Program PINTAR
Sinergi Lintas Sektor untuk Menumbuhkan Budaya Numerasi Sejak Dini
Pemerintah Kabupaten Kendal bersama Tanoto Foundation menyelenggarakan Workshop Persiapan Implementasi Program Pengembangan Numerasi.
TRIBUNJATENG.COM – Pemerintah Kabupaten Kendal bersama Tanoto Foundation menyelenggarakan Workshop Persiapan Implementasi Program Pengembangan Numerasi, sebuah kegiatan strategis yang bertujuan memperkuat kerja sama lintas sektor dalam meningkatkan kemampuan numerasi siswa sekolah dasar melalui pendekatan kontekstual dan berkelanjutan.
Kegiatan yang berlangsung pada 23 April 2025 di Aula Ki Hajar Dewantara, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kendal ini menjadi tonggak awal dari pelaksanaan program tiga tahun (2025–2027) yang dirancang untuk menjawab tantangan rendahnya capaian numerasi di Indonesia, baik di tingkat nasional maupun daerah.
Workshop ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan utama, mulai dari pejabat dinas pendidikan, perwakilan lembaga perencanaan daerah, pengawas sekolah, organisasi profesi guru, kepala sekolah, hingga lembaga mitra seperti BBPMP Jawa Tengah dan Tanoto Foundation.
Para peserta menunjukkan antusiasme dan komitmen tinggi untuk menjadikan Kabupaten Kendal sebagai model praktik baik dalam transformasi pendidikan numerasi.
Kehadiran mereka sekaligus menjadi respons konkret terhadap capaian numerasi nasional yang masih rendah. Data PISA 2022 menunjukkan bahwa hanya 18 persen siswa Indonesia mampu menafsirkan situasi sederhana secara matematis.
Meski Kabupaten Kendal mencatatkan progres signifikan—dengan skor numerasi SD pada Rapor Pendidikan meningkat dari 63,61 persen menjadi 76,45 persen pada tahun 2025—tantangan tetap terbuka lebar, terutama dalam menanamkan budaya numerasi yang mengakar tidak hanya di sekolah, tetapi juga di lingkungan rumah.
Dr. Arief Agoestanto, M.Si., tim ahli dari Universitas Negeri Semarang, menekankan bahwa numerasi harus diajarkan sebagai bagian dari kehidupan.
“Numerasi bukan sekadar urusan menghitung angka di atas kertas. Ia adalah kemampuan memahami angka, simbol, dan data dalam konteks kehidupan nyata. Murid kita harus tahu bukan hanya cara menyelesaikan soal matematika, tapi juga mengerti bagaimana angka-angka itu relevan dengan keputusan yang mereka buat setiap hari. Mulai dari menghitung belanja, membaca grafik, hingga memahami risiko dan peluang. Inilah yang menjadikan numerasi sebagai keterampilan hidup yang esensial,” ujarnya.
Ia menyebut pentingnya proses pembelajaran berbasis masalah dan kontekstual sebagai jembatan menuju numerasi yang bermakna.
Sulardi, S.Pd., Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kendal, menegaskan bahwa program ini akan dikawal secara penuh oleh pemerintah daerah.
“Kami siap memimpin jalannya program ini, mulai dari pelatihan guru hingga evaluasi dampak. Ini bukan sekadar program, tapi investasi pendidikan jangka panjang,” tegasnya.
Medi Yusva, Regional Lead Tanoto Foundation, menyampaikan bahwa program ini akan berlangsung selama tiga tahun dan melibatkan 104 sekolah dasar di 10 kecamatan.
Ia menambahkan, “Melalui program ini, kami mendorong keterhubungan yang erat antara guru, orang tua, dan anak-anak. Kami percaya bahwa kemampuan numerasi akan tumbuh lebih kuat ketika dipraktikkan secara bersama, tidak hanya di ruang kelas, tetapi juga di tengah kehidupan keluarga. Kami ingin menjadikan numerasi hadir di setiap sudut aktivitas harian anak—dalam obrolan santai saat makan malam, dalam percakapan sederhana bersama orang tua, hingga dalam permainan yang mereka jalani. Numerasi seyogianya menjadi bagian alami dari keseharian, bukan sekadar pelajaran di dalam buku.”
Dari pihak Baperlitbang Kabupaten Kendal, disampaikan bahwa program numerasi ini telah resmi masuk dalam dokumen RPJMD 2025–2029 sebagai salah satu prioritas pendidikan daerah.
Selain itu, akan dibentuk tim pelaksana melalui SK Bupati untuk mengawal keberlanjutan program.
“Harapannya, setelah 2027, program ini bisa kita lanjutkan,” ujar perwakilan Baperlitbang.
Komitmen serupa juga ditunjukkan oleh BBPMP Jawa Tengah, yang akan melakukan pengawasan dan pendampingan, serta Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) yang akan memperkuat pemahaman numerasi di tingkat kepala sekolah dan guru.
Para pengawas sekolah menyampaikan strategi pendampingan melalui mentoring, termasuk melibatkan paguyuban orang tua.
Salah satu pengawas menyampaikan, “Kami siap menjadi garda terdepan di lapangan. Kami ingin memastikan bahwa numerasi yang sudah dilatihkan benar-benar hidup di sekolah dan rumah.”
Workshop ini ditutup dengan penandatanganan berita acara sebagai wujud komitmen bersama.
Seluruh peserta sepakat untuk membangun sistem monitoring dan evaluasi bersama secara berkala agar program ini berkelanjutan dan terukur.
Dengan kolaborasi semua pihak yakni pemerintah, sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat, Kabupaten Kendal menegaskan diri sebagai pionir transformasi numerasi.
Dari ruang-ruang kelas kecil, lahir harapan besar.
Generasi muda yang cakap berhitung, bernalar, dan mampu mengambil keputusan bijak berdasarkan pemahaman yang kuat. (*)
Pemkab Kendal Sosialisasikan Perbup Literasi dan Numerasi, Dorong Transformasi Pendidikan Sejak Dini |
![]() |
---|
SMPN 31 Semarang Luncurkan Program Duta OTSAB untuk Meningkatkan Kolaborasi Orang Tua dan Sekolah |
![]() |
---|
Guru SDN Sadeng 02 Semarang Mengajarkan Logika Berpikir melalui Unplugged Coding Literacy |
![]() |
---|
Tanoto Foundation Fellowship Program 2025 Kembali Dibuka, Siap Cetak Pemimpin Pendidikan |
![]() |
---|
7 Langkah Nyata untuk Membangun Generasi Berkarakter Hebat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.