Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Tak Mau Kalah dari Jenderal Kopassus, Pak RT di Semarang Ini Berani Lawan Ormas Grib yang Minta THR

Fenomena sejumlah oknum yang mengaku dari organisasi masyarakat (ormas) meminta sumbangan atau jatah Tunjangan

|
Penulis: budi susanto | Editor: muh radlis
Instagram/Kulitintamks
ILUATRASI BAWA SENJATA - Potongan gambar anggota Grib Jaya Sulsel yang diduga membawa senjata saat penjemputan Ketua Umum Grib Jaya di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar, Kabupaten Maros, Sulsel, pada Sabtu (5/4/2025). 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG -  Fenomena sejumlah oknum yang mengaku dari organisasi masyarakat (ormas) meminta sumbangan atau jatah Tunjangan Hari Raya (THR) masih terjadi di sejumlah wilayah Kota Semarang. 

Bahkan, praktik ini tak jarang menimbulkan ketegangan dengan warga.

Salah satunya dialami oleh Muhammad, Ketua RT di salah satu lingkungan wilayah Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang. 

Ia mengaku sempat dua kali berhadapan langsung dengan beberapa orang yang mengaku sebagai anggota Ormas GRIB Jaya.

"Pertama kali mereka datang membawa proposal pembangunan pos GRIB Jaya di wilayah Semarang Barat. Waktu itu belum ada kejadian bentrok ormas yang di Blora," tutur Muhammad melalui sambungan telepon, Senin (5/5/2025).

Menurutnya, warga sempat hampir memberikan uang, namun menunda setelah berkonsultasi lewat grup WhatsApp RT. 

Muhammad langsung menolak permintaan itu karena dianggap tidak jelas asal-usul dan legalitasnya.

“Saya langsung larang. Warga sepakat, lebih baik bantu untuk perbaikan pos satpam atau masjid. Memberi uang ke ormas yang tidak jelas tidak ada dampak positifnya,” ujarnya.

Tak lama berselang, beberapa orang yang mengaku dari GRIB Jaya datang langsung ke pos satpam lingkungan. Di sanalah terjadi perdebatan panas yang nyaris berujung adu fisik.

“Saya tanya, mana surat resminya? Apakah GRIB Jaya sudah terdaftar di Kesbangpol? Mereka malah bingung dan tidak tahu apa itu Kesbangpol,” katanya.

Muhammad kemudian menegaskan jika ormas itu tidak tahu Kesbangpol, maka mustahil mereka memiliki nomor registrasi resmi. 

“Akhirnya mereka pergi. Saya hanya ingin memberi penegasan, bukan cari ribut,” lanjutnya.

Insiden kedua terjadi saat oknum lain yang juga mengaku dari GRIB Jaya tertangkap basah oleh satpam tengah meminta sumbangan THR ke beberapa pemilik ruko di wilayahnya. 

Satpam segera melapor ke Muhammad, yang langsung turun tangan.

“Saya datangi, lagi-lagi saya tanya, mana aturan resminya? Mana izin dari pemerintah kota? Mereka hanya bawa proposal dengan kop surat GRIB Jaya, tapi tidak bisa memberi penjelasan,” jelasnya.

Muhammad pun mengambil langkah tegas. 

“Saya bilang, kalau memang sudah ada izin resmi dari Pemkot, ayo saya antar sekalian cari sumbangan. Tapi kalau tidak ada, saya juga siap antar mereka ke Pemkot buat klarifikasi,” katanya.

Mendengar pernyataan tersebut, para oknum langsung pergi dengan tergesa. 

Muhammad menegaskan, dirinya hanya menjalankan tugas sebagai Ketua RT yang ingin melindungi warganya dari tindakan yang bisa merugikan.

“Kalau dibiarkan, nanti masyarakat yang dirugikan. Jadi kita perlu tegas. Jangan sampai praktik-praktik seperti ini terus dibiarkan,” imbuhnya.

Ketum Ditantang

Media sosial tengah diramaikan oleh aksi mantan aktivis mahasiswa Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar angkatan 1985, Andi Jamal Kamaruddin Daeng Masiga, atau yang dikenal dengan nama Bethel.

Ia menjadi sorotan publik setelah menantang tokoh nasional sekaligus Ketua Umum GRIB, Rosario de Marshall alias Hercules, untuk menyelesaikan konflik dengan cara tradisional khas Bugis-Makassar.

Tantangan itu disampaikan Bethel melalui sebuah video yang beredar luas di berbagai platform media sosial dan dikutip oleh Tribun-Timur.com pada Senin (5/5/2025).

Menariknya, tantangan tersebut bukan sekadar adu argumen atau debat terbuka.

Bethel mengajak Hercules menyelesaikan persoalan melalui ritual adat Bugis yang disebut Sitobo Lalang Lipa atau Sigajang Laleng Lipa—sebuah tradisi duel dalam sarung menggunakan senjata badik yang sarat nilai kehormatan dan harga diri.

Tradisi kuno ini biasanya dilakukan ketika seluruh jalan damai telah menemui jalan buntu.

Dua orang pria yang berseteru akan masuk ke dalam satu sarung, dan bertarung hingga salah satunya tumbang, bahkan tak jarang berujung kematian.

Dalam kearifan lokal, yang bertahan hidup dianggap sebagai pihak yang benar, sedangkan yang gugur dinilai kalah secara moral dan sosial.

"Saya tidak mengancam tapi saya akan buktikan dimana pun kau berada," katanya. 

Selepas tantangan Om Bethel itu, Grib Jaya Sulsel pun berencana mengantar Bethel untuk bertemu langsung kepada Hercules. 

Wakil ketua GRIB Sulsel dan anggota GRIB merasa tersinggung usai hercules ditantang pria bernama om Betel.

Kini mereka menantang balik om betel untuk duel di dalam sarung atau diluar sarung. 

Atau memilih salah satu dari anggota GRIB sulsel. 

“Kami akan menantang di dalam atau diluar sarung,” katanya. 

Sebelumnya, GRIB Jaya turut merespons keras pembahasan ormas ini yang disampaikan oleh Sutiyoso di sebuah acara TV yang juga sejalan dengan Dedi Mulyadi pada 27 April 2025.

Saat itu Sutiyoso mengaku mendukung revisi UU tentang ormas.

Respons keras GRIB Jaya disampaikan oleh Hercules.

"Pak Sutiyoso ngapain, pak Sutiyoso itu gak usahlah nyinggung-nyinggung ormas, sudahlah, kalau saya bilang bahasanya, mulutnya udah bau tanah," kata Hercules.

"Gak usah nyinggung-yninggung kita. Orang takut sama Sutiyoso, kalau saya gak takut," sambung Hercules.

Sosok Om Bethel 

Andi Jamal Kamaruddin Daeng Masiga alias ‘Bethel’ adalah aktivis di Makassar.

Beberapa kali dirinya terlihat di kantor-kantor DPRD. 

Selama ini, dia banyak berkunjung ke DPRD Kota Makassar. 

Panglima Pasukan Adat Nusantara Indonesia (PANI) juga terkenal karena memperjuangkan wilayah adat Kerajaan Tallo. 

Ia juga berprofesi sebagai pengacara.

Dirinya mendirikan sebuah firma hukum bernama Serdadu Ombethel Law Investigation. 

Ia pernah mendatangi Kantor Polisi Militer Kodam XIV Hasanuddin baik yang beralamat di Jalan Jenderal Sudirman maupun yang berada di Jalan Monginsidi, kota Makassar, Rabu (14/09/2022).

Ia mendampingi korban dugaan praktik mafia tanah di Kabupaten Gowa.

Selama kuliah, dia belajar di Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia (UMI). 

Mantan Panglima TNI Geram 

Belakangan, emosi mantan Panglima TNI, Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo, meledak tatkala menanggapi ucapan Hercules terhadap eks Gubernur Jakarta yang juga purnawirawan TNI, Sutiyoso.

Gatot mengatakan Hercules preman, karena tidak berjuang seperti para purnawirawan TNI.

Berbeda dengan Gatot, Hendropriyono merespons hal itu dengan kepala dingin.

"Kalau cuma soal Hercules, saya rasa kita juga harus berpikir dingin, walaupun hatinya mungkin panas," ujarnya.

Hendropriyono menilai, Hercules dan para prajurit TNI di tahun 70-an merupakan korban dari konspirasi global.

"Yang nyuruh kita ke Timtim dulu siapa? Amerika. Dia mau balas kekalahannya di Vietnam. Tahun 74 dia kalah, 75 saya bulan Februari masuk operasi Seroja. Di perbatasan sana tanya spanduk viva Amerika, tapi 98 kita diusir," kata dia.

Mertua eks Panglima TNI, Andika Perkasa, itu juga mengatakan Hercules cs adalah korban dari transisi itu termasuk juga perwira-perwira yang saat dulu ikut dalam operasi tersebut.

"Para veteran, termasuk (Prabowo), ini semua kan korban konspirasi," tuturnya.

Hendropriyono menegaskan dirinya menentang keras aksi premanisme.

"Bukannya saya mau bela, saya tetap anti premanisme, tapi kita kan punya hati nurani, kalau soal ini kan kecil," kata dia.

"Masyarakat harus bisa menerima dulu cerita ini, harus sama-sama mengatasi premanisme secara sistemik," sambungnya.

Hendropriyono menyebut Hercules juga merupakan korban ekonomi, apalagi dengan kondisinya yang memprihatinkan.

"Setelah dia ada di Indonesia menjadi bangsa Indonesia, tidak kebagian kue atau apa. Dia kan buntung Prof, kaki buntung, tangan buntung Hercules itu, mata sebelah. Ini karena membela RI," jelasnya.

"Saya sekali lagi bukan membenarkan dia," tandasnya.

Hendropriyono meminta masyarakat untuk melihat Hercules sebagai seorang yang pernah berjuang untuk Indonesia.

"Lihatlah orang berkorban untuk Republik Indonesia sampai tangannya satu, matanya satu, kakinya satu, sekarang dia jadi korban ekonomi. Bukan cuma termarjinalisasi, dia nggak bisa makan, yang bisa cuma mreman, Jadi siapa yang salah?," ujar Hendropriyono.

Sebelumnya, Gatot Nurmantyo murka terhadap Hercules karena menghina Sutiyoso.

Gatot marah dan menegaskan ucapan Hercules terhadap Sutiyoso sangatlah tidak sopan.

Sebelumnya, Hercules menyebut Sutiyoso bau tanah setelah Sutiyoso mengatakan banyak ormas memakai seragam mirip TNI dengan baret merah.

Ucapan Hercules tersebut memancing amarah Gatot Nurmantyo.

Pasalnya, menurut Gatot, Hercules telah menghina Sutiyoso serta Kopassus, terlebih Sutiyoso sempat menjabat sebagai Wadanjen Kopassus pada 1992.

"Satu, kau (Hercules) menghina pensiunan Kopassus. Hei, maka kau juga menghina Presiden saya. Jenderal Prabowo itu, Komandan Jenderal Kopassus, Pangkostrad, presiden saya, kau bilang bau tanah lagi?" kata Gatot dikutip dari tayangan video di akun X @msaid_didu dan beredar di media sosial, Rabu (30/4/2025).

"Yang sopan bicara. Para purnawirawan itu, tidak ada satu pun kata akan menghianati negara. Justru mendukung," tegasnya.

Gatot Nurmantyo juga membela para purnawirawan TNI yang menyatakan sikap delapan poin forum purnawirawan TNI, termasuk usulan untuk mengganti Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

"Nggak masuk akal. Makanya, pernyataan yang 8 itu kan mendukung, kecuali IKN. Dan memberikan masukan-masukan yang konkret. Berdasarkan pemikiran mereka sendiri," ujar Gatot.

"Karena purnawirawan itu, hei Hercules ku kasih tahu, purnawirawan-purnawirawan yang bicara itu, mereka adalah orang-orang gila, gila mencintai NKRI termasuk Presiden saya. Dia itu gila demi negara," imbuhnya.

Amarah Gatot Nurmantyo makin memuncak terhadap Hercules.

"Kau apa jasamu terhadap negara? Hidup di negara ini yang sopan santun," tanyanya.

Hercules minta maaf

Hercules menyampaikan permohonan maaf kepada Sutiyoso karena sempat menyebut bau tanah.

"Saya minta maaf kepada Pak Sutiyoso, minta maaf yang sebesar-besarnya kepada Pak Sutiyoso, kepada anak cucu dan keluarganya semua."

"Karena Pak Sutiyoso dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus) baret merah, saya sangat hormat dan saya sangat kagum sama beliau," kata Hercules dikutip Tribunnews dari tayangan kanal YouTube Seleb On Cam, Jumat (2/5/2025).

"Atas kesalahan saya kemarin mengucap itu, saya minta maaf yang sebesar-besarnya," sambungnya.

Namun, setelah menyampaikan permintaan maaf tersebut, Hercules justru mengaku tidak takut dan tidak menghargai Gatot Nurmantyo.

Sebelum digertak jawara Betawi, Gercules sempat digertak terlebih dahulu oleh mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo.

Hercules tidak terima disebut preman oleh Gatot Nurmantyo.

"Tapi Gatot, saudara Gatot Nurmantyo, Anda, saya tidak takut sama Anda. Saya tidak menghargai Anda," ujar Hercules sambil menunjuk ke arah kamera.

Hercules bingung salah apa terhadap Gatot sehingga disebut preman dan kurang ajar.

"Jadi kenapa kok Anda bisa begitu terhadap saya, bengis banget gitu loh. Aku salah apa? Aku nggak punya salah apa sama Pak Gatot loh. Pak Gatot sampai bicara premanisme, kurang ajar, aku salah apa Pak Gatot? Pak Gatot yang aku hormati, yang aku muliakan, mantan Panglima TNI," ujar Hercules.(*) 

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved