Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Rumah Tua Kapitan Arab Yang Ditelan Akar, Menyingkap Sejarah di Balik Studio Gerak Cepat

Di Kampung Melayu, Semarang, sebuah rumah tua sedang dibersihkan dari pohon-pohon liar yang menempel pada bangunan bersejarah itu.

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: Catur waskito Edy
Rezanda Akbar D.
RUMAH TUA - Bekas tempat tinggal Kapitan Arab di Kampung Melayu sekaligus studio foto legendaris di Kota Semarang yakni Studio Gerak Cepat, bangunan ini mulai dibersihkan dari pohon-pohon yang menjalar memakan bangunan tua bersejarah di pinggir jalan kampung Melayu/(TRIBUNJATENG.COM/REZANDA AKBAR D.) 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Di Kampung Melayu, Semarang, sebuah rumah tua sedang dibersihkan dari pohon-pohon liar yang menempel pada bangunan bersejarah itu.

Dari luar, rumah itu tak tampak seperti bangunan bersejarah. Dindingnya diselimuti sulur liar, atapnya retak oleh pohon yang tumbuh di sela genting. 

Akar menembus tembok, dahan menyusup ke dalam bangunan. Lebih mirip reruntuhan hutan kecil ketimbang rumah tua.

Tapi pada siang itu, suara gergaji mesin menggema di kawasan tersebut. Beberapa lelaki tampak memotong batang-batang pohon yang menjulang dari dalam rumah.

“Ini kita lagi mengadakan pembersihan karena sudah sekian puluh tahun kan disewa oleh pihak lain.

Baru beberapa bulan lalu ini kembali ke masjid,” ujar Zainal, pengurus Yayasan Masjid Menara Semarang, Rabu (28/5/2025).

Bangunan tua yang dimaksud dulunya dikenal sebagai Studio Gerak Cepat, sebuah studio foto legendaris di era 1970-an. 

Namun di balik identitas komersial itu, tersimpan lapisan sejarah yang lebih dalam jejak seorang Kapitan Arab di masa Hindia-Belanda.

Selama dua tahun terakhir, rumah itu dikosongkan tak berpenghuni. Tanaman liar pun tumbuh tak terkendali.

Akar-akar pepohonan bukan hanya merusak, tapi nyaris menghapus bangunan dari peta visual kawasan.

Baru ketika rumah ini kembali ke tangan yayasan beberapa bulan lalu, upaya pembongkaran rimbunnya dimulai sebuah aksi pelestarian yang menggunakan gergaji mesin.

“Dulu katanya rumah Kapitan Arab,” bisik Zainal, seolah tak ingin merusak sakralitas sejarahnya.

Kampung Melayu, tempat bangunan ini berdiri, dulunya merupakan kawasan hunian orang Arab Hadhrami. 

Seperti banyak kota pelabuhan di pesisir utara Jawa, Semarang menjadi rumah bagi para perantau dari Hadhramaut (Yaman Selatan) yang datang sejak abad ke-18.

Mereka membentuk komunitas yang terorganisir, lengkap dengan pemimpinnya yang ditunjuk oleh pemerintah kolonial, yakni Kapitan Arab.

Kapitan Arab adalah semacam perantara resmi antara komunitas Arab dan pemerintah kolonial. 

Mereka mengatur persoalan sipil, pernikahan, bahkan pajak, serta menjadi figur sosial dan politik penting di lingkungannya.

Di Semarang, jabatan Kapitan Arab sempat dipegang oleh tokoh berpengaruh dari keluarga Alhabsyi nama yang masih menghiasi makam tua dan silsilah Habib di kota ini.

Beberapa nama yang pernah memegang jabatan itu di Semarang di antaranya Sayyid Abdurrahman Alhabsyi dan Sayyid Ali bin Yahya Alhabsyi.

Diduga, bangunan yang berdiri lebih dari 100 tahun silam ini pernah digunakan rumah tinggal Kapitan Arab.

"Untuk hal ini kami masih terus menelusuri apakah ada literatur atau dokumen yang menyebutkan bangunan ini benar-benar sebagai rumah Kapitan Arab," jelas Zainal.

Pada foto lamanya bangunan ini dahulu tampak tiang-tiang tinggi, denah luas, ventilasi besar dengan kisi kayu, serta struktur yang lazim dijumpai di rumah-rumah elite bergaya Indies di Tanah Jawa.

Namun saat ini, kondisi rumah tersebut hampir setengahnya sudah tenggelam oleh jalanan.

Setelah masa kolonial berlalu, rumah ini sempat digunakan sebagai sekolah Al Irsyad sekitar tahun 1960-an.

Begitu sekolah pindah ke lokasi baru, rumah disewakan kepada seorang Fotografer bernama Ali Mahrus.

Dialah yang kemudian membuka Studio Gerak Cepat di sini studio foto yang dikenal luas di Semarang pada masanya.

Sejak tahun 1970-an rumah ini difungsikan sebagai tempat tinggal dan studio foto. Orang-orang mendokumentasikan pas foto, foto keluarga dan momen istimewa mereka pada studio itu.

Tapi waktu terus bergulir. Era digital datang. Studio tutup. Rumah ditinggalkan. Dan pelan-pelan, pepohonan mengambil alih.

Semarang dikenal dengan Kota Lama-nya yang cantik, namun banyak situs sejarah lain tercecer di luar pusat wisata. 

Rumah ini bekas studio legendaris di Semarang, bekas sekolah, dan diduga pernah menjadi kediaman seorang Kapitan komunitas Arab adalah salah satunya.

Di balik tembok lapuk dan akar yang merobek fondasi, rumah ini menyimpan potongan penting dari sejarah urban Semarang yang kosmopolit.

“Semoga pemerintah kota, atau Dinas Kebudayaan bisa lihat dan bantu pelestariannya,” harap Zainal. (Rad)

Baca juga: Pemkab Blora Genjot 5 Klaster Pemenuhan Hak Anak Demi Kabupaten Layak Anak Tingkat Nindya

Baca juga: Pemkab Blora Genjot 5 Klaster Pemenuhan Hak Anak Demi Kabupaten Layak Anak Tingkat Nindya

Baca juga: Dr Henny : Pembangunan RSUD Kraton Tahap 2 Dimulai, Target Rampung 2026

FOTO LAWAS - Warga keturunan Arab berfoto di depan bangunan sekitar tahun 1950-an /Dok Warga Kampung Melayu

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved