Berita Kudus
Tradisi Bada Kupat di Masjid Jami' Agung Madaran Kudus, Penanda Akhir Perayaan Idulfitri
Bada kupat di Masjid Jami' Agung Madaran dimulai dengan mendendangkan selawat diiringi alunan ritmis tabuhan terbang sejak selepas subuh
Penulis: Rifqi Gozali | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Ratusan warga Dukuh Madaran, Desa Mijen, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus berbondong-bondong menuju Masjid Jami' Agung Madaran, Senin (7/4/2025).
Kedatangan mereka untuk merayakan tradisi bada kupat atau lebaran ketupat yang merupakan tradisi bagi sebagian masyarakat Jawa sebagai tanda berakhirnya perayaan Idulfitri.
Dalam tradisi bada kupat di Masjid Jami' Agung Madaran dimulai dengan mendendangkan selawat diiringi alunan ritmis tabuhan terbang sejak selepas subuh. Ada empat penabuh terbang dan satu penabuh jidur.
Jidur ini semacam beduk dengan bentuk yang lebih kecil. Satu orang berada di tengah para penabuh mendendangkan selawat dengan begitu semangat.
Baca juga: Festival Sewe Kupat di Lereng Gunung Muria Kudus, Dibagikan 8.000 Makanan Gratis
Sementara itu warga yang baru datang umumnya membawa baskom kecil.
Sesampainya di masjid, mereka langsung membuka baskom dan mengeluarkan isinya berupa ketupat dan lepet untuk dikumpulkan di tengah jemaah yang duduk melingkar di serambi masjid.
Dua makanan tersebut merupakan simbol yang memiliki makna filosofis atas pengakuan kesalahan atas diri.
Saat matahari mulai beranjak, sinarnya mulai menyusup di sela-sela ventilasi masjid, dendang selawat dengan iringan tabuhan terbang berhenti.
Kemudian digantikan dengan doa bersama yang dimulai dengan membaca tahlil yang dipimpin oleh kiai setempat. Para jemaah pun mengikutinya dengan khusyuk.
Seluruh rangkaian yang telah dijalankan dalam tradisi bada kupat ini merupakan upaya menjaga tradisi yang telah lahir sejak dulu. Tidak tahu pastinya kapan tradisi ini lahir.
Yang pasti mereka percaya bahwa bada kupat merupakan tradisi peninggalan Sunan Kalijaga salah seorang dari Walisanga penyebar Islam di Tanah Jawa.
"Ini peninggalan dari sesepuh dulu, kami tahunya dari Sunan Kalijaga dari kata kupat (ketupat,red) yang artinya mengaku lepat atau mengaku salah dan lepet yang artinya kesalahan orang disimpan rapat-rapat," kata Ketua Takmir Masjid Jami' Agung Madaran Anshori.
Tradisi bada kupat yang sudah berjalan selama bertahun-tahun ini, kata Anshori, akan senantiasa pihaknya lestarikan mengingat di dalamnya terdapat nilai positif yang bisa dipetik.
Misalnya dari segi sosial tradisi ini menjadi momentum berkumpulnya warga yang seluruhnya laki-laki dari Dukuh Madaran.
"Kemudian juga digelar doa bersama untuk mengawali hidup setelah lebaran sampai setahun berikutnya," kata dia.
Harus Penuhi 1.200 Lux, 4 Lampu Penerangan Stadion Wergu Wetan Kudus Disidak PT LIB dan PSSI |
![]() |
---|
65 Persen Rampung, Gedung Baru Pelayanan SKCK Polres Kudus Diharapkan Lebih Nyaman dan Cepat |
![]() |
---|
Ini Penyebabnya, Perbaikan 13 Sekolah Rusak di Kudus Belum Terlaksana Hingga Akhir Agustus |
![]() |
---|
10 ASN Pemkab Kudus Terima Sanksi Disiplin, Tersebar di 3 OPD |
![]() |
---|
Sempat Hilang di Kudus, Beras SPHP Kini Kembali Muncul di Pasaran |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.