Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Truk Sampah Bocor, Warga Semarang Minta Jalan Bersih dan Udara Layak

Warga Jalan Untungsuropati Semarang keluhkan sampah tercecer dari truk menuju TPA Jatibarang, harap truk diperbaiki.

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM/ REZANDA AKBAR
TRUK SAMPAH BERLUBANG - Usai melakukan muatan, truk sampah tersebut diparkirkan di kawasan TPA Jati Barang 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Komsatun sudah lupa sejak kapan pertama kali dia terbiasa mencium aroma sampah begitu keluar dari rumah.

Mungkin sejak sedari masih kecil, kini dia sudah berkeluarga, bau itu tak juga pergi.

Dia tinggal di Jalan Untungsuropati, Semarang, sebuah jalur yang jadi perlintasan truk-truk pengangkut sampah dari berbagai titik di Kota Semarang menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang.

“Hampir tiap pagi ada sampah yang jatuh, tercecer di jalan. Kalau kena angin, aromanya bisa masuk rumah,” katanya saat ditemui di depot isi ulang air miliknya, sekitar 1 km dari TPA Jatibarang, Jumat (11/4/2025).

Komsatun tahu betul ritme para pengangkut sampah.

Selepas isya hingga dini hari, satu per satu ramai truk melintas, di jalan yang menanjak itu.

Namun saat siang hingga sore, volume aktivitas para pengangkut sampah jauh berkurang.

Banyak truk dengan menggunakan bak tua yang sudah berkarat dan berlubang, tetap beroperasi dengan mengangkut sampah yang terkadang melebihi muatannya.

Sampah-sampah dari dalam bak kerap jatuh begitu saja ke jalan.

Entah karena lubang yang tak ditambal atau bak truk yang tak ditutup.

Ketika pagi menyambut, sudah disajikan dengan pemandangan sampah bercecer di jalanan Untungsuropati.

Kalau jumlah sedikit yang jatuh, kadang dibiarkan saja.

Jika jumlah banyak, warga sekitar yang membersihkannya sendiri agar tak mengganggu lalu lintas.

Sampah yang jatuh ke jalanan bisa saja berupa kemasan makanan dan minuman, ataupun sayur dan buah yang sudah busuk bahkan popok bayi dan lainnya.

Dia khawatir, bukan hanya soal bau.

“Kalau ada yang lewat naik motor, terus nggak lihat ada sampah, bisa tergelincir,” ucapnya.

Ironisnya, keberadaan TPA itu juga memberi manfaat bagi usaha kecil Komsatun dan warga lainnya.

Beberapa pelanggan Komsatun, adalah petugas yang bekerja di sana.

Tapi kondisi jalan yang kotor dan bau tak kunjung dibenahi membuat Komsatun berada di persimpangan, menggantungkan hidup dari sistem yang juga membuat hidupnya tak nyaman.

“Saya cuma minta, truk-truk yang baknya berlubang itu dibenerin. Baknya ditutup, jangan dibiarkan terbuka. Kalau tertutup, sampahnya nggak kabur kena angin,” katanya.

Komsatun tidak banyak menuntut.

Dirinya hanya ingin bisa membuka jendela rumahnya tanpa harus menahan napas.

Tapi selama puluhan tahun, suara seperti miliknya tak pernah didengar.

Keluhannya bukan satu-satunya.

Sobirin, warga yang tinggal beberapa rumah dari Komsatun, juga mengeluh soal yang sama.

“Sampahnya sering terbang, masuk ke halaman rumah. Harus sering-sering bersih-bersih,” ujarnya.

Di beberapa pagi, Sobirin membenarkan melihat sekelompok warga membersihkan sampah yang tercecer.

“Katanya digaji. Tapi ya gitu, bersihnya setelah banyak banget yang jatuh,” tambahnya.

Warga di Jalan Untungsuropati hidup berdampingan dengan sistem pengelolaan sampah kota yang tak tertata dengan baik.

Mereka bukan penolak TPA, karena mereka tahu kota ini butuh tempat untuk membuang.

Tapi mereka bertanya haruskah mereka yang menanggung baunya setiap hari?

Warga kawasan itu punya satu harapan kecil yang terus dia ulang.

Setidaknya agar bak truk diperbaiki, agar ditutup rapat, tak ada lagi sampah yang beterbangan karena angin.

Harapan sederhana dari orang-orang yang terlalu lama hidup berdampingan dengan hal yang seharusnya tak mereka tanggung sendirian.

“Kalau bisa, kami cuma pingin udara bersih. Rumah bersih. Jalan bersih, cuma itu aja,” harap Sobirin.

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved