Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Features

Kisah Suami istri Penjual Es Dung asal Grobogan Naik Haji, Tiap Pulang Jualan Nabung Rp 40 Ribu

Sukahar dan Ngatminatun mulai menabung dari hasil jualan es dung sejak tahun 2010

Penulis: Fachri Sakti Nugroho | Editor: muslimah
TribunJateng/Fachri Sakti Nugroho
PENJUAL ES DUNG NAIK HAJI: Sukahar dan Ngatminatun, warga Desa Kaliwenang, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, menceritakan kisahnya bisa naik haji setelah menabung dari hasil berjualan es dung. Kisah Sukahar dan Ngatminatun adalah pengingat bahwa tidak ada perjuangan yang sia-sia. 

TRIBUNJATENG.COM, GROBOGAN - Di sebuah sudut Desa Kaliwenang, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, senyum bahagia tak bisa disembunyikan dari wajah pasangan suami istri Sukahar (62) dan Ngatminatun (59).

Tahun ini, impian yang mereka simpan rapi dalam hati selama belasan tahun akhirnya menjadi kenyataan, berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan Ibadah Haji.

Siapa sangka, langkah mereka menuju Baitullah bukan dilalui dengan kemewahan, tetapi ditempa dari ketekunan, kesabaran, dan perjuangan panjang menjajakan es dung—minuman dingin khas yang kerap dijajakan keliling menggunakan gerobak.

“Senang sekali bisa naik haji tahun ini,” ucap Sukahar penuh haru saat ditemui TribunJateng.com di rumahnya, Jumat (25/4/2025).

Baca juga: Butuh Waktu 13 Tahun, Sebanyak 1.305 Jamaah Calon Haji Akhirnya Berangkat Tahun Ini

Kisah ini bukan sekadar soal keberangkatan ke tanah suci, melainkan tentang keyakinan bahwa mimpi bisa terwujud meski dengan cara yang sederhana.

Sukahar dan Ngatminatun mulai menabung dari hasil jualan es dung sejak tahun 2010.

Setiap hari, Sukahar menyisihkan keuntungan dari jualannya, antara Rp40 ribu hingga Rp60 ribu. Dua tahun kemudian, mereka resmi mendaftar haji.

"Tahun 2010 saya mengumpulkan uang sedikit demi sedikit setelah itu tahun 2012 saya bisa mendaftar haji," kata Sukahar.

“Saya setiap pulang dari jualan menabung Rp40 ribu, kadang Rp60 ribu. Sisanya untuk belanja dan modal jualan es dung,” kenangnya.

Perjalanan Sukahar dengan es dung dimulai jauh sebelum itu.

Sejak 1987, ia telah berjualan es dung di Jakarta. Namun, pada 2010, ia memutuskan kembali ke kampung halaman.

Pilihannya untuk melanjutkan usaha di desa tak disangka malah membawa berkah.

Dagangannya laku keras, hingga kini Ia memiliki empat gerobak es dung, yang dijalankan bersama rekan-rekannya.

"Saya jualan es dung sejak tahun 1987 di Jakarta, karena anak-anak sudah besar saya pulang kampung dan jualan di sini," kenang Sukahar.

"Ternyata laku, kemudian anak-anak, teman-teman pada ikut jualan es dung," imbuhnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved