Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Banjir Grobogan 2025

Kerusakan Hutan Picu Banjir Sukorejo, Jateng: Reboisasi Jadi Solusi Mendesak

Banjir Sukorejo dipicu rusaknya hutan di hulu sungai. Reboisasi dan perbaikan lingkungan jadi solusi jangka panjang menurut Wagub Jateng.

TRIBUNJATENG/FACHRI
Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, meninjau langsung lokasi banjir di Desa Sukorejo, Kecamatan Tegowanu, Kabupaten Grobogan, Selasa (20/5/2025). Dalam kunjungannya, ia menyoroti berbagai faktor penyebab banjir, mulai dari jebolnya tanggul, kerusakan lingkungan di hulu sungai, hingga masalah pengelolaan sampah di bantaran. (TRIBUNJATENG/FACHRI) 

TRIBUNJATENG.COM, GROBOGAN – Banjir yang melanda Desa Sukorejo, Kecamatan Tegowanu, Kabupaten Grobogan, Selasa (20/5/2025), menjadi alarm serius tentang kerusakan lingkungan di hulu sungai.

Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, menegaskan pentingnya mengembalikan fungsi hutan sebagai penyangga alami aliran air.

Dalam kunjungannya, Taj Yasin menyoroti berbagai penyebab banjir, mulai dari jebolnya tanggul, buruknya pengelolaan sampah, hingga kerusakan hutan di daerah hulu.

Ia menyatakan bahwa air yang semestinya mengalir dalam waktu tujuh jam dari hulu ke Sukorejo, kini hanya butuh dua jam. Ini menunjukkan ekosistem hutan di atas telah rusak parah.

"Harusnya air dari hulu butuh tujuh jam, sekarang dua jam. Artinya, fungsi hutan hilang. Reboisasi jadi kebutuhan mendesak," jelasnya.

Kerusakan Hutan Percepat Arus Air dan Picu Banjir

Hutan di hulu sungai berperan penting dalam menyerap air hujan dan menahan laju aliran ke hilir.

Ketika hutan rusak dan kawasan hulu gundul, tanah kehilangan daya serap, dan air langsung mengalir deras ke bawah. Hal ini memperbesar risiko banjir, seperti yang kini terjadi di Sukorejo.

Taj Yasin juga menyebut kontur tanah Sukorejo yang cekung sebagai faktor tambahan penyebab banjir.

Tanpa saluran pembuangan tambahan, air akan terus menggenang. Satu saluran yang ada dianggap belum cukup.

Tak hanya itu, sampah dari aktivitas pertanian di bantaran sungai juga turut memperparah kondisi. Limbah dari tanaman seperti pisang dan jagung menyumbat saluran air.

"Bukan sampah rumah tangga, tapi sisa tanaman di bantaran. Ini harus jadi perhatian masyarakat," tegasnya.

Normalisasi dan Pompa Air

Pemprov Jateng kini bekerja sama dengan BBWS dan Kementerian PUPR untuk menangani banjir, baik jangka pendek maupun panjang.

Rencana normalisasi sungai tengah disiapkan, dan empat pompa air telah diturunkan ke lokasi. Penambahan pompa juga sedang diupayakan.
Kesimpulan: Reboisasi Kunci Pencegahan Banjir

Banjir di Sukorejo bukan sekadar bencana musiman, melainkan dampak nyata dari krisis lingkungan.

Solusi jangka panjang tak cukup hanya memperkuat tanggul atau memperbanyak pompa air.

Reboisasi dan pemulihan fungsi hutan di hulu adalah kunci utama mencegah bencana serupa terulang.

Jika kamu ingin artikel ini dalam versi ringkas atau untuk media sosial, saya bisa bantu buatkan juga. (*)

Baca juga: Megawati Hangestri Sedih, Ayahnya Tak Sempat Melihat Kiprahnya di Korea: Awalnya Gak Mau

Baca juga: Studi Tour di Batang Diperbolehkan, Kadisdikbud: Tapi Ada Aturannya

Baca juga: Riwayat Kesehatan Jasad Pria di Sungai Putat Purbalingga Punya Demensia Sebelum Hilang 3 Hari

 

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved