Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

UKSW SALATIGA

Salatiga Tempo Doeloe, Aksi Mahasiswa Destinasi Pariwisata UKSW Ajak Anak Muda Lestarikan Budaya

Mahasiswa Prodi Destinasi Pariwisata UKSW wujudkan aksi nyata merawat warisan budaya lokal dengan menggelar acara bertajuk Salatiga Tempo Doeloe.

Penulis: Laili Shofiyah | Editor: M Zainal Arifin
Istimewa
SUASANA TEMPO DULU: Suasana Salatiga Tempo Doeloe di halaman Dinas Perpustakaan Kota Salatiga yang digelar Prodi Despar Fakultas Interdisiplin (FId) UKSW. Kegiatan tersebut wujud aksi nyata merawat warisan budaya lokal. (Dok UKSW) 

TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Sejumlah mahasiswa Program Studi (Prodi) Destinasi Pariwisata (Despar) Fakultas Interdisiplin (FId) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) wujudkan aksi nyata merawat warisan budaya lokal dengan menggelar acara bertajuk Salatiga Tempo Doeloe di halaman Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Salatiga.

Acara yang berlangsung pada Sabtu (14/6/2025) ini menyuguhkan beragam produk budaya tradisional, berupa seni, permainan, hingga jajanan lawas.

Dengan mengusung tagline acara “Kelingan Mbiyen”, kegiatan tersebut hadirkan nuansa nostalgia bagi masyarakat sekaligus mengajak generasi muda melestarikan warisan leluhur. 

Adapun para tamu yang hadir di antaranya yakni Plt Dekan Fakultas Interdisiplin Priyo Hari Adi, Ph.D., Wakil Dekan Aldi Herindra Lasso, S.Pd., M.M.Par., Ph.D., Pamong Budaya Ahli Madya Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X Theresiana Ani Larasati, serta para perwakilan dari Dinas Pendidikan Kota Salatiga, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Salatiga, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Salatiga, dan Komunitas Salatiga Heritage. 

Dalam sambutannya, Priyo Hari Adi mengingatkan bahwa Salatiga merupakan salah satu kota tertua di Indonesia, sehingga tak heran kekayaan warisan budaya nenek moyang menjadikan Salatiga sebagai Kota Gastronomi yang diakui oleh UNESCO Creative Cities Network (UCCN).

20250620_UKSW_Despar_2
BUDAYA LOKAL: Prodi Despar Fakultas Interdisiplin (FId) UKSW menggelar acara bertajuk Salatiga Tempo Doeloe di halaman Dinas Perpustakaan Kota Salatiga. Kegiatan tersebut wujud aksi nyata merawat warisan budaya lokal. (Dok UKSW)

Baca juga: Perkuat Jejaring Internasional, FTEOL UKSW Adakan Kuliah Tamu Bersama NGO International Globethics

Di samping itu, ia mengapresiasi kegiatan Salatiga Tempo Doeloe untuk mengenalkan dan menularkan semangat pelestarian kepada generasi masa kini. 

“Kegiatan ini merupakan upaya dari teman-teman untuk memperkenalkan kepada generasi masa kini tentang kekayaan budaya lokal."

"Semoga segala yang telah dikerjakan oleh teman-teman dapat menjadi pengingat bahwa Salatiga adalah kota budaya yang merekatkan dan menyatukan, membentuk generasi yang saling peduli satu sama lain,” ungkapnya. 

Sementara itu, Pamong Budaya Ahli Madya Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X, Theresiana berharap agar kegiatan semacam ini dapat menjadi ajang kolaborasi yang berkelanjutan guna menggali kembali warisan budaya tak benda di Salatiga.

“Pariwisata dan kebudayaan itu tentu beririsan, sehingga banyak sekali hal-hal yang perlu kita kolaborasikan bersama."

"Seperti halnya yang kami tampilkan di stan, yakni enting-enting gepuk, di mana makanan tersebut telah ditetapkan sebagai warisan tak benda."

"Tentunya penghargaan ini sangat baik, namun masih banyak warisan tak benda lainnya yang perlu kita gali lagi,” tuturnya.

Baca juga: Rayakan Dies Natalis ke-33, FSM UKSW Bagikan 300 Produk Riset Inovasi Sains Secara Gratis

Aksi Lokal Dampak Global 

Diketahui acara ini merupakan capaian mata kuliah Pengembangan Produk Buatan berupa event.

Dosen pengampu sekaligus penanggung jawab acara, Dr. Lasti Nur Satiani, S.S., M.Pd., mengungkap bahwa acara ini merupakan kali pertama diadakan.

Selain bertujuan untuk mengenalkan budaya lokal kepada anak muda, kegiatan ini juga memberi ruang penuh bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) berupa produk makanan tradisional yang menempati deretan stan di area kegiatan. 

Sebagai dosen pengampu, Dr. Lasti juga menekankan visi penting mata kuliah ini untuk para mahasiswanya melalui tagline “Aksi Lokal Dampak Global”.

Ia berharap mahasiswa mampu menjadi garda terdepan untuk mengenalkan kekayaan budaya lokal kepada dunia. 

“Kita punya tagline “Aksi Lokal Dampak Global”, artinya kegiatan mata kuliah ini dapat menjadi langkah awal dalam melestarikan budaya lokal dan memperkenalkannya kepada generasi muda dan dunia."

"Kalau bukan kita siapa lagi,” tuturnya. 

Salah satu pengunjung, Arum mengapresiasi kegiatan ini untuk menumbuhkan kecintaan anak muda terhadap budaya dan tradisi lokal.

Ia berpesan agar acara ini dapat menjadi ajang tahunan. 

“Tadi sempat menonton permainan tradisional dan itu bagus sekali untuk dikenalkan lagi ke anak-anak."

"Semoga acara-acara seperti ini bisa terus diadakan setiap tahun,” ujar Arum (25).

Baca juga: UKSW Rintis Prodi Artificial Intelligence: Iman dan Teknologi Bersatu untuk Masa Depan Indonesia

Melalui kegiatan ini pula, UKSW sekaligus menunjukkan dukungan nyata terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDGs ke-4 pendidikan berkualitas, dan SDGs ke-17 kemitraan untuk mencapai tujuan. 

Sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terakreditasi Unggul, UKSW telah berdiri sejak 1956 dengan 15 fakultas dan 64 program studi di jenjang D3 hingga S3, dengan 31 Prodi Unggul dan A.

Terletak di Salatiga, UKSW dikenal dengan julukan Kampus Indonesia Mini, mencerminkan keragaman mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah.

Selain itu, UKSW juga dikenal sebagai "Creative Minority" yang berperan sebagai agen perubahan dan inspirasi bagi masyarakat.

Salam Satu Hati UKSW! (Laili S/***)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved