Berita Semarang
Menggapai Cahaya Ramadan di Pesantren: Perjalanan Santri Kilat Ponpes Raudhatul Qur'an
Ramadan kali ini terasa berbeda bagi Muhammad Husein Haikal, seorang siswa SMAN 7 Semarang.
Penulis: budi susanto | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Ramadan kali ini terasa berbeda bagi Muhammad Husein Haikal, seorang siswa SMAN 7 Semarang.
Alih-alih menghabiskan waktu libur sekolah di rumah, ia justru memilih menjalani pengalaman baru di Pondok Pesantren (Ponpes) Raudhatul Qur'an dengan mengikuti program Santri Kilat.
“Di sini saya belajar banyak hal yang tidak saya dapatkan di rumah atau sekolah. Saya semakin paham tentang puasa, salat, dan makna kebersamaan dalam pesantren,” ujar Haikal dengan antusias, Senin (10/3/2025).
Baca juga: Pesantren Kilat SMP Negeri 3 Batang, Kombinasikan Edukasi dan Permainan yang Menarik
Santri Kilat di Ponpes Raudhatul Qur'an merupakan program perdana yang digelar tahun ini.
Kegiatan yang berlangsung selama lima hari di awal Ramadan ini diperuntukkan bagi peserta dari luar pesantren yang ingin mengisi waktu libur sekolah dengan aktivitas keagamaan yang lebih mendalam.
Santri Kilat bukan sekadar program belajar agama, tetapi juga pengalaman merasakan kehidupan pesantren.
Para peserta menjalani serangkaian kegiatan seperti makan sahur bersama, tadarus Al-Qur'an, belajar fiqih dasar, tata cara wudu dan mandi wajib, pengajian kitab, berbuka puasa, hingga salat tarawih berjamaah.
Haikal mengaku mendapat perspektif baru tentang Islam selama mengikuti Santri Kilat.
“Yang paling penting bagi saya adalah bisa lebih memahami isi dari bacaan Al-Qur’an. Selain itu, di sini juga diajarkan bagaimana hidup mandiri dan lebih disiplin,” terangnya.
Menurut Risalatul Hidayati, santri yang telah mondok selama empat tahun di Ponpes Raudhatul Qur'an, program ini memberikan pemahaman mendalam bagi peserta yang baru mengenal dunia pesantren.
“Di sini tidak ada kewajiban mengkhatamkan Al-Qur’an, semua tergantung niat masing-masing. Tapi setiap hari ada jadwal mengaji pagi dan sore untuk menambah atau mengulang hafalan,” ungkap Risalatul.
Meski demikian, dalam program Santri Kilat ini, peserta dianjurkan untuk menyelesaikan minimal tiga juz per hari, dengan target khatam dalam lima hari. Tahun ini, program ini diikuti oleh 20 peserta dari Kota Semarang.
Bagi banyak peserta, pengalaman tinggal di pesantren bukan hanya tentang belajar agama, tetapi juga menemukan suasana yang membangun kebersamaan dan kedisiplinan.
Baca juga: Cerita 4 Hari Ramadhan di SMPN 3 Singorojo Kendal, Gelar Pesantren Kilat Hingga Salurkan Zakat
Setelah lima hari, peserta akan dipulangkan ke rumah masing-masing. Namun, bagi mereka yang ingin melanjutkan hingga 30 hari penuh selama Ramadan, Ponpes Raudhatul Qur'an tetap membuka kesempatan.
Dengan adanya program ini, Ponpes Raudhatul Qur’an berharap semakin banyak generasi muda yang mengenal dan memahami ajaran Islam dengan baik.
Bagi mereka yang mencari pengalaman spiritual yang lebih mendalam selama Ramadan, Santri Kilat menjadi jembatan untuk menggapai cahaya ilmu dan keimanan. (*)
Prakiraan Cuaca Kota Semarang Hari Ini Kamis 28 Agustus 2025: Hujan Ringan |
![]() |
---|
Mobilmu Mau Dipasang One Auto Film Premium? Cukup Bayar Rp2 Juta di Oneway Kaca Film Semarang |
![]() |
---|
Pemkot Evaluasi SOP Pengelolaan Gedung Cagar Budaya Setelah Kebakaran Resto di Kota Lama Semarang |
![]() |
---|
Lanjut Usia, Alasan Hakim Tipikor Semarang Tidak Cabut Hak Politik Mbak Ita Meski Divonis 5 Tahun |
![]() |
---|
Stok Beras di Kota Semarang Masih Cukup hingga 1 Bulan 21 Hari |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.