Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Solo

Rektor ISI Surakarta Dikukuhan Jadi Guru Besar Kajian Budaya Bali

Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, I Nyoman Sukerna, dikukuhkan menjadi Guru Besar bidang Kajian Budaya Bali

Penulis: Ardianti WS | Editor: muslimah
Tribun Jateng/Woro Seto
PENGUKUHAN GURU BESAR- Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, I Nyoman Sukerna, dikukuhkan menjadi Guru Besar bidang Kajian Budaya Bali. Acara pengukuhan itu digelar di Pendopo Ageng ISI Solo, Kamis (12/6/2025). 

TRIBUNJATENG.COM, SOLO - Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, I Nyoman Sukerna, dikukuhkan menjadi Guru Besar bidang Kajian Budaya Bali.

Acara pengukuhan itu digelar di Pendopo Ageng ISI Solo, Kamis (12/6/2025).

Prof. Dr. I Nyoman Sukerna, S.Kar., M.Hum merupakan guru besar ke-21 yang dikukuhkan di ISI Surakarta.

Dalam pengukuhan tersebut, I Nyoman menyampaikan pidato berjudul Legasi dan Viralitas Inovasi Tradisi: Pembelajaran dari Perjalanan Gong Kebyar. Gong Kebyar merupakan alat musik yang umum ditemui pada seni tradisi di Bali.

Menurutnya, kelahiran Gong Kebyar di Bali Utara pada awal abad ke-20 bukanlah kebetulan artistik semata. Ia lahir sebagai respons terhadap gejolak sosial-politik di tengah tekanan kolonialisme Belanda.

"Fenomena Gong Kebyar bukanlah kebetulan artistik. Gong Kebyar lahir pada awal abad ke-20 di Bali Utara (Buleleng) sebagai respons artistik terhadap konteks sosial-politik yang bergejolak. Di tengah tekanan kolonialisme Belanda dan kuatnya resistensi masyarakat, musik Kebyar yang cepat, dinamis, dan eksplosif menjadi metafora semangat pembebasan serta cerminan spirit jengah (motivasi internal untuk unggul) masyarakat Buleleng. Momentum ini diperkuat oleh melemahnya otoritas keraton pasca kekalahan dari Belanda. Salah satu kunci keberhasilan Gong Kebyar adalah kemampuannya memadukan legasi dan inovasi. Tradisi tidak ditinggalkan, melainkan menjadi sumber inspirasi. Para seniman mengambil elemen musik tradisional lalu mengolahnya dengan virtuositas dan energi baru," ujarnya.
 
I Nyoman Sukerna mnyebutkan Ging Kebyar menjadi sebuah musik yang mampu memberi inovasi tanpa kehilangan identitas.

"Salah satu kunci keberhasilan Gong Kebyar adalah kemampuannya berinovasi tanpa kehilangan identitas. Tradisi tidak diabaikan, melainkan menjadi sumber inspirasi," terangnya.

Inovasi bisa tercipta berkat maestro dan komunitas seni. Para maestro berfungsi sebagai penyebar ide, sementara komunitas menjadi menjadi penghubung yang mempercepat adopsi.

Lebih lanjut, Nyoman memaparkan prinsip-prinsip "penularan" atau contagious yang membuat Gong Kebyar begitu populer, atau dalam bahasa yang lebih sederhana disebut viral.

Kemampuan menguasai Gong Kebyar menjadi simbol kebanggaan (social currency), pertunjukannya membangkitkan emosi kuat, dan visibilitasnya yang tinggi di ruang publik memicu rasa penasaran.

Keberhasilan ini juga tidak lepas dari peran para agen perubahan, baik internal maupun eksternal. Secara internal, para maestro serta komunitas seni yang inovatif menjadi motor penggerak.

"Perjalanan Gong Kebyar menjadi fenomena budaya yang begitu kuat tidak hanya digerakkan dari dalam, tetapi juga oleh dukungan dan intervensi dari luar. Agen perubahan yang krusial ini datang dari berbagai lini, membentuk ekosistem yang mendukung difusi dan inovasi seni ini," katanya.

Sementara itu, dukungan eksternal terhadap pengembangan Gong Kebyar datang dari peneliti asing, industri pariwisata, hingga institusi akademik seperti ISI Denpasar dan festival besar seperti Pesta Kesenian Bali (PKB) sejak 1979.

"Kombinasi faktor internal dan eksternal inilah yang memastikan Gong Kebyar terus berkembang dan menyebar secara eksponensial, menjadikannya fenomena budaya yang mengakar kuat," ungkapnya.

I Nyoman Sukerna menekankan agar tradisi bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved