Berita Pati
Saat Bule Muslim Asal Prancis Berbagi Cerita dengan Pelajar Pati, Kisah Mualaf hingga Islamophobia
Dua narsum keturunan Aljazair mengisahkan pengalaman tentang betapa dalam ber-Islam di Prancis, sangat banyak tantangan yang harus dihadapi
Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, PATI – Komunitas Penggerak Literasi Litbar menyambut bulan Ramadan dengan memberikan pengalaman kebudayaan yang berharga bagi para pelajar di Pati.
Bekerja sama dengan sekolah dan pondok pesantren, mereka menghadirkan "bule Muslim" asal Prancis untuk membagikan pengalaman ber-Islam di tanah Eropa.
Terdapat empat warga negara Prancis yang dihadirkan, yakni Quentin Choquer, Youness Boudjaadar, Théo Averly, dan Salah-Eddine Blisset Boudjadaar.
Dari keempat narasumber tersebut, hanya Théo Averly yang nonmuslim. Tiga lainnya merupakan pemeluk agama Islam.
Youness dan Salah-Eddine berdarah Aljazair. Quentin berdarah Prancis-Italia. Sementara Théo berdarah Prancis-Spanyol.
Baca juga: Update Kabar Remaja yang Viral Curi Pisang di Pati, Dapat Beasiswa tapi Harus Terima Konsekuensi
Menjelang Ramadan, yakni akhir Februari 2025, mereka menyambangi sejumlah sekolah dan pondok pesantren untuk berbagi kisah inspiratif.
“Kami mengajak anak-anak untuk mengenal bagaimana Islam di Eropa. Kegiatan ini berlangsung di SMAN 2 Pati, SMAN 3 Pati, Pesantren Ittihadul Muwahiddin Pati, dan SMPII Luqman Al Hakim Kudus,” ujar Ketua Komunitas Litbar Pati Yoyok Dwi Prastyo, Sabtu (1/3/2025).
Menurut dia, ketika mendengar keempat Muslim asal Prancis itu berkisah, audiens bisa merasakan dan menyadari bahwa ternyata, menjadi pemeluk Islam di Indonesia ternyata begitu mudah dan indah.
Begitu banyak "privilese" dan toleransi yang memudahkan pemeluk Islam untuk mempraktikkan agamanya dalam kehidupan sehari-hari.
"Untuk itu, tak berlebihan jika kita harus meningkatkan rasa syukur kita atas segala nikmat ini,” ungkap Yoyok.
Dia menjelaskan, empat narasumber yang dihadirkan berbagi tentang pengalaman hidup, motivasi, bahkan hal-hal lucu selama mempraktikkan agama Islam di Benua Biru.
Dua narsum keturunan Aljazair mengisahkan pengalaman tentang betapa dalam ber-Islam di Prancis, sangat banyak tantangan yang harus dihadapi.
Ada sentimen islamophobia, laïcité (sekulerisme), rasisme, hingga stigma negatif yang menjadikan kehidupan beragama mereka tak semudah di Indonesia.
Meski demikian, mereka mengaku masih beruntung memiliki teman, keluarga, dan orang-orang berpikiran terbuka yang selalu mendukung.
Sementara, Quentin yang seorang mualaf berdarah Prancis-Italia berkisah tentang bagaimana pada usia 17 tahun, dirinya mengalami kecamuk batin yang membuatnya meragukan pondasi keimanan yang dianut keluarganya.
Pada akhirnya, setelah mengalami perjalanan berliku dan bermacam tantangan, hidayah menghampirinya dan dia memantapkan diri untuk bersyahadat.
Antisipasi Banjir Musim Penghujan, Pemkab Pati Normalisasi Lima Titik Sungai |
![]() |
---|
PBB Batal Naik, Pemkab Pati Urungkan Renovasi Alun-alun dan Masjid Agung Baitunnur |
![]() |
---|
Polisi Lakukan Pengamanan Berlapis Rapat Pansus Hak Angket DPRD Pati Hari Ini |
![]() |
---|
AMPB Tetap Bergerak Demonstrasi ke Gedung DPRD Pati, Meski Digerogoti Tuduhan Mantan Sekutu |
![]() |
---|
Damai Dengan Bupati Pati, Yayak Gundul Kini Serang Balik AMPB Soal Penggelapan Dana ke Polda Jateng |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.