Berita Banjarnegara
Kreasi Peternak di Banjarnegara Cipta Mesin Pencacah dan Penetas Telur, Pelanggan Sampai Luar Jawa
Tak cukup di situ, pemuda itu mampu menciptakan teknologi tepat guna berupa mesin pencacah yang berhasil dikomersilkan.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: M Syofri Kurniawan
TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Ternak berperan vital dalam ketahanan pangan sebagai sumber protein hewani.
Ternak juga penting untuk ketersediaan pangan dan gizi keluarga.
Kesadaran ini pula yang dirasakan Khoiru Ramadan, warga Desa Rakit Kecamatan Rakit, Banjarnegara.
Baca juga: Dulu Jadi Makanan Pokok Kini Ditinggalkan, Kisah Perjuangan Produsen Oyek Jagung Mencari Pasar
Pemuda itu bukan hanya bisa mencukupi gizi keluarga. Lebih dari itu, ternak unggas yang ia kembangkan bahkan bisa menghasilan banyak cuan.
Tak cukup di situ, pemuda itu mampu menciptakan teknologi tepat guna berupa mesin pencacah yang berhasil dikomersilkan.
Tanah kosong di belakang rumahnya yang tak seberapa luasnya, ia sulap menjadi kandang itik atau entok.
Suara soang saling bersahutan seperti sinyal hewan peliharaan itu sedang lapar.
Entok-entok itu bak pasukan yang berlari rapi ke arahnya saat dipancing makanan.
Ramadan tak segan bergulat dengan tanah becek penuh kotoran. Karena dari situ, ia berpenghasilan.
"Ini jenis entok jumbo, rambon, " katanya, Sabtu (29/3/2025).
Di sebelah kandang entok, ada kandang bambu berisikan ayam kampung yang tertutup rapat.
Sebuah mesin penetas berkapasitas ratusan telur sedang bekerja di dalam kandang.
Seperti umumnya peternak, Ramadan pun berharap peternakannya menghasilkan cuan.
Karenanya ia memelihara cukup banyak indukan.
Dari indukan banyak dengan beberapa pejantan, diharapkan bisnis pembiakan (breeding) nya cepat berkembang.
Hanya usaha itu yang memungkinkan dilakukannya di desa, di luar usaha pertanian.
"Kalau untuk penghasilan meliharanya harus yang banyak," katanya.
Tapi Ramadan sempat menghadapi hambatan. Kendala usaha peternakan ada di pakan.
Jika semua pakan atau konsentrat dibeli dari pabrikan, hasilnya tak bisa menutup modal.
Karena itu Ramadan memutuskan membuat sendiri pakan bermodal bekatul dan dedaunan.
Masalahnya, pekerjaan itu merepotkan jika dilakukan dengan cara manual. Butuh alat pencacah untuk melembutkan bahan-bahan.
Sayang harga mesin itu di pasaran tidak terjangkau olehnya.

Ciptakan Mesin Pencacah
Beruntung, Ramadan punya latar belakang sebagai teknisi las. Dengan keterampilannya, ia mencoba berkreasi untuk menciptakan mesin pencacah sendiri.
Kebetulan, ada tetangganya yang meminta tolong kepadanya agar dibuatkan alat pencacah.
Ramadan mulai berburu mesin pompa bekas. Ia juga mencoba membuat pisau pencacah dari bahan baja.
Ember cat ukuran 20 kilogram dijadikan bak penampung bahan.
"Tadinya ada yang minta dibuatkan, karena saya tukang las dianggap bisa, " katanya
Setelah berkali-kali melakukan ujicoba (trial and error), Ramadan berhasil menciptakan teknologi tepat guna.
Ia berhasil memodifikasi mesin pompa dan elemen lainnya menjadi alat pencacah yang handal.
Batang dan dedaunan yang ia masukkan ke mesin itu langsung digilas hingga remuk menjadi ukuran kecil. Sehingga mudah dicerna ternak.
Mulanya ia hanya memakainya untuk keperluan pribadi. Ia sendiri butuh alat itu untuk membuat pakan unggasnya.
Ramadan sempat iseng mengunggah karyanya ke media sosial Tiktok.
Siapa sangka, kontennya yang memperkenalkan alat pencacah ciptaannya viral.
Karyanya menuai pujian dari banyak orang. Bukan hanya mengapresiasi, sebagian dari mereka bahkan langsung memesan produknya.
Tak ingin menyiakan kesempatan, Ramadan terus menyempurnakan produknya agar layak dijual.
Ia akhirnya berani menerima pesanan dari pelanggan dengan harga wajar.
"Saya gak sengaja hanya iseng posting di Tiktok, tak tahunya FYP, " katanya.

Manfaatkan BRImo
Usai kontennya viral, Ramadan kebanjiran pesanan. Tidak tanggung-tanggung, pelanggannya banyak datang dari luar Jawa di antaranya Kalimantan.
Media sosial menjadi penghubung dia dengan para pelanggan dari berbagai daerah di Indonesia.
Lewat konten yang dia unggah di akun medsos, mereka percaya produknya teruji hingga mantab untuk memesan.
Ramadan sendiri mengklaim keunggulan produknya yang dibuat dari bahan pilihan.
Baik dari sisi kualitas maupun harga yang kompetitif.
Mesin pencacah karyanya ia jual dengan harga bervariasi, tergantung spesifikasi bahan dan kapasitas mesin.
Ia membanderolnya dengan harga mulai Rp 770 ribu hingga Rp 1,1 juta.
"Kalau mau beli disesuaikan kebutuhan, semakin bagus mesinnya semakin mahal. Tergantung permintaan juga, " katanya
Bukan hanya dalam hal pemasaran yang menggunakan teknologi komunikasi digital. Untuk bertransaksi dengan pelanggan, ia juga biasa memanfaatkan layanan transaksi digital.
Transaksi digital bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sepertinya adalah suatu keniscayaan.
Apalagi pelanggannya berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Tidak mungkin transaksi dilakukan secara tunai karena tidak saling bertatap.
Rata-rata pelanggannya mentransfer uang ke rekeningnya untuk pembayaran. Ramadan selalu mengaktifkan aplikasi perbankan digital milik Bank Rakyat Indonesia, yakni BRImo.
Setiap pembayaran dari pelanggan langsung masuk ke rekening BRI nya. Bagi dia, transaksi digital memudahkan dan tidak merepotkan.
"Pelanggan saya jauh-jauh, jadi rata-rata transfer saat mau bayar, " katanya
Meski baru seumur jagung, usaha Ramadan cepat berkembang. Ia bahkan tak bisa mengerjakan sendiri untuk melayani pelanggan.
Ia harus dibantu dua karyawan yang masih ada ikatan keluarga dengannya.
Nanang Wiyoso, salah satu karyawan, mengaku menikmati pekerjaannya. Ia mulai bekerja saat Ramadan mendapat pesanan pertama kalinya, beberapa bulan lalu.
Ia sendiri bertugas membuat pisau pencacah yang nantinya dimodifikasi dengan komponen lainnya.
"Yang paling susah menurut saya bikin pisaunya, agak lama, " katanya
Nanang sebelumnya berprofesi sebagai pekerja bangunan. Ia biasa merantau ke luar Jawa untuk menafkahi keluarga.
Karenanya, ia antusias ketika mendapatkan tawaran kerja di tempat Ramadan. Apalagi tempatnya kerja saat ini tidak jauh dari rumahnya di Desa Purwonegoro Kecamatan Purwanegara.
Ia tak harus merantau lagi ke luar kota untuk bekerja.
Karena itu, ia berharap usaha Ramadan terus eksis, bahkan semakin maju ke depannya. Sebab keberlangsungan usaha itu ikut memengaruhi nasibnya.
"Harapannya usahanya bisa maju jadi saya bisa bekerja di rumah, gak merantau lagi, "katanya
Ia mengaku salut dengan kreativitas Ramadan. Terlebih kreativitas itu bisa menghasilkan cuan dan mampu memberdayakan warga sekitar. Termasuk dirinya.
Bahkan, di luar mesin pencacah, Ramadan kini kembali berkreasi membuat mesin penetas telur.
Mesin penetas berkapasitas 100 telur sudah berhasil dibuat dan telah melalui serangkaian ujicoba.
Kini pemuda itu sedang mengembangkan mesin penetas dengan kapasitas lebih besar yang mampu mengeram 500 telur.
Ramadan sudah mengaplikasikan mesin itu di kandangnya.
Inovasi ini juga berasal dari kegelisahan Ramadan yang ingin bisnis breeding-nya cepat berkembang.
Jika mengandalkan proses natural, telur dierami indukan, pembiakan akan lamban. Karena itu, proses pengeraman perlu dibantu teknologi.
Dengan begitu, setelah bertelur, induk unggas bisa cepat kembali kawin dan bertelur lagi.
"Kalau pakai mesin penetas, siklus bertelurnya bisa lebih cepat. Karena indukan gak harus mengerami telurnya, bisa cepat bertelur lagi, " katanya. (aqy)
Baca juga: Angkat Potensi Lokal dan Bantu Peternak, Sukini Inovasi Bikin Ikan Asap Khas Banjarnegara
Jadwal Lengkap Dieng Culture Festival ke-15: Ada Orkestra dan Ritual Cukur Rambut Anak Gimbal |
![]() |
---|
Dieng Fun Walk Akan Menjadi Kegiatan Pembuka dalam Rangkaian Dieng Culture Festival ke XV |
![]() |
---|
Rutan Banjarnegara Kukuhkan Kwarcab Pramuka Rutan, 2 Warga Binaan Ikuti Perkemahan di Nusakambangan |
![]() |
---|
Kuwondogiri Duwe Gawe 2 Natculture Festival 2025 Banjarnegara Hadirkan Kolaborasi Apik Lintas Daerah |
![]() |
---|
Warga Binaan Rutan Banjarnegara Antusias Ikuti Latihan Baris-berbaris |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.