Berita Slawi
Latihan Kemandirian Warga Binaan Lapas Kelas llB Slawi Hasilkan Tenun Sarung Goyor dan Shuttlecock
Warga binaan Lapas Kelas llB Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, mengikuti beragam kegiatan pelatihan kemandirian yang tentunya bisa menghasilkan
Penulis: Desta Leila Kartika | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, SLAWI - Warga binaan Lapas Kelas llB Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, mengikuti beragam kegiatan pelatihan kemandirian yang tentunya bisa menghasilkan produk dan pemasukan.
Di Lapas Kelas llB Slawi, Kabupaten Tegal, warga binaan bisa mengikuti pelatihan seperti membuat tenun sarung goyor dan membuat shuttlecock daur ulang untuk badminton.
Kemudian ada pelatihan jasa laundry pakaian, pelatihan tata boga khususnya membuat gorengan, pertanian dan perkebunan, bahkan ternak lele.
Informasi tersebut disampaikan Kasi Pembinaan Narapidana dan Anak Didik (Binadik) dan Kegiatan Kerja (Giatja) Lapas Kelas IIB Slawi, Brian Dwi Ariesto Sidik, saat ditemui wartawan beberapa waktu lalu.
Dikatakan Brian, untuk tenun sarung goyor dan shuttlecock pihaknya bekerja sama dengan pihak ketiga di luar Lapas.
"Beberapa pelatihan kemandirian yang kami adakan untuk warga binaan terutama pertanian dan perkebunan, merupakan upaya kami mendukung serta menyukseskan program asta cita Presiden yakni ketahanan pangan," jelas Brian, pada Tribunjateng.com.
Diterangkan Brian, produksi yang dihasilkan warga binaan seperti sayuran dijual atau ditawarkan ke pihak luar Lapas.
Sayur dijual kepada keluarga warga binaan yang sedang berkunjung, ada juga pemasok yang mengambil sayuran ke Lapas Kelas llB Slawi.
Bahkan warga binaan Lapas Kelas llB Slawi juga melakukan ternak lele dan sudah ada pemasok yang mengambil ketika panen.
"Termasuk produk tenun sarung goyor dan shuttlecock juga sudah ada pemasoknya," kata Brian.
Masing-masing warga binaan terutama yang sudah terampil, bisa memproduksi satu lembar tenun sarung goyor per hari.
Sedangkan bagi yang masih belajar atau pemula seminggu bisa menghasilkan tiga pcs tenun sarung goyor.
Sementara untuk pembuatan shuttlecock, warga binaan bisa menghasilkan 10 sampai 15 slop per hari.
Menurut Brian, karena warga binaan bekerja membuat tenun sarung goyor dan shuttlecock maka mereka mendapat hak berupa upah.
"Besaran upah masing-masing sesuai capaian target pengerjaan. Tapi biasanya per orang bisa mendapat upah Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu per bulan. Sama halnya dengan pembuatan shuttlecock besaran upahnya kisaran Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu per bulan," ungkap Brian. (dta)
Baca juga: Polres Blora Sosialisasikan Hotline 110 Sambil Bagikan Takjil kepada Warga
Baca juga: Jadwal Film Bioskop Blora Hari Ini Sabtu 15 Maret 2025, Ada 6 Film Tayang
Baca juga: Jadwal Film Bioskop Pati Hari Ini Sabtu 15 Maret 2025
Polwan Polres Tegal Tanamkan Semangat Kepahlawanan Lewat Ziarah dan Tabur Bunga |
![]() |
---|
Budidaya Lelaki Peluang Bisnis Menjanjikan di Kabupaten Tegal |
![]() |
---|
Bupati Ischak Ajak Golkar Tegal Kawal Program Pemerintah Hingga 5 Tahun ke Depan |
![]() |
---|
Kuota Program Kuliah Gratis Sadesa Pemkab Tegal di Empat Perguruan Tinggi Hampir Terpenuhi |
![]() |
---|
Gobak Sodor: Permainan Tradisional yang Bangkitkan Nostalgia di Kalangan Pelajar Tegal |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.