Berita Banyumas
Diejek 'Tukang Tagih' hingga Menembus Bukit, Perjuangan Evi Kader JKN dari Lumbir Banyumas
Evi Lismawati (48) memacu motornya melintasi jalan terjal dan berbatu. Tujuannya bukan wisata, bukan pula urusan pribadi.
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, PURWOKERTO - Evi Lismawati (48) memacu motornya melintasi jalan terjal dan berbatu.
Tujuannya bukan wisata, bukan pula urusan pribadi.
Setiap hari, ia mendatangi rumah demi rumah, menembus perbukitan Desa Lumbir hingga ke pelosok Desa Cirahab dan Dermaji.
Sudah tujuh tahun terakhir, Evi menjadi kader JKN (Jaminan Kesehatan Nasional).
Ia mewakili suara program yang kerap dipandang sebelah mata.

Terutama saat warga baru menyadari keanggotaannya nonaktif kala berobat di puskesmas.
"Saya dibilang 'kaeh tukang tagieh teka' (itu tukang tagih datang), ya pernah.
Tapi saya anggap itu risiko.
Bagi saya, yang penting mereka akhirnya membayar dan tetap bisa berobat," katanya sembari tersenyum.
Evi bukan sekadar relawan, ia juga merupakan Kaur Perencanaan di Desa Lumbir.
Datangi 40 Rumah Per Hari
Tak jarang, sehari ia mendatangi 30 sampai 40 rumah.
Berbekal data dari BPJS Kesehatan, ia menyusuri rumah-rumah peserta yang menunggak.
Di Desa Lumbir, Kecamatan Lumbir sendiri, ada 798 kepala keluarga terdaftar sebagai peserta JKN.
"Saya naik motor, kerjasama dengan perangkat desa, dan berbekal data.
Kadang warga kaget saat saya datang," ujarnya kepada Tribunbanyumas.com, Selasa (17/6/2025).
Tapi ia paham, tugasnya bukan sekadar mengingatkan.
Ia harus bisa membujuk dengan hati.
"Biasanya mereka luluh kalau ada anggota keluarga yang sakit.
Atau kalau anaknya mau masuk ASN, pasti buru-buru bayar," tambah Evi.
Tak jarang ia dimarahi.
Bahkan ada warga yang merasa tidak pernah punya tunggakan apapun soal JKN.
Tapi itu tidak membuatnya menyerah.
"Warga kadang belum kenal saya, mereka merasa tidak welcome.
Tapi saya tetap sabar.
Tugas saya bukan cuma menagih, tapi juga mengedukasi," ucapnya.
Tunggakan dan Tantangan
Sebagian besar peserta yang menunggak berasal dari BPJS kesehatan kelas 3.
Tunggakan mereka bisa mencapai Rp3,5 juta.
Namun sesuai kebijakan, yang dihitung adalah maksimal 24 bulan plus satu bulan berjalan.
"Kalau mereka tahu kebijakan ini, biasanya langsung berubah.
Saya bantu cek tagihan lewat WA.
Kuncinya bagi saya adalah telaten dan tidak gampang tersinggung," ungkap Evi.
Tantangan terberat, katanya, adalah medan.
Contohnya adalah di Desa Cirahab dan Dermaji menjadi wilayah paling sulit dijangkau.
"Ojek ke sana aja bisa Rp50 ribu.
Tapi saya tetap berangkat.
Yang penting mereka paham hak dan kewajibannya sebagai peserta JKN," ucapnya.
Ikhlas dan Lega Saat Warga Melunasi
Kebahagiaan terbesar Evi adalah saat melihat warga berhasil melunasi tunggakan.
Bukan hanya karena ia akan menerima imbal jasa dari BPJS Kesehatan, tetapi juga karena program JKN bisa terus berjalan.
"Saya senang kalau ada yang melunasi.
Saya lega.
Saya selalu berdoa program JKN jangan sampai putus kontrak," katanya.
Motivasinya sederhananya ia ingin punya pekerjaan yang bisa membantu orang lain.
"Awalnya saya perangkat desa sejak 2012.
Mental saya terlatih dari situ.
Sekarang saya merasa bangga bisa jadi bagian dari JKN," katanya.
Tak Sekadar Tagih, Tapi Menjaga Akses Kesehatan
Dalam kesehariannya, Evi juga menerima banyak pertanyaan.
Mulai dari cara reaktivasi kartu BPJS, cek tagihan, hingga keluhan warga yang baru tahu kartunya nonaktif ketika sedang sakit.
"Mereka biasanya bingung saat kontrol ke puskesmas.
Akhirnya tanya ke Pak Kades atau langsung ke saya.
Saya bantu jelaskan sejelas-jelasnya," ungkapnya.
Baginya, kader JKN bukan hanya pengingat tagihan.
Tapi juga jembatan informasi dan penggerak empati.
"Saya ingin terus belajar, semoga bisa tambah ilmu dan jadi kader yang lebih baik lagi," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala BPJS Kesehatan Cabang Purwokerto, Niken Sawitri mengatakan Kader JKN adalah perpanjangan tangan dari BPJS Kesehata.
Ia kader BPJS bertugas memberikan edukasi, sosialisasi, serta membantu masyarakat dalam mengakses layanan JKN.
"Mereka bukan pegawai tetap BPJS Kesehatan, melainkan mitra yang direkrut mendukung pelaksanaan program JKN-KIS (Kartu Indonesia Sehat) terutama di tingkat komunitas, desa, atau kelurahan," terangnya.
Evi adalah salah satu dari 42 kader JKN yang tersebar di tiga kabupaten: Banyumas, Purbalingga, dan Cilacap.
Menurutnya Evi adalah wajah dari perjuangan diam-diam agar ribuan warga tetap terjamin kesehatannya lewat program JKN.(jti)
Libur HUT ke-80 RI, KAI Daop 5 Purwokerto Catat Puncak Kenaikan Penumpang Tembus 16.000 Lebih! |
![]() |
---|
Dugaan Kekerasan Seksual Guru Besar Unsoed: Tim Pemeriksa Batal Panggil Korban, Ada Apa? |
![]() |
---|
Sumanto Jadi Inspirasi "Labinak: Mereka Ada di Sini", Film Horor Bertema Teror Kanibalisme |
![]() |
---|
Bupati Banyumas Absen Pimpin Upacara HUT ke-80 RI, Dampingi 50 Penari Tampil di Istana Negara |
![]() |
---|
50 Penari Banyumas Tampil dalam Upacara Peringatan HUT Ke-80 RI di Istana Negara |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.