Berita Blora
Semburan Minyak dan Gas di Ngraho Blora, ESDM Telah Tinjau Lokasi Pastikan Tidak Beracun
Cabang Dinas (Cabdin) Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Wilayah Kendeng Selatan, menyebut telah
Penulis: M Iqbal Shukri | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, BLORA - Cabang Dinas (Cabdin) Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Wilayah Kendeng Selatan, menyebut telah meninjau langsung lokasi dua titik semburan gas, bercampur lumpur dan minyak mentah di Dukuh Kedinding, Desa Ngraho, Kecamatan Kedungtuban, Kabupaten Blora, Jumat (14/2/2025) lalu.
Pasalnya, ada dua lokasi titik semburan yang terjadi di Ngraho Blora, pada Kamis (13/2/2025) yakni semburan yang pertama lokasinya ada di area dekat sumur Caluk, kemudian lokasi semburan yang kedua berada di area sumur Kedinding.
Plt Kepala Cabang Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Wilayah Kendeng Selatan, Sinung Sugeng Ariyanto, mengatakan berdasarkan informasi dari Fungsi Legal and Relation (LR) PT. Pertamina EP Asset 4 Field Cepu, peristiwa semburan gas bercampur lumpur memang sering terjadi (hampir tiap tahun).
"Namun untuk debit yang besar seperti tanggal 13 Februari 2025 dalam 30 tahun terakhir hanya terjadi 3 kali," katanya, Senin (17/2/2025).
Semburan gas pertama, titik semburan yang terjadi pada tanggal 13 Februari 2025 di sebelah selatan (± 10 m) Well Head Sumur Caluk 1 milik pertamina dan merupakan bekas sumur tua peninggalan
Belanda, berlangsung dari pagi hari pukul 07.00 WIB hingga sore dengan ketinggian semburan hingga 2 meter.
Kemudian, pada malam hari semburan gas berpindah ke titik Semburan 2 di sebelah selatan (± 60 m) Well Head Sumur Caluk 1, berlangsung hingga saat kunjungan lapangan, Jumat (14/2/2025), namun dengan intensitas yang lebih kecil dan berangsur-angsur makin menurun tekanan gasnya.
Saat ini, semburan di kedua titik lokasi tersebut sudah berhenti.
Sinung, mengatakan berdasarkan Peta Geologi Lembar Bojonegoro lokasi titik sumur berada di puncak Antiklin Kedinding yang terpotong oleh sesar turun berarah Barat Daya – Timur Laut.
Sehingga dimungkinkan menjadi lokasi cebakan minyak yang ideal, diperkirakan reservoar migas berasal dari Formasi Ledok yang tersusun atas perselingan kalkarenit, batu pasir dan napal.
Sinung menjelaskan penyebab terjadinya semburan tersebut.
"Peristiwa semburan terjadi karena fraksi gas dari reservoar migas merembes keluar melalui rekahan-rekahan atau zona lemah lainnya dari batuan penudung dan naik ke atas hingga terjebak kembali di lapisan batuan di atasnya (dekat permukaan)," terangnya.
Menurut Sinung, semakin lama gas tersebut terakumulasi dan punya tekanan besar melalui rekahan, bekas sumur tua atau ona lemah lainnya, dan mampu mendorong sumbatan berupa lumpur atau sedimen lainnya, sehingga saat mencapai permukaan tanah akan menyebabkan terjadi semburan gas bercampur air, lumpur dan minyak mentah.
"Semburan awal biasanya tinggi namun seiring berkurangnya gas dan tekanan semburan tersebut akan melemah dan ketinggian semburan akan berkurang," terangnya.
Sinung menyampaikan peristiwa adanya rekahan yang dijumpai berdasarkan pengamatan di lapangan terjadi karena sumur tua yang menyemburkan gas terletak di tebing Kali (sungai/Creek) Uyah.
"Sehingga saat gas keluar kemungkinan terjadi getaran yang menyebabkan tanah di tebing longsor ke arah sungai, dan saat air dari semburan gas mengalir melewati celah terjadi erosi dan rekahan menjadi bertambah dalam," tuturnya.
Lebih jauh, Sinung menyampaikan berdasarkan pengukuran gas yang dilakukan oleh pihak pertamina, pada 14 Februari 2025 pagi tidak ditemukan indikasi adanya gas beracun (H2S, CO dan CO2 di lokasi) sedangkan gas hidoakrbon angkanya mendekati nol.
"Dari pantauan Cabdin ESDM Kendeng Selatan tidak tercium adanya bau telur busuk (penciri gas H2S) hanya tercium bau minyak mentah namun tidak menyengat," terangnya.
Adapun, untuk jarak lokasi ke dusun terdekat (Kedinding) sekitar 520 meter dan lokasi terletak di perladangan terbuka, dan lahan produksi perhutani, sehingga saat tertiup angin tidak terjadi akumulasi gas yang tinggi dan aman dari perkampungan.
"Tidak ada korban jiwa saat kejadian namun untuk sementara masyarakat dihimbau untuk tidak mendekati lokasi," terangnya.
Sinung menerangkan PT Pertamina sendiri saat ini telah memasang 8 titik barier atau oil boom (dan bisa ditambah sesuai kebutuhan) di Creek Uyah, sehingga alirannya tercegah tidak sampai Sungai Gelandangan dan dan Sungai Wado.
"Pihak Polda Jawa Tengah, Polres Blora dan Polsek kedungtuban juga telah mengamankan lokasi dan memasang garis polisi untuk mencegah masyarakat masuk ke lokasi," terangnya.(Iqs)
Satgas MBG Blora Temukan Beberapa Masalah pada Menu Makanan, Evaluasi SOP Diperlukan |
![]() |
---|
DPRD Blora Kritik TNI 'Ngurusi' Program Makan Gratis, Dandim Blora Beri Penjelasan Menohok! |
![]() |
---|
Sepi Pembeli dan Was-was Saat Hujan, Sutarni Harap Pasar Ngawen Blora Bisa Dibangun Kembali |
![]() |
---|
Perpusda Blora Dorong Orang Tua Hidupkan Tradisi Mendongeng untuk Anak |
![]() |
---|
DPUPR Blora Genjot Optimalisasi Irigasi Demi Dukung Program Ketahanan Pangan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.