Berita Viral
Saat Siswa Nakal yang Ikuti Program Dedi Mulyadi Kembali dari Barak, Orangtua Ungkap Perubahan Sikap
Pelajar yang mengikuti pendidikan berkarakter dikenal nakal karena terlibat tawuran, bolos sekolah, bahkan mengonsumsi minuman keras
TRIBUNJATENG.COM - Bagaimana hasil program gebrakan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi yang mengirim siswa nakal ke barak militer?
Apakah menunjukkan hasil yang sesuai harapan?
Program ini menjadi perhatian luas. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bahkan melakukan terjun langsung ke lapangan untuk mengetahui seluk beluk program Dedi Mulyadi.
KPAI menemukan sejumlah fakta yang mengejutkan setelah terjun langsung ke barak militer.
KPAI menduga ada intimidasi terhadap para pelajar peserta pendidikan karakter tersebut.
Diketahui, KPAI menyebut sejumlah pelajar diancam tidak naik kelas jika menolak ikut pelatihan karakter di barak militer.
Baca juga: Temuan Mengejutkan KPAI Usai Kunjungi Barak Militer Program Dedi Mulyadi: Ada Ancaman

Dedi Mulyadi sendiri langsung bereaksi dengan temuan KPAI.
Pria yang akrab dipanggil Kang Dedi Mulyadi (KDM) itu, justru menantang KPAI untuk turut terlibat dalam proses pendidikan anak-anak bermasalah.
"Kalau KPAI merasa ada yang salah, mari kita turun bersama. Jangan hanya berkomentar dari jauh, tapi ambil peran dalam mendidik anak-anak," kata KDM, Minggu (18/5/2025), saat menyapa 39 pelajar SMP dan orang tua mereka pasca pelatihan karakter di Resimen Armed 1/ Sthira Yudha Purwakarta.
KDM juga menilai lingkungan di luar barak justru lebih berbahaya bagi remaja, dibandingkan di barak yang terkontrol dan memiliki disiplin ketat.
Ia meminta para pelajar untuk berubah menjadi lebih baik dan tidak mengulangi perilaku menyimpang.
Orang tua dan lingkungan sekitar pun, kata KDM, diminta lebih peduli terhadap aktivitas remaja.
"Anak ini kembali ke 'neraka', lingkungan yang luas dan mereka tidak ketahui, bahkan ada kemungkinan mereka bisa dibacok oleh orang tak dikenal, di barak militer lebih merasa aman," ucapnya.
Sementara itu, Komandan Resimen Armed 1 Sthira Yudha, Kolonel Arm Roni Junaidi, menyatakan pihaknya siap terus membantu pemerintah daerah dalam program pembinaan karakter pelajar.
Ia memastikan tidak ada kekerasan dalam proses pelatihan dan berjanji akan meningkatkan kenyamanan fasilitas barak ke depannya.
“Ini murni untuk pembinaan. Fasilitas akan terus kami benahi agar para pelajar merasa nyaman, dan tentu saja kami pastikan tidak ada kekerasan,” kata Roni.
Hasil Pendidikan di Barak Militer
Lantas, bagaimana hasil dari pelajar dikirim ke barak militer?
Salah satu orangtua siswa mengaku anaknya berubah setelah menjalani program tersebut.
Hal ini terungkap saat 39 pelajar tingkat SMP dikembalikan ke orang tua masing-masing pada Minggu (18/5/2025), seusai mengikuti pendidikan berkarakter bela negara di Markas Resimen Armed 1/Sthira Yudha Purwakarta.
"Alhamdulillah, setelah menjalani pendidikan berkarakter bela negara selama 14 hari, akhirnya mereka (para pelajar) bisa pulang," kata Bupati Purwakarta Saepul Bahri Binzein, seperti dikutip dari Antara, Minggu.
Saepul menjelaskan, pembinaan akan terus belanjut meski pendidikan berkarakter yang berlangsung di barak militer itu sudah berakhir.
Selama dua pekan ke depan, kata dia, akan ada sesi refresh yang bertujuan memastikan perubahan yang berkelanjutan bagi para pelajar yang telah mengikuti pendidikan berkarakter tersebut.
Hal tersebut dilakukan, lanjutnya, agar perubahan ke arah yang lebih baik para pelajar tidak bersifat sementara.
Ia mengatakan para pelajar yang mengikuti pendidikan berkarakter sebelumnya dikenal nakal karena terlibat tawuran, bolos sekolah, bahkan mengonsumsi minuman keras.
Dengan program pendidikan berkarakter yang digelar di barak militer, menurut dia, bisa mengubah mereka menjadi lebih baik karena mereka belajar disiplin, menulis janji pada diri sendiri, lingkungan, dan Tuhan.
Program pendidikan berkarakter ini juga diawasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID).
Suasana haru dan bangga dalam acara penutupan pelatihan berkarakter itu menjadi bukti nyata, kata dia, bahwa perubahan perilaku positif dapat dicapai melalui pendidikan berkarakter yang tepat dan konsisten.
Salah satu orang tua siswa, Yeni mengakui terjadi perubahan pada anaknya setelah menjalani pendidikan berkarakter bela negara.
"Anak saya berubah, lebih tenang, dan sopan," katanya.
Ia menceritakan perubahan anaknya yang dulunya terlibat tawuran, kini malah mencium tangannya sambil meminta maaf.
"Mudah-mudahan terus bertahan dan dia bisa jadi anak yang lebih baik," katanya.
Disorot KPAI Lagi
Sebelumnya, gebrakan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengirimkan siswa ke barak militer kembali menuai atensi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
Wakil Ketua KPAI, Jastra Putra, menemukan adanya ancaman yang dilakukan oleh guru bimbingan konseling (BK) terhadap siswa yang menolak dikirim ke barak militer.
Fakta tersebut terungkap ketika KPAI memantau kondisi siswa-siswa yang mengikuti program barak militer.
"Ada ancaman bahwa siswa yang menolak mengikuti program bisa tidak naik kelas, ini wawancara kita anak-anak di Purwakarta maupun di Lembang," kata Jastra, dikutip SURYA.CO.ID dari Kompas.com.
Dalam temuan lain, tiga sekolah di Purwakarta bahkan tidak memiliki guru BK.
Dengan adanya temuan tersebut, KPAI mempertanyakan atas dasar rekomendasi siapa para pelajar ini dipilih untuk mengikuti program di barak militer.
"Itu jadi pertanyaan kami, rekomendasi ini siapa yang melakukan? Ini tentu harus dilihat lebih jauh sehingga kita tentu bisa merekomendasikan psikolog yang profesional," ujar Jastra.
Padahal, salah satu faktor penyimpangan perilaku anak-anak disebabkan oleh kurangnya bimbingan konseling di lingkungan keluarga maupun sekolah.
"Hasil diskusi dengan dinas terkait bahwa kekurangan psikolog profesional, pekerja sosial, dan guru BK menyebabkan layanan konseling anak tidak berjalan maksimal," imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua KPAI, Ai Maryati Solihah, menambahkan ada kekhawatiran kalau program ini akan mengarah kepada pelanggaran hak anak.
Sebab, tidak adanya rekomendasi psikolog profesional sebelum mengirim anak-anak ke barak militer.
"Kami mengharapkan tidak terjadi pelanggaran hak anak ini, tetapi potensi mengarah ke situ, tadi hilangnya referensi asesmen yang jelas (dari psikolog)," kata Ai.
Sekitar 6,7 persen anak-anak di barak militer bahkan tidak mengetahui alasan mereka dikirim untuk mengikuti program ini.
"Ada persentase anak 6,7 persen itu mengatakan tidak tahu kenapa ada di sini, artinya kan ada bentuk yang harus diimplementasikan secara optimal untuk menghindari potensi melanggar hak anak," ucap Ai.
Berlakukan Jam Malam
Setelah kirim siswa nakal ke barak militer, gebrakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi ternyata tak cukup sampai di sini.
Dedi Mulyadi kembali melakukan terobosan baru untuk anak-anak di Jawa Barat.
Yakni diberlakukannya jam malam untuk anak di bawah umur.
Diketahui, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, menggandeng Polda Jabar dan Polda Metro dalam membuat memorandum of understanding (MoU) di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Jumat (16/5/2025).
Melalui kerja sama dengan Polri ini, diharapkan juga dapat mendorong anak-anak di Jawa Barat untuk tertib dan disiplin dalam berlalulintas.
Bahkan, Dedi Mulyadi ke depan akan memberlakukan jam malam. Kebijakan ini akan mengatur anak-anak sekolah tidak boleh berada di luar rumah untuk nongkrong di atas pukul 20.00 WIB.
"Kemudian pembersihan berbagai problem yang bisa merusak remaja. Narkoba, obat terlarang, minuman oplosan yang tersebar dimana-mana dan pengetatan pengawasan anak sekolah," kata Dedi, melansir dari Kompas.com.
"Jam tertentu mungkin saya akan berlakukan pada hari belajar tidak boleh lagi nongkrong di atas jam 8 misalnya. Karena kan mereka harus di rumah, di luar godaannya terlalu banyak," tambahnya.
Dedi juga menyoroti kebijakannya yang melarang siswa membawa kendaraan ke sekolah yang sudah memberikan dampak positif.
"Hari ini saya bersyukur, di berbagai tempat mengalami penurunan. Anak bersekolah dengan baik, tawuran mulai menurun, anak sudah senang berjalan kaki.
Ini sebuah sinyal, semua kebijakan akan berjalan manakala dilakukan secara sinergi," ucapnya.
Dikatakan Dedi, MoU atau perjanjian itu menyangkut berbagai hal.
Mulai dari peningkatan keamanan di seluruh Jawa Barat hingga mendorong pertumbuhan iklim investasi yang kondusif.
Kemudian melahirkan banyak tenaga kerja dan di dalamnya ada upaya yang dilakukan, memperkuat basic keamanan tiap kawasan dan zona industri dan menumbuhkan iklim ekonomi yang kondusif, melindungi UMKM.
"Ada ketentraman di pasar dan berbagai tempat lainnya," kata Dedi.
Sementara itu, Kapolda Jabar Irjen Rudi Setiawan berkomitmen untuk memberantas premanisme dan menjamin investasi di Jabar.
"Berkaitan dengan keamanan, kami minta sama Pak Gubernur, itu bagian kami. Kami akan segera selesaikan, tadi sudah arahannya, kita akan melakukan patroli bersama-sama TNI, Satpol PP, membangun pos-pos di tempat perindustrian," ujar Rudi.
Nantinya, kata dia, anggota Polisi akan melakukan patroli tidak hanya dikawasan industri besar saja, tapi sampai ke pasar-pasar dan pemukiman warga.
"Tidak, di perumahan juga, di pasar-pasar itu rakyat-rakyat kecil, yang pedagang-pedagang kecil diambil-ambilin duitnya Rp 5.000 segala rupa, parkir liar segala rupa," katanya. (Tribunjabar, Surya.co.id )
Sosok Menpar Widiyanti Putri, Benarkah Minta Air Galon untuk Mandi Saat Kunker? Segini Kekayaannya |
![]() |
---|
Viral Sopir Ambulans Emosi Hingga Tunjukkan Pasien Kritis ke Pengemudi Innova yang Halangi Jalan |
![]() |
---|
10 Tudingan Irjen Krishna Murti Terseret Isu Perselingkuhan: Transfer Uang hingga Panggilan Mesra |
![]() |
---|
Duduk Perkara Tutut Soeharto Gugat Menkeu Purbaya Yudhi, Soal Pencekalan ke Luar Negeri |
![]() |
---|
Pengakuan Polisi yang Biarkan Anaknya Hajar Wakepsek, Beda dengan Keterangan Saksi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.