Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jateng

Jelang Ramadan BI Ingatkan Potensi Kenaikan Harga Beras dan Cabai Akibat Curah Hujan Tinggi

Meski pertumbuhan ekonomi tetap kuat, Jawa Tengah mengalami deflasi sebesar -0,46 persen (month to month/mtm) pada Januari 2025

Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muslimah
Tribunjateng/Permata Putra Sejati
POTENSI KENAIKAN HARGA: Ilustrasi pedagang beras di Pasar Manis Purwokerto, Selasa (18/2/2025). BI mengingatkan adanya potensi kenaikan harga beras, cabai merah, dan cabai rawit akibat curah hujan tinggi di awal tahun serta meningkatnya permintaan menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. (Tribunjateng/Permata Putra Sejati) 

TRIBUNAJTENG.COM, PURWOKERTO - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra, menyampaikan pertumbuhan ekonomi Jateng pada 2024 mencapai 4,95 persen (year on year/yoy). 

Hal ini lebih tinggi dibandingkan beberapa provinsi lain di Pulau Jawa seperti Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Timur.

Dengan demikian perekonomian Jawa Tengah tetap menunjukkan pertumbuhan positif meskipun menghadapi tantangan global. 

"Perekonomian nasional juga masih solid dengan pertumbuhan 5,03 persen (yoy) pada 2024, lebih baik dibandingkan beberapa negara lain seperti Singapura (4,3 persen), Arab Saudi (4,4 persen), dan Malaysia (4,8 persen)," ujarnya dalam siaran pers, kepada Tribunbanyumas.com, dalam acara Angkring (updAte iNformasi dan perkembanGan eKonomi RegIonal jateNG) yang digelar di Kantor Perwakilan BI Jateng, Semarang, secara hybrid, Senin (17/2/2025). 

Baca juga: Jadwal Lengkap Libur Sekolah Saat Puasa Ramadhan dan Idul Fitri 2025: Februari, Maret dan April

Menurutnya ketahanan ekonomi Jawa Tengah ditopang oleh kuatnya permintaan domestik, terutama konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,15 persen (yoy) dan investasi yang meningkat 6,55 persen (yoy). 

Kinerja positif ini juga didukung oleh pertumbuhan di sektor industri pengolahan dan konstruksi, yang masing-masing menyumbang 1,16 persen dan 0,84 persen terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi.

Meski pertumbuhan ekonomi tetap kuat, Jawa Tengah mengalami deflasi sebesar -0,46 persen (month to month/mtm) pada Januari 2025, sejalan dengan tren di wilayah Pulau Jawa.

Penurunan harga didorong oleh penurunan tarif listrik, harga bawang merah, telur ayam, mobil, dan tarif kereta api.

Namun demikian, BI mengingatkan adanya potensi kenaikan harga beras, cabai merah, dan cabai rawit akibat curah hujan tinggi di awal tahun serta meningkatnya permintaan menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. 

Menyikapi hal ini, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jawa Tengah telah melakukan koordinasi intensif, termasuk melalui High Level Meeting (HLM) dan Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) pada 12 Februari 2025

Sebagai upaya menjaga stabilitas harga, langkah-langkah strategis yang akan diambil diantaranya perluasan program "Simanis" (Sinergi Inflasi Semakin Harmonis), pelaksanaan Gerakan Pangan Murah (GPM) serentak, peningkatan pengawasan stok pangan dan percepatan tanam menjelang Idul Fitri.

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, transaksi digital di Jawa Tengah terus meningkat pesat sepanjang 2024.

Transaksi Uang Elektronik (UE) naik 18,73 persen (yoy) dengan nilai Rp30,6 triliun, sementara penggunaan QRIS melonjak 385,12 persen (yoy) dengan 411,3 juta transaksi senilai Rp40,7 triliun.

"Digitalisasi sistem pembayaran semakin berkembang, baik untuk transaksi masyarakat maupun pemerintah daerah," terangnya. 

Dalam upaya mendukung transformasi digital di sektor keuangan, BI juga mendorong Elektronifikasi Transaksi Pemerintah Daerah (ETPD), dengan seluruh Pemda di Jateng mempertahankan indeks digitalisasi 96,25 persen pada 2024. 

Selain itu, implementasi Kartu Kredit Indonesia (KKI) untuk belanja daerah semakin luas, dengan 34 Pemda menerbitkan regulasi terkait dan 27 Pemda sudah menggunakannya.

Sementara itu, penggunaan uang tunai menunjukkan tren penurunan seiring meningkatnya pembayaran digital. 

Arus uang kartal keluar dari BI Jateng turun 6 persen dari Rp33,3 triliun (2023) menjadi Rp31,2 triliun (2024), sedangkan arus uang masuk turun 7 persen menjadi Rp35,9 triliun.

Di sisi lain, literasi keuangan dan pemahaman masyarakat terhadap Rupiah semakin meningkat. 

Indeks literasi Rupiah di Jawa Tengah mencapai 78,96 (kategori Baik), dengan edukasi kepada lebih dari 6,5 juta orang sepanjang 2024.

BI juga mengumumkan pencabutan Uang Rupiah Khusus (URK) "For The Children of The World" edisi 1999 dengan pecahan Rp150.000 dan Rp10.000. 

Masyarakat masih dapat menukarkan uang tersebut hingga 31 Januari 2035.

BI optimistis pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tetap kuat pada 2025, didorong oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga, investasi, serta stabilitas sektor pertanian yang lebih terjaga dibandingkan 2024.

Melanjutkan tren pemulihan ekonomi Jawa Tengah yang berkesinambungan, diperlukan langkah-langkah yang lebih strategis dan sinergi kebijakan antara pemerintah daerah dan Bank Indonesia. 

Perlunya keterlibatan pelaku usaha dalam mempertahankan produktivitas sektor-sektor utama dan menjaga iklim investasi tetap kondusif. 

Acara Angkring ini juga dihadiri oleh Deputi Kepala Perwakilan BI Jateng Nita Rachmenia dan Andi Reina Sari, serta beberapa kepala Kantor Perwakilan BI di daerah lain secara daring. 

Diantaranya yakni Kepala Kantor Perwakilan BI Purwokerto Christoveny, Kepala Kantor Perwakilan BI Tegal Bimala, dan Deputi Kepala Kantor Perwakilan BI Solo Hesti Candra Sari. (jti) 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved