Imlek 2025
Basuh Kaki Orang Tua: Tradisi yang Lama Hilang, Dibangkitkan Lagi di Semarang
Menjelang Tahun Baru Imlek 2576, tradisi basuh kaki orang tua kembali dibangkitkan di Kota Semarang.
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Menjelang Tahun Baru Imlek 2576, tradisi basuh kaki orang tua kembali dibangkitkan di Kota Semarang.
Perkumpulan Sosial Boen Hian Tong menggelar prosesi basuh kaki orang tua, yang berlangsung di Gedung Rasa Dharma, Senin (27/1/2025).
Prosesi ini melibatkan partisipasi lintas agama dan etnis, diikuti sebanyak delapan peserta yang dibasuh kakinya.
Manager Office, Ws Ling Ling menjelaskan, basuh kaki orang tua merupakan tradisi yang telah lama ada, namun sempat hilang dalam praktik sehari-hari.
Tradisi ini dibangkitkan kembali di Kota Semarang, tidak hanya melibatkan anak dengan orang tua, tetapi juga suami - istri, serta antar anggota keluarga lainnya, seperti antara adik dengan kakak dan nenek dengan cucu.
Basuh kaki orang tua menjadi simbol penghormatan, ungkapan cinta, dan permohonan maaf yang mendalam.
"Maknanya, menjelang tahun baru, harus punya kehidupan baru. Untuk kehidupan baru itu, saat membasuh kaki inilah kita menyelesaikan hal-hal yang masih terpendam, baik anak kepada orang tua, suami kepada istri atau sebaliknya, juga mungkin orang tua merasa salah kepada anaknya.
Saat inilah, saat yang baik untuk memperbarui diri agar di tahun besok, khususnya tahun ini tahun ular kayu, menjadi hal yang lebih ringan bagi semuanya dan hidup lebih damai, karena uneg-uneg hati sudah diselesaikan," ungkap Ling Ling di sela prosesi basuh kaki.
Dia menjelaskan, prosesi ini digelar setiap tahun dan telah dilaksanakan sejak sebelum pandemi Covid-19.
"Harapan kami adalah agar tradisi ini terus berjalan dan tidak lekang oleh waktu," tambahnya.
Peserta yang hadir mengungkapkan berartinya momen ini bagi mereka. Satu dari peserta Noni Aliffah (17) mengatakan rutin mengikuti prosesi ini sejak kelas 2 SMP.
Ia menyatakan, kegiatan ini memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk meminta maaf dan mendapatkan restu dari orang tua.
"Dari acara ini, bisa menumbuhkan lagi tekad untuk terus berbakti. Jadi yang sebelumnya ndableg 'keras kepala', kurang nurut, bisa lebih berbakti," ungkap Noni.
Pada prosesi berlangsung, momen emosional sering kali muncul saat peserta diberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaan mereka.
Noni berbagi pengalaman tentang bagaimana ayahnya yang biasanya humoris, tiba-tiba menjadi serius saat diminta maaf.
PSMTI Gelar Baksos Donor Darah di The Park Semarang, Ada Doorprize Emas Hingga Sepeda |
![]() |
---|
Meriahnya Perayaan Cap Go Meh di Purwokerto, Ajak Masyarakat Renungkan Makna Kehidupan |
![]() |
---|
Tradisi Unik Kirab Toapekong Menyusuri 4 Penjuru Warnai Perayaan Imlek di Slawi, Ini Maknanya |
![]() |
---|
Warga Antusias Saksikan Kirab Gotong Toa Pe Kong di Kota Tegal |
![]() |
---|
Kirab Barongsai dan Liong Meriahkan Cap Go Meh di Solo, Atraksinya Tersebar di 4 Titik |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.