Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

UMKM

Kisah Slamet Banyubiru Jadi Korban PHK Lalu Bikin Kerajinan Eceng Gondok Bernilai Jutaan Rupiah

Pertumbuhan gulma yang menjadi satu di antara penyebab sedimentasi di Danau Rawa Pening, Kabupaten Semarang masih menjadi persoalan.

Penulis: Reza Gustav Pradana | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG/ REZA GUSTAV
PAMERKAN KERAJINAN TANGAN - Perajin eceng gondok, Slamet menunjukkan hasil kerajinan tangannya kepada Bupati Semarang, Ngesti Nugraha di Rumah Dinas Bupati Semarang, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang. Slamet memanfaatkan gulma di Danau Rawa Pening untuk diolah menjadi barang-barang bernilai tinggi. 

TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN - Pertumbuhan gulma yang menjadi satu di antara penyebab sedimentasi di Danau Rawa Pening, Kabupaten Semarang masih menjadi persoalan.

Eceng gondok yang tumbuh berkembang secara liar kerap dianggap menjadi satu faktor pengganggu lingkungan serta menyusutnya volume air di danau tersebut.

Meskipun demikian, eceng gondok justru mendatangkan kesuksesan bagi Slamet (51), warga Dusun Demakan, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang.

Baca juga: Nasib Pembangunan RS Muhammadiyah Blora Dihentikan Sementara Usai 4 Tukang Tewas Kecelakaan Kerja

Baca juga: Dr Nich Beauty Aesthetic Hadir di Salatiga, Yasip Khasani: Ini Bakal Jadi Ikon Healty Tourism

Pria yang tinggal di sekitar Danau Rawa Pening tersebut memaksimalkan kreativitasnya dengan mengolah eceng gondok menjadi bahan baku kerajinan tangan yang bisa dijual dan bermanfaat bagi konsumen untuk sehari-hari.

Sejumlah produk kerajinan yang dia hasilkan meliputi sandal, meja, tas, keranjang, bingkai cermin, kotak pakaian kotor, kotak tisu, hiasan replika, dan lain sebagainya.

Kreativitas itu muncul ketika Slamet tengah dalam kondisi terdesak seusai mendapatkan pemutusan hubungan kerja (PHK) dari pabrik pembuatan sandal dan sepatu kulit pada 1997.

“Jadi korban PHK tahun 1997, setelah itu saya melihat di televisi bahwa eceng gondok ternyata bisa dibuat menjadi kerajinan.

Berbekal ilmu yang pernah saya dapat waktu bekerja, saya coba mengerjakan membuat sandal dan sepatu dengan mengalihkan bahan kulit ke eceng gondok,” kata Slamet ketika dihubungi Tribunjateng.com, Minggu (9/2/2025).

Percobaan tersebut tidak berjalan mulus.

Slamet harus membuktikan kemampuannya tersebut dengan mengikuti sejumlah lomba kreativitas yang berakhir dengan raihan prestasi.

Prestasi itu yang akhirnya menguatkan niat dia untuk merintis usaha kerajinan tangannya.

“Alhamdulillah juara umum, mulai itu saya mengerjakan kerajinan ini,” imbuh dia.

Dengan kemampuannya ditambah bahan eceng gondok yang berlimpah di kawasan Danau Rawa Pening, Slamet berusaha belajar membuat berbagai macam produk dari batang eceng gondok dengan nama Renita Eceng Gondok.

Batang gulma tersebut akhirnya memiliki nilai yang lebih tinggi hingga akhirnya Slamet bisa mendapatkan keuntungan hingga jutaan Rupiah.

“Produk-produk yang saya jual sudah banyak sekali, mulai dari yang murah sampai jutaan.

Harganya bervariasi, mulai dari Rp45 ribu sampai Rp1.5 juta,” sebut dia.

Dagangannya pun dipasarkan secara luas, tak hanya di dalam negeri namun juga sampai ke mancanegara.

Slamet kini juga memiliki klaster dengan jumlah anggota 25 perajin yang tinggal di sekitar Danau Rawa Pening. 

Dia pun dipercaya untuk mengisi acara sebagai pembicara atau motivator kepada para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah di berbagai tempat.

Bahkan, dia kerap diundang di acara-acara pemerintahan yang memajang produk kerajinan tangan UMKM. (*)

 

 

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved