Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Jurus Jitu Alumni BRIncubator dari Kaki Lima Menembus Pasar Modern

Jajanan aneka crispy yang menjadi camilan favorit sebagian masyarakat kini hadir dalam kemasan modern berkat sentuhan Sumiyarti, alumni BRIncubator

Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: muslimah
Tribunjateng/Eka Yulianti Fajlin
TUNJUKAN PRODUK - Alumni BRIncubator Sumiyarti menunjukan produk UMKM aneka crispy saat mengunjungi Rumah BUMN Semarang, Rabu (16/4/2025). 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Jajanan aneka crispy yang menjadi camilan favorit sebagian masyarakat kini hadir dalam kemasan modern berkat sentuhan Sumiyarti, alumni BRIncubator

Berawal dari berjualan di kaki lima, kini usahanya justru telah menembus pasar ritel modern. 

Berkalung stapler, perempuan berusia 61 tahun itu sibuk berkeliling menghampiri satu toko modern ke toko lainnya. Stapler itu seolah menjadi jimat dalam menjalani aktivitasnya.

Bagaimana tidak, puluhan toko ia sambangi setiap hari. Ia harus membuat laporan nota di setiap toko ritel modern. Kalung strapler ini menjadi andalannya agar setiap lembaran nota tak tercecer. 

"Kalung strapler ini buat mengamankan nota bair nggak ilang. Dari pada dilepas ilang-ilang terus. Kalau bikin nota tinggal nyetepler ini," ungkap Sumiyarti saat mampir ke Rumah BUMN Semarang di tengah kesibukannya mengecek toko-toko, Rabu (16/4/2025)

Alumni BRIncubator Sumiyarti menunjukan kalung strapler saat mengunjungi Rumah BUMN
Alumni BRIncubator Sumiyarti menunjukan kalung strapler saat mengunjungi Rumah BUMN Semarang, Rabu (16/4/2025). Kalung strapler ini menjadi andalannya saat berkeliling ke toko ritel modern. 

Usaha Sumiyarti dirintis sejak 2006, berawal dari keinginan menambah penghasilan keluarga. Saat itu, usahanya belum menggeluti aneka crispy. Ia berjualan roti bakar. Namun, anehnya, baru diambil dari pabrik, seluruh roti yang berada di lapaknya membusuk. Usaha roti bakarnya terpaksa gulung tikar. 

"Ada teman yang memberi support bagaimana kembali bergerak. Akhirnya, saya bikin gerobak. Saya melobi untuk jualan di depan toko Alfamart sejak 2006 sampai sekarang masih bertahan. Saya sampai seperti sekarang ini berawal dari lapak kecil," ungkap Sumiyarti, saat ditemui Tribun Jateng. 
 
Ia menyewa lahan di depan sebuah toko ritel modern di Jalan Parang Barong Raya, Tlogosari, Semarang. Ia berjualan aneka crispy yang dibranding dengan nama Yuneni. 

Harga produknya dibanderol sangat terjangkau. Tahu crispy dan tela-tela hanya Rp 9 ribu perporsi. Jamur crispy Rp 10 ribu perporsi. Sementara, kentang, bombay, dan bakso crispy dibanderol Rp 13 ribu perporsi. 

Dalam menjalankan usaha, ia membuka diri mengikuti berbagai event mulai dari tingkat kecamatan hingga menjadi binaan Dinas Koperasi UMKM Kota Semarang maupun Provinsi Jawa Tengah.

Ia juga bergabung menjadi anggota Rumah BUMN Semarang. Seiring berjalan waktu, ia mulai mendapatkan nomor induk berusaha (NIB), perizinan pangan industri rumah tangga (PIRT), legalitas halal, dan sebagainya. Perizinan menjadi satu diantara berbagai kunci sukses usahanya.

Dengan mengantongi perizinan, ia bisa mengikuti kurasi produk yang digelar oleh Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang untuk masuk toko ritel modern.

Tak disangka, produk milik pedagang kaki lima itu terpilih satu diantara 15 UMKM yang lolos kurasi. Kesempatan ini menjadi semangat baginya dalam memperluas pemasaran. Di puluhan toko ritel modern, tersedia produk Yuneni.  

"Produk saya bisa masuk ke toko Indomaret mulai 2017. Saya ikut kurasi dari Dinas Koperasi UMKM Kota Semarang. Dari ribuan UMKM, yang diambil hanya 15," sebutnya.

Selain itu, ia menembus berbagai toko oleh-oleh di sejumlah kota antara lain Semarang, Yogyakarta, Magelang, dan Wonosobo. 

Berkat legalistas usahanya, Sumiyarti juga bisa mengikuti program BRIncubator. NIB menjadi salah satu syarat dapat mengikuti program gagasan BRI tersebut. 

Dia mengaku, cukup banyak manfaat yang didapatkan dengan mengikuti BRIincubator mulai dari branding produk, perluas pemasaran, hingga berbagai ilmu yang bermanfaat untuk peningkatan UMKM

"Saya masuk Rumah BUMN 2017, saya alumni BRIncubator tahap pertama tahun 2019. Banyak banget fasilitasi yang saya dapatkan dari BRI, ada event, pelatihan, promosi-promosi," bebernya. 

Enggan Tinggalkan Lapak Kaki Lima 

Sumiyarti kini disibukkan dengan memantau usahanya yang sudah berjalan belasan tahun. Setiap pagi hingga sore hari, ia berkeliling mengecek produknya di toko ritel modern dan toko oleh-oleh. Dilanjut, mampir ke lapak kaki limanya yang kini ia percayakan kepada sales promotion girl alias penjaga lapak. 

Ia sengaja tetap berjualan di kaki lima meski sudah sukses menembus berbagai toko. Baginya, kaki lima ini menjadi catatan sejarah awal mula usahanya berjalan. 

"Saya nggak bisa berhenti jualan di kaki kecuali yang punya tempat sudah nggak berkenan. Saya tidak mau melupakan saat usaha saya kecil sampai seperti ini, saya dari lapak itu," tandasnya. 

Lapak kaki lima ini menjadi branding produk kepada pelanggan. Setiap pelanggan menghampiri lapaknya, ia sampaikan bahwa produknya tidak hanya dijual di kaki lima, melainkan sudah tersedia di berbagai toko oleh-oleh dan ritel modern. Dengan demikian, banyak pilihan alternatif bagi pelanggan yang ingin membeli produknya.

Seolah tak kenal lelah, malam harinya, usai disibukkan berkeliling ke toko dan lapak, ia menggeluti rumah produksinya, di Jalan Sidoasih, Muktiharjo Kidul, Semarang

Di rumah produksi yang berukuran 15 meter persegi itu, ia tumpahkan kemampuannya membuat aneka macam crispy kemasan untuk dititipkan di toko ritel modern dan toko oleh-oleh. 

Dalam sehari, 10 kilogram bawang bombai masuk rumah produksinya. Dari proses iris, goreng, hingga pengeringan menggunakan oven ia lakukan sendiri. Ada 10 oven menjadi teman sehari-hari saat produksi.  

Sementara, produksi bakso jamur membutuhkan proses yang lebih lama. Produksi bakso jamur crispy tidak bisa sekali jadi. Ada proses pengadonan, pengulusan, pengeringan, dan penggorengan.

Jelang Lebaran lalu, produksi seakan-akan tanpa henti. Ia memproduksi dua kali lipat dari hari biasa untuk persediaan hampers Lebaran. Di sisi lain, dropping produk di toko oleh-oleh menjelang Lebaran juga meningkat sebagai persiapan menyambut para wisatawan selama liburan. 

"Di toko oleh-oleh saya kirim dua kali lipat. Misalnya, Toko Tahu Bakso Bu Puji, biasanya saya kirim 50 pack, nambah jadi 70 - 80 pack," bebernya. 

Di toko ritel modern dan toko oleh-oleh harga produknya pun sedikit berbeda dengan di lapak kaki lima mengingat telah melalui proses packaging yang lebih menarik. Harga produknya dibanderol Rp 25 ribu di toko oleh-oleh. Sementara, di toko ritel modern dipatok Rp 18 ribu. Adanya perbedaan harga ini karena packaging atau kemasannya berbeda.

Produk Yuneni Jamur Crispy
Alumni BRIncubator Sumiyarti menata produk di Rumah BUMN Semarang, Rabu (16/4/2025). Produk Yuneni Jamur Crispy menjadi salah satu produk yang dipajang di etalase Rumah BUMN Semarang.

Omzet Capai Rp 10 Miliar

Sejak menbemus toko oleh-oleh dan ritel modern, omzet usahanya pun naik drastis. Di lapak kaki lima, ia hanya meraup omzet sekira Rp 4 juta. Kini, omzetnya telah mencapai Rp 10 juta. Menurut dia, potensi omzet sebenarnya bisa lebih dari itu melihat peluang pasar cukup besar. 

Produk Yuneni yang digandrungi masyarakat dari berbagai level membuat banyak muncul tawaran kerjasama untuk membuka franchise. Hanya saja, dirinya belum mengambil peluang itu karena sumber daya manusia yang belum mumpuni untuk menghendel keseluruhan. 

"Semua saya yang hendel, karena anak-anak saya semua di luar kota. Sebenarnya banyak yang menawari untuk di bawa ke Demak, Kudus. Banyak yang minta kerjasama. Bahkan, ada yang nawari modal untuk buka kafe. Saya belum mau," ujarnya.

Dorong UMKM Naik Kelas Melalui Program BRIncubator

Sementara itu, Koordinator Rumah BUMN Semarang, Endang Sulistiawati mendorong UMKM naik kelas melalui program BRIncubator. Program ini kembali dibuka untuk periode 2025. Pendaftaran bisa dilakukan mulai 26 Februari hingga 31 Mei 2025. 

BRIncubator merupakan program pelatihan dan pendampingan bagi UMKM 
kategori food & beverage, fashion & beauty, home decor & craft yang telah terkurasi dengan berorientasi pada peningkatan kapasitas serta kapabilitas pelaku UMKM binaan BRI sehingga tervalidasi ekspor.

"Nanti ada masa inkubasi. Peserta diberikan beberapa materi agar usaha UMKM mereka naik kelas. Ada program Brilianpreneur. Itu tujuannya bisnis matching dimana UMKM dijadikan go ekspor, go global," terang Tia, sapaannya. 

Peserta bisa mendaftar jika memiliki usaha sendiri yang telah berdiri mininal enam bulan. Mereka juga merupakan nasabah BRI baik simpanan ataupun pinjaman. Para pelaku UMKM aktif dalam penjualan e-commerce dan merupakan anggota aktif Rumah BUMN BRI. Tentunya, harus memiliki legalitas usaha NIB dan tidak sedang mengikuti program serupa, termasuk bukan atau belum pernah mengikuti program Brilianpreneur 2019 - 2023, UMKM Expo(RT) 2025, Alumni BRIncubator 2018 - 2024, pengusaha Muda BRILian, serta bukan Growpreneur. (eyf)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved