Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Regional

"Kami Muak Disuruh Jadi ART!" Pengakuan Mengejutkan 7 Guru Kompak Resign Dari Sekolah

Terungkap alasan sejumlah guru kompak berhenti kerja massal menjadi pengajar di sekolah swasta elit karena sering disuruh bak Asisten Rumah Tangga.

Penulis: Raf | Editor: raka f pujangga
Wartakotalive.com/Rendy Rutama
GURU RESIGN MASSAL - Sejumlah guru pengajar Sekolah swasta elite di Jalan Baru Perjuangan Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, diduga bodong, kini kompak resign atau berhenti kerja massal gegara diperlakukan seperti ART. 

"Minggu  lalu anak saya sakit, jadi tidak masuk, Minggu lalu sempat ujian, nah disuruh susulan ujian hari ini, tapi ya gitu digembok (Sekolahnya) tidak bisa masuk, padahal udah pakaian lengkap anak saya," jelasnya. 

Akan tetapi, begitu sampai ternyata sekolah berhenti beroperasi dan pagar digembok.

"Tapi ya gitu, digembok (sekolahnya) tidak bisa masuk, padahal udah pakaian lengkap anak saya," 

Nurhaliza menuturkan, sebelum dikagetkan dengan sekolah yang tiba-tiba beroperasi, dirinya sempat menyimpan rasa curiga terhadap sistem pelayanan pembelajaran.

Kecurigaan terjadi saat dirinya dijanjikan fasilitas konseling dari psikolog untuk anaknya yang sekolah di tempat tersebut.

Namun, kenyataannya, janji itu palsu atau tidak terealisasi.

"Jadi saya selama anak saya sekolah di sini tidak pernah ketemu psikolog," tuturnya, melansir Warta Kota.

Nurhaliza mengaku sangat kecewa karena janji konseling dengan psikolog tidak terealisasi.

Selain karena sudah meluangkan waktu, dirinya dan suami sudah mengeluarkan biaya untuk fasilitas tersebut hingga nominal jutaan rupiah.

"Udah (bayar), itu udah termasuk ke biaya Activity Fee, paket, nilainya Rp5,5 juta buat kelas Nursery," ucapnya.

Nurhaliza berharap pihak pengelola sekolah dapat bertanggung jawab dengan mengembalikan uang orang tua siswa.

"Sebaiknya bertanggung jawab pihak sekolah dan kembalikan uang yang  sudah terlanjur bayar, saya juga masih ada uang pangkal di sekolah ini udah kebayar Rp7,3 juta," harapnya.

Berencana Lapor Polisi

Sementara wali murid lainnya, Benny Sugeng Waluyo (42), yang mensekolahkan anaknya yang merupakan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), mengeluhkan hal serupa.

Mulanya, Sugeng mengatakan sempat mendapat informasi kalau sekolah ini memiliki pembelajaran inklusi yang ada psikolognya.

Sumber: Warta Kota
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved