Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Boyolali

Nasib 20 Pendaki Ilegal Gunung Merapi Ngeyel saat Diberit Tahu, Kini Diperiksa TNGM dan Polisi

Nasib 20 orang pendaki ilegal di Gunung Merapi Boyolali kini diperiksa petugas Balai Taman Nasional Gunung Merapi

Editor: rival al manaf
KOMPAS.COM/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA
Sebanyak 20 orang yang melakukan aktivitas pendakian secara ilegal di Gunung Merapi saat diamankan petugas Balai Taman Nasional Gunung Merapi dan pihak Kepolisian. Sebanyak 20 orang ini berasal dari wilayah Jawa Tengah hingga DIY. (Foto Dokumentasi Balai TNGM). 

TRIBUNJATENG.COM - Nasib 20 orang pendaki ilegal di Gunung Merapi Boyolali kini diperiksa petugas Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) dan pihak Kepolisian.

Sanksi berat menanti mereka karena saat ini memang Gunung Merapi ditutup untuk pendakian.

Para pendaki ini teridentifikasi telah berkomunikasi melalui grup WhatsApp untuk merencanakan pendakian tersebut. 

Baca juga: 20 Pendaki Ilegal Asal Jateng dan Yogyakarta Nekat Naik ke Gunung Merapi

Baca juga: Viral Gunung Merapi Muncul Air Terjun di Spot Berbahaya, Ini Penjelasan TNGM 

Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah II Klaten-Boyolali, Ruky Umaya, menjelaskan bahwa pengamanan ini berawal dari informasi yang diperoleh melalui media sosial TikTok dari akun AldoGracia.

"Dari informasi sementara yang kami kumpulkan kemarin sore sampai tadi pagi, kurang lebih jam 4 baru selesai pendalaman informasi terhadap 20 pendaki ilegal."

"Itu diawali dari media sosial TikTok dengan akun AldoGracia," ujarnya saat ditemui di Kantor Balai Taman Nasional Gunung Merapi, Senin (14/04/2025).

Ruky menambahkan bahwa akun tersebut memposting video dan foto di berbagai titik lokasi di kawasan puncak Gunung Merapi, serta menggunakan kata-kata yang memotivasi orang untuk mendaki.

"Memposting beberapa video dan foto di Pasar Bubrah, puncak, dan juga di pos I dengan kata-kata yang memang memancing," ucapnya.

Dari pemeriksaan, diketahui bahwa sejumlah komentar dalam postingan tersebut sudah mengingatkan bahwa aktivitas pendakian di Gunung Merapi masih ditutup.

"Kita cek juga komen-komenya, ada juga yang bilang, 'lho mas Merapi kan ditutup.' Jawabnya juga memantik, 'ditutup ya ditutup, tapi munggah (naik), munggah aja,'" ucap Ruky, mengulang komentar yang muncul di akun tersebut.

Ruky menjelaskan bahwa postingan yang tersebar itu mengundang minat orang lain untuk ikut mendaki Gunung Merapi, sehingga 20 orang tersebut terlibat dalam pendakian ilegal.

"Itu memancing para pelaku pendaki ilegal lain yang kemarin naik, itu memang motifnya diawali dari akun yang memposting sebelumnya," tuturnya.

Lebih lanjut, Ruky menyebutkan bahwa grup WhatsApp (WA) dibentuk untuk mempersiapkan pendakian di Gunung Merapi.

"Sampai juga dibuat WA grupnya untuk persiapan pendakian yang dikoordinir oleh saudara yang memiliki akun," jelasnya.

Dalam grup tersebut, para pendaki ilegal berjanji untuk bertemu di salah satu toko waralaba di Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah, sebelum bersama-sama menuju New Selo.

"Mereka janjian jam 2 pagi di Alfamart Cepogo kemudian bersama-sama naik ke New Selo. Menjelang subuh mereka bersama-sama naik," kata Ruky.

Dari hasil pemeriksaan sementara, Ruky menegaskan bahwa aktivitas pendakian ilegal ini terkoordinasi dengan baik, bahkan para pendaki juga dibagikan alat komunikasi.

"Dari penggalian informasi ke 20 orang itu memang terkoordinir. Dari yang mengkoordinir pun membagikan alat komunikasi HT kecil. Jadi memang dipersiapkan dengan baik," tuturnya.

Balai Taman Nasional Gunung Merapi berencana memanggil kembali ke-20 pendaki ilegal tersebut untuk meminta keterangan lebih lanjut.

"Ini adalah informasi sementara, kita akan melakukan panggilan untuk melakukan pendalaman informasi 20 pendaki ilegal ini besok Selasa tanggal 15. Jadi masih kita gali lagi informasinya," pungkasnya.

Sebelumnya, Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merapi, Muhammad Wahyudi, juga mengonfirmasi bahwa 20 orang pendaki ilegal tersebut berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari pelajar hingga pekerja.

"Ada yang masih SMA kelas 3, ada yang mahasiswa, ada juga yang sudah bekerja. Mungkin mereka saling komunikasi dan sudah janjian sebelumnya," tuturnya.

Wahyudi menambahkan bahwa pendaki ilegal ini berasal dari berbagai daerah, termasuk wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

"Sementara dari kartu pengenal diketahui ada yang berasal dari Sragen, Solo, Klaten, dan DIY," ucapnya.

Ke-20 pendaki ilegal ini diamankan saat turun dari Gunung Merapi, setelah sebelumnya petugas mengamankan sepeda motor mereka yang terparkir di Selo, Boyolali, Jawa Tengah.

"Mereka kaget dan tidak menyangka ketika turun dari atas sudah ditunggu petugas. Kendaraan mereka sudah diamankan lebih dahulu," kata Wahyudi.

Saat ini, proses pemeriksaan terhadap para pendaki tersebut masih berlangsung. "Proses pemeriksaan masih berlangsung jadi saya belum bisa memberikan keterangan lebih lengkap. Kita perlu gali motifnya. Tapi pasti kita akan beri sanksi kepada yang bersangkutan," pungkasnya. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kronologi 20 Pendaki Ilegal Tertangkap Basah Saat Turun Gunung Merapi"

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved