun

Sosok Empan Supandi, guru yang rela berkorban berjalan kaki sejauh 11 kilometer demi bisa mengajar di MTs Thoriqul Hidayah.

Editor: raka f pujangga
Instagram.com/@info.jampangtengah
Sosok guru Empan Supandi rela berjalan kaki sejauh 11 kilometer setiap hari. 

TRIBUNJATENG.COM - Sosok Empan Supandi, guru yang rela berkorban berjalan kaki sejauh 11 kilometer demi bisa mengajar di MTs Thoriqul Hidayah.

Padahal gaji yang diperoleh dari mengajar itu pernah hanya dibayar Rp 250 ribu setahun.

Aktivitas itu pun rela dilakoninya setiap hari selama 14 tahun hingga viral di media sosial.

Baca juga: Inilah Sosok Hadi Nasrullah, Guru PPPK Yang Dibatalkan Statusnya Padahal Sudah Mengabdi 14 Tahun

Akhirnya kini Empan Supandi bisa bertemu Dedi Mulyadi Gubernur Jawa Barat terpilih.

Empan Supandi pun mengurai cerita soal kehidupannya yang belakangan viral.

Dedi Mulyadi menemukan fakta mengejutkan tentang latar belakang Empan Supandi yang telanjur viral karena kisah hidupnya.

Fakta tersebut berkaitan dengan kualitas dirinya mengajar sebagai guru.

Siapa yang menyangka rupanya Guru Supandi bukanlah guru yang lulus dengan gelar sarjana.

Empan Supandi viral baru-baru ini lantaran pengorbanannya setiap hari jalan kaki sejauh 11 km demi mengajar di MTs Thoriqul Hidayah.

Pria asal Kampung Ciguha, Desa Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat itu rela naik turun bukit dan melewati hutan hingga sawah demi mencerdaskan anak bangsa.

14 tahun mengajar, Pak Empan cuma digaji Rp200 ribu per bulan.

Bahkan di tahun 2011 saat pertama kali mengajar, Pak Empan cuma dibayar Rp250 ribu per tahun.

Penasaran dengan sosok Empan Supandi, Dedi Mulyadi tersentak saat tahu pendidikan terakhir sang guru viral.

Ternyata Empan Supandi bukanlah lulusan sarjana.

"Bapak waktu itu lulusan apa?" tanya Dedi Mulyadi, dilansir TribunnewsBogor.com dari tayangan Youtube-nya, Selasa (21/1/2025).

"Paket C," ungkap Empan Supandi.

 "Kenapa bapak bikin paket C waktu itu?" tanya Dedi lagi.

"Karena kami ingin menambah wawasan. Bayar sampai Rp1 juta," jawab Pak Empan.

"Termasuk manusia langka bapak, paket C bayar," imbuh Dedi.

Berbekal ijazah Paket C, Empan Supandi pun diminta mengajar di Mts tersebut oleh pemilik yayasannya langsung.

Kala itu Empan diminta mengajar mata pelajaran olahraga.

"Awalnya ngajar olahraga," pungkas Empan.

"Bapak ngajar olahraga ngajarnya gimana?" tanya Kang Dedi.

"Ya mungkin secara lari-lari, yang penting anak sehat, ngajar lari, voli, main bola," imbuh Empan.

"Olahraga kan bukan hanya praktek, ada teorinya. Bapak bisa teori olahraga. Cara bapak mengajar gimana? kan bapak enggak pernah sekolah pendidikan," tanya Kang Dedi.

"Ya secara mengembangkan aja. Misalnya tentang olahraga apa, saya sampaikan, saya jelaskan (dari buku)," jawab Empan.

Setelah olahraga, Empan Supandi beralih mengajar mata pelajaran sejarah kebudayaan islam dan pendidikan kewarganegaraan.

Kemudian di tahun selanjutnya, Empan Supandi diminta mengajar mata pelajaran bahasa Inggris.

Mengetahui Pak Empan mengajar bahasa Inggris, Kang Dedi kembali tersentak.

Terlebih Empan mengurai caranya bisa berbahasa Inggris meski cuma lulusan setara SMA.

"Bapak ngajar bahasa inggris, bapak belajar bahasa inggris di mana?" tanya Kang Dedi.

"Dulu kan waktu kecil ada radio sw, suka ada bahasa Inggris, BBC London, Rusia, saya suka walaupun tidak paham," ujar Empan.

"Bapak hanya mengandalkan pengetahuan yang didengar dari radio, kan harus ada grammar?" tanya Kang Dedi.

"Dulu (pernah kerja bikin pupuk) kan ada perusahaan pupuk, dulu suka ada pelajar Australia, Korea. Saya selalu berlatih bahasa inggris dengan dia," ucap Empan.

"Kemudian bapak nekat belajar bahasa Inggris?" tanya Kang Dedi lagi.

"Saat itu awalnya ditolak (Pak Empan menolak), saya tidak S1, saya belum fasih, selama 3 bulan anak tidak belajar, saya kasihan juga," ungkap Empan.

"Daripada enggak ada bahasa inggris, bapak ngajar bahasa inggris," imbuh Kang Dedi.

Belasan tahun mengabdi jadi guru sukarela, Empan nyatanya menyimpan kisah hidup pilu.

Sejak tahun 2015, Empan mengaku sudah diceraikan oleh istrinya.

Alasan perceraian itu kata Empan karena sang istri tidak tahan dengan penghasilannya yang tak seberapa.

Meski tak lagi memiliki istri, Empan tetap bertanggung jawab mengurus dan menyekolahkan dua anaknya.

Mendengar cerita Empan soal keluarga, Kang Dedi ikut terenyuh.

Terlebih diakui Empan, ia punya pekerjaan sampingan demi membiaya hidup dua anaknya.

"Uang Rp200 ribu gimana cukup beli beras, beli ikan, bayar listrik?" tanya Kang Dedi.

"Kan ada sampingan. Saya kalau pulang sekolah dagang sayuran, dipikul pak, keliling, demi anak," akui Empan.

"Kadangkala kalau ada orang nyuruh borongan (tukang pikul)," sambungnya.

Terenyuh dengan kisah hidup dan perjuangan Empan Supandi demi menjadi guru, Dedi Mulyadi akhirnya memberikan bantuan.

Kang Dedi memberikan uang ratusan juta untuk pembangunan rumah Empan yang nyaris roboh.

"Rumahnya saya bangunkan, senilai Rp100 juta," kata Dedi Mulyadi.

"Alhamdulillah bapak," imbuh Empan.

"Tetap semangat, luar biasa bapak," pungkas Dedi.

Bukan cuma untuk rumah, Kang Dedi juga memberikan uang untuk modal Empan berjualan sayur.

"Saya kasih Rp5 juta untuk dagang sayur, perasaan cukup untuk dagang sayur," ujar Kang Dedi.

Sebelumnya, usaha Supandi agar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya menjadi sorotan.

Jarak 11 KM dengan berjalan kaki ia tempuh setiap hari agar bisa ke sekolah dan mengajar.

Sosok guru honorer bernama Empan Supandi tengah menggugah hati banyak orang lantaran perjuangannya yang luar biasa demi bisa mendidik anak bangsa.

Demi mengajar di MTs Thoriqul Hidayah, Sukabumi, Empan Supandi rela berjalan kaki sejauh 11 kilometer setiap hari.

Momen Pak Empan jalan kaki belasan kilometer dari rumahnya di Kampung Ciguha, Desa Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi pun dibagikan akun Instagram sukabumitoday.

Dalam video tampak Pak Empan bersiap selepas subuh untuk menuju ke sekolah.

Sembari mengenakan kemeja putih, celana panjang dan jaket hitam, Pak Empan menggendong ranselnya.

Setiap hari Pak Empan harus naik turun bukit serta melewati area perkebunan demi bisa sampai ke sekolah. 

Setibanya di sekolah, Pak Empan disambut murid-muridnya di depan kelas.

Satu persatu murid Mts menyalami Pak Empan yang tiba di sekolah setelah menempuh perjalanan jauh.

Ditanyai warga, Pak Empan pun mengurai curhatan soal perjalanannya menuju ke sekolah.

Diungkap Empan, ia sering dibantu warga sekitar untuk bisa sampai ke sekolah menggunakan kendaraan.

Namun hal tersebut tak setiap hari diterima Pak Empan.

Jika tak dibantu warga, Pak Empan berjalan kaki sendirian menuju sekolah.

"Ngajar di Thoriqul," akui Pak Empan dikutip dari Instagram @info.jampangtengah.

"Bapak jalan? berapa kilo?," tanya warga.

"Jalan, dari Bojongopang 3 km, dari bojongopang ke bojongtipar 8 km," ujar Pak Empan.

"Kalau udah kenal mah, orang mah kasihan lihat saya jalan kaki," sambungnya.

Lebih lanjut, Pak Empan mengurai cerita soal kisahnya menjadi guru.

Ternyata Pak Empan sudah mengajar sejak tahun 2011.

Berstatus sebagai guru honorer, Pak Empan cuma digaji tak sampai Rp 200 ribu tiap bulan.

"Rata-rata per bulan dapat Rp 192 ribu. Kalau honorer kan setidaknya, saya bukan cari final seperti itu kan, cuma untuk menyumbangkan yang saya bisa," imbuh Pak Empan.

Kisah Pak Empan yang rela menempuh belasan kilometer demi mengajar itu sontak menyita perhatian dari publik.

Baca juga: Polisi Periksa Guru SD di Medan yang Hukum Siswa Duduk di Lantai karena Nunggak SPP

Netizen ramai melayangkan doa untuk sosok Pak Empan.

"Sehat, lancar dan dmudahkan segala urusan mu pak,"

"Saya malu pada diri saya, hormat Pak Empan,"

"Ini pahlawan sesungguhnya ,"

"Mohon ijin bpk negara kami tercinta mohon dibantu,"

"Sing neras damang bapak, berkah dunia akhirat aamiin,"

Untuk diketahui, Empan Supandi sudah menjadi guru selama 14 tahun. (*)

 

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Telanjur Viral Jalan Kaki 11 KM, Rupanya Guru Supandi Tak Sarjana, Kang Dedi: Cara Ngajarnya Gimana?

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved