Imlek 2025
Tradisi Unik Kirab Toapekong Menyusuri 4 Penjuru Warnai Perayaan Imlek di Slawi, Ini Maknanya
Puncak perayaan Imlek 2576/2025 Klenteng Hok Ie Kiong Slawi Kabupaten Tegal menyelenggarakan kirab ritual gotong Toapekong.
Penulis: Desta Leila Kartika | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG.COM, SLAWI - Puncak perayaan Imlek 2576/2025 Klenteng Hok Ie Kiong Slawi Kabupaten Tegal menyelenggarakan kirab ritual gotong Toapekong, dimulai pada Rabu (12/2/2025) sampai Kamis (13/2/2025).
Perayaan Cap Go Meh di Klenteng Hok Ie Kiong Slawi pada Rabu dan Kamis dimeriahkan kirab ritual dengan mengarak Toapekong menyusuri empat penjuru di ruas jalan Kabupaten Tegal.
Selain itu, juga dimeriahkan dengan menyediakan makan gratis untuk masyarakat umum pada Rabu (12/2/2025) sebanyak 1.500 porsi, dan hari kedua Kamis (13/2/2025) sebanyak 1.500 porsi sehingga ada 3.000 porsi yang disediakan.
Baca juga: Verifikasi Kewarganegaraan, Kemenkum Jateng Ingin Tegaskan Status Kewarganegaraan Keturunan Tionghoa
Ketua Yayasan Adhi Dharma Klenteng Hok Ie Kiong Slawi Indra Kurniawan menjelaskan, empat penjuru di ruas jalan Kabupaten Tegal yakni keluar dari Klenteng Hok Ie Kiong Slawi menuju ke timur sampai pertigaan Purimas.
Kemudian putar balik ke barat sampai Toko Bima, dan putar balik lagi ke Selatan sampai BNI, kemudian putar balik lagi ke arah utara perempatan PLN masuk ke PT Gopek.
Setelahnya masuk ke kampung Budi Mulya, putar balik ke arah utara, kembali ke perempatan PLN ke selatan dan kembali ke Klenteng Hok Ie Kiong Slawi.
"Puncak perayaan Imlek berlangsung selama dua hari yakni Rabu (12/2/2025) dan Kamis (13/2/2025). Kirab ritual dimulai pukul 13.00-17.00 WIB, kemudian istirahat karena menghormati ibadah maghrib, nanti keluar lagi pukul 19.00-23.00 WIB," jelas Indra, pada Tribunjateng.com.

Menggotong Toapekong ke empat penjuru di ruas jalan Kabupaten Tegal, diterangkan Indra bertujuan mengarak para dewa yang ada di Klenteng Hok Ie Kiong Slawi.
Sedangkan untuk hari pertama ini yang diarak yaitu Kongco Tuan Rumah atau Kongco Hok Tik Cing Sin yang merupakan Dewa Bumi.
"Kenapa tandu istilahnya digoyang, maknanya untuk menyenangkan dewa yang ada di dalam tandu. Harapannya dengan membuat dewa senang, maka simpatisan umat mendapat keberkahan pada Imlek tahun ular kayu," ungkap Indra.
Indra menambahkan, jumlah tandu yang ada di Klenteng Hok Ie Kiong Slawi sebanyak enam tandu.
Sementara satu tandu memiliki berat kurang lebih 80-100 kilogram, biasanya diangkat oleh empat orang.
Baca juga: Calon Penumpang Kereta Api Dihibur Orkes Musik Tionghoa di Stasiun Semarang Tawang
Menurut Indra, mengangkat tandu berisi dewa tidak ada trik khusus karena sudah terbiasa.
Tapi ketika tandu "digoyang" dikatakan Indra tumpuan di kaki satu yang harus mengikuti goyangan.
"Momen Imlek tahun ini, saya berharap tradisi dan kultur yang ada di Klenteng Hok Ie Kiong Slawi selalu berkesinambungan dan terjaga," harap Indra. (dta)
PSMTI Gelar Baksos Donor Darah di The Park Semarang, Ada Doorprize Emas Hingga Sepeda |
![]() |
---|
Meriahnya Perayaan Cap Go Meh di Purwokerto, Ajak Masyarakat Renungkan Makna Kehidupan |
![]() |
---|
Warga Antusias Saksikan Kirab Gotong Toa Pe Kong di Kota Tegal |
![]() |
---|
Kirab Barongsai dan Liong Meriahkan Cap Go Meh di Solo, Atraksinya Tersebar di 4 Titik |
![]() |
---|
Cap Go Meh di Tegal, Ferry Pedagang Asal Semarang Raup Cuan Hasil Jual Aksesoris Imlek |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.