Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Curhat Wiharso, Perajin Tempe di Semarang Yang Bersaing dengan Murahnya Harga Ayam Potong

Perajin tempe di Semarang mengeluhkan kenaikan harga kedelai impor, yang menjadikan biaya produksi makin mahal.

Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: raka f pujangga
Tribun Jateng/Idayatul Rohmah
PRODUKSI TEMPE - Perajin tempe di Lamper Tengah, Semarang sedang memproduksi tempe untuk dipasokkan di pasar dan permintaan luar Semarang, Jumat (25/4/2025). Perajin tempe saat ini tengah mengeluhkan kenaikan harga kedelai impor, yang menjadikan biaya produksi makin mahal. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Perajin tempe di Semarang mengeluhkan kenaikan harga kedelai impor, yang menjadikan biaya produksi makin mahal.

Siasat perajin untuk memperkecil ukuran tempe, dikhawatirkan akan membuat minat masyarakat membeli makanan tersebut turun.

Baca juga: Resep Keripik Tempe Andalan Ibunda Jadi Penolong Jeni Hartati Saat Ekonomi Terpuruk

Perajin khawatir, tempe yang biasa dijadikan alternatif lauk dari sumber protein hewani seperti ayam, akan kalah saing dengan ayam potong yang kini mengalami penurunan harga.

"Ini juga dampaknya besar, apalagi kalau ikan murah, ayam murah atau harga anjlok.

(Sementara) Tempe tidak bisa dinaikkan harganya, menurunkan harga juga tidak bisa. Akhirnya menurunkan omzet.

Saingannya sekarang dengan ayam dan ikan," kata Wiharso (48), perajin tempe di tempat produksinya, Lamper Tengah, Jumat (25/4/2025).

Perajin tempe di Lamper Tengah, Semarang sedang memproduksi tempe 2
PRODUKSI TEMPE - Perajin tempe di Lamper Tengah, Semarang sedang memproduksi tempe untuk dipasokkan di pasar dan permintaan luar Semarang, Jumat (25/4/2025). Perajin tempe saat ini tengah mengeluhkan kenaikan harga kedelai impor, yang menjadikan biaya produksi makin mahal.

Wiharso mengatakan, merasakan adanya kenaikan harga kedelai impor sejak setelah Lebaran Idulfitri lalu.

Ia menyebutkan, harga kedelai saat ini hampir menembus Rp 1 juta per kwintal. Dalam satuan kilogram, menyentuh Rp 9.800/Kg.

Ia menyebutkan, angka tersebut telah melewati kisaran harga wajar bahan baku oleh perajin.

"Harga sekarang menurut saya sudah naik tinggi. Standarnya ya Rp 8.500/Kg, maksimal Rp 9.000/Kg. Ini hampir tembus Rp 10.000/Kg dan ada yang (sudah) segitu," ungkapnya.

Wiharso melanjutkan, di tengah kenaikan harga kedelai yang berimbas pada siasat memperkecil ukuran tempe tersebut, membuat produksi pun menurun.

Hal itu pun berimbas pada omzet yang menurun.

"Menyiasatinya dengan dikurangi isinya, seperti yang harga Rp 5.000, isinya 5 ons jadi 4,5 ons.

(Dampaknya) Permintaan berkurang. Kadang yang targetnya seperti saya 30 kg masih sisa. Sisa 10 - 15 biji saja itu sudah tidak dapat untung," keluhnya.

Kenaikan harga kedelai impor juga dirasakan Khaerul Hadi (23), perajin tempe di kawasan tersebut.

Baca juga: Harga Kedelai Naik, Bagaimana Nasib Perajin Tempe Pliken Banyumas?

"Naiknya sejak setelah Lebaran. Ini ya sudah hampit sebulan," sebutnya.

Di tengah kenaikan harga yang terjadi, ia melakukan siasat dengan memperkecil ukuran tempe.

"Ukurannya diperkecil. Jadi dikurangi setengah ons per kemasan. Tadinya 5 ons jadi 4,5 ons. Jadi dipendekin sedikit," ungkapnya. (idy)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved