Imlek 2025
Plesiran Kota Seribu Klenteng di Kawasan Pecinan Semarang
Tak jauh dari Kota Lama Semarang, gapura besar bertuliskan Pecinan Semarang dengan kombinasi warna merah dan biru serta bertabur hiasan
Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Tak jauh dari Kota Lama Semarang, gapura besar bertuliskan Pecinan Semarang dengan kombinasi warna merah dan biru serta bertabur hiasan lampion membawa para pengunjung yang datang seolah berada di Negeri Tirai Bambu.
Selayang pandang bangunan berlantai dua yang sudah berumur berderetan pada samping kanan dan kiri di jalan yang tak terlalu lebar, sekiranya hanya muat untuk dua mobil lewat saja.
Bangunan itu merupakan rumah toko (ruko) yang terlihat mirip, namun sebagian diselingi bangunan beraksitektur Tiongkok.
Bangunan berwarna merah dominan juga kuning keemasan sebagai selingan dan hijau pada atapnya, menjadi ciri dari keberadaan klenteng.
Pada tiap sudut Pecinan Semarang tak luput dari bangunan klenteng. Terkadang saat melintasi lokasi-lokasi itu, aroma dari Yongsua atau dupa cina tercium semerbak.
"Julukan seribu klenteng, merupakan julukan jumlah terbanyak klenteng yang ada di Semarang. Jadi masyarakat Pecinan Semarang terkonsentrasikan di lokasi Pecinan saat ini, tiap marga yang sudah punya duit membangun klenteng di situ, antara klenteng yang satu dan lainnya itu berdekatan," kata Johanes Christiono, Pemerhati Sejarah Semarang, Kamis (23/1/2025).
Namun demikian jumlah klenteng disitu ada sembilan bangunan saja. Kesembilan klenteng itu yakni, Tay Kak Sie, Kong Tik Soe, Tong Pek Bio, Ling Hok Bio, Tek Hay Bio, See Hoo Kiong, Hwie Wie Kiong, Siu Hok Bio, Hoo Hok Bio.
Dari kesembilan klenteng tersebut, Siu Hok Bio merupakan yang tertua dari kesembilan bangunan itu, kemudian disusul Tek Hay Bio dan klenteng Tay Kak Sie yang merupakan klenteng dengan altar terbanyak di Semarang.
"Klenteng Tay Kak Sie ini dibangun pada tahun 1746, dan saat ini klenteng tersebut memiliki altar dewa terbanyak dibandingkan klenteng yang ada di Semarang," tambahnya.
Johanes mengatakan, kebanyakan dari lokasi klenteng yang ada di pada kawasan Pecinan Semarang kebanyakan berada pada posisi tusuk satai.
Lokasi tersebut bagi masyarakat etnis Tionghoa tidak membawa keberuntungan baik untuk tempat tinggal ataupun sebagai berdagang. Sehingga lokasi itu, dijadikan klenteng atau rumah para dewa, agar lokasi sekitaran itu bisa diberkahi.
"Orang Tionghoa percaya, kalau lokasi tersebut dibangun klenteng, rejeki tidak akan lari. Karena mengusir kekuatan jahat dengan membangun rumah dewa," katanya. (Rad)
Baca juga: Penetapan Agustina-Iswar Hasil Pilwakot Semarang 2024 Tunggu Surat MK, Termasuk Kapan Dilantik?
Baca juga: Libur Panjang Akhir Januari, Ini Antisipasi Pertamina JBT Jaga Ketahanan Stok
Baca juga: Prediksi Timnas U-20 India Vs Suriah U-20 di Mandiri Challenge Series 2025: Siapa yang Lebih Siap?
PSMTI Gelar Baksos Donor Darah di The Park Semarang, Ada Doorprize Emas Hingga Sepeda |
![]() |
---|
Meriahnya Perayaan Cap Go Meh di Purwokerto, Ajak Masyarakat Renungkan Makna Kehidupan |
![]() |
---|
Tradisi Unik Kirab Toapekong Menyusuri 4 Penjuru Warnai Perayaan Imlek di Slawi, Ini Maknanya |
![]() |
---|
Warga Antusias Saksikan Kirab Gotong Toa Pe Kong di Kota Tegal |
![]() |
---|
Kirab Barongsai dan Liong Meriahkan Cap Go Meh di Solo, Atraksinya Tersebar di 4 Titik |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.