Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

SIMPEL, Jurus Jitu PLN IP Semarang Gaet Warga Gunung Ungaran Jaga Lingkungan Sambil Dongkrak Ekonomi

Sinergi Indonesia Power dan Media Peduli Ekonomi dan Lingkungan mulai membuktikan konservasi lingkungan dan penguatan ekonomi lokal bisa beriringan.

Penulis: budi susanto | Editor: raka f pujangga
TRIBUN JATENG/BUDI SUSANTO
KEDAI KOPI - Aktivitas pengunjung dan crew dari Kedai Kopi Pucuke Kendal yang terletak di Lereng Gunung Ungaran tepatnya di Ngesrep Balong beberapa waktu lalu. Kedai Kopi Pucuke Kendal merupakan binaan PT PLN Indonesia Power yang kini berkembang dan memberdayakan masyarakat sekitar, bahkan bisa dikatakan satu-satunya kedai kopi yang memanfaatkan pasokan listrik dari PLTMH yang masih aktif hingga sekarang. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG -  Sebuah program bertajuk Sinergi Indonesia Power dan Media Peduli Ekonomi dan Lingkungan (SIMPEL) mulai membuktikan konservasi lingkungan dan penguatan ekonomi lokal bisa berjalan beriringan. 

Digagas oleh PT PLN Indonesia Power UBP Semarang, program ini menyasar masyarakat di sekitar Gunung Ungaran, terutama di Desa Ngesrep Balong, Kabupaten Kendal, yang hidup berdampingan langsung dengan kawasan hutan dan sumber daya alam.

Lewat SIMPEL, warga tak lagi hanya jadi penonton dalam isu lingkungan.

Baca juga: Durasi dan Frekuensi Gangguan Listrik Menurun, PLN Catat Kinerja Operasional Positif Sepanjang 2024

Mereka kini ikut menjaga alam, menanam pohon, hingga membentuk kelompok ekonomi kecil yang diberdayakan oleh PLN IP dan didukung media lokal.

“Sebelumnya kami belum tahu cara mengelola potensi desa kami. Setelah ada pendampingan, kami bisa tanam pohon, sekaligus jual produk olahan hasil bumi,” ungkap Hasan seorang warga lereng Gunung Ungaran, Minggu (22/6/2025).

20250622_Kedai Kopi Pucuke Kendal_2
KEDAI KOPI - Aktivitas pengunjung dan crew dari Kedai Kopi Pucuke Kendal yang terletak di Lereng Gunung Ungaran tepatnya di Ngesrep Balong beberapa waktu lalu. Kedai Kopi Pucuke Kendal merupakan binaan PT PLN Indonesia Power yang kini berkembang dan memberdayakan masyarakat sekitar, bahkan bisa dikatakan satu-satunya kedai kopi yang memanfaatkan pasokan listrik dari PLTMH yang masih aktif hingga sekarang.

Program ini tidak datang tiba-tiba. Ada proses edukasi, pelatihan, dan pendekatan komunikasi yang dilakukan bersama media untuk mengangkat cerita-cerita positif dari desa ke ruang publik. 

Media bukan sekadar peliput, tapi mitra aktif dalam menyebarkan kesadaran soal pentingnya peran warga dalam menjaga ekosistem Gunung Ungaran.

Meski belakangan program ini mendapatkan penghargaan Bronze Winner dari ajang IDEAS Award 2025 oleh PR Indonesia, pencapaian utamanya justru terasa di lapangan, warga mulai mengubah cara pandang terhadap hutan di sekitar mereka, dari yang semula dianggap biasa, kini jadi aset yang harus dijaga dan bisa dikelola bersama.

Dijelaskan Flavianus Erwin Putranto, Senior Manager PLN IP UBP Semarang, inisiatif tersebut lahir dari kebutuhan membangun keterhubungan antara industri dan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan konservasi.

"Harapannya bukan cuma lingkungan yang terjaga, tapi juga ekonomi warga ikut terangkat. Media kami ajak karena mereka punya kekuatan menyuarakan hal-hal baik yang terjadi di desa,” ujarnya dalam sebuah diskusi usai menerima penghargaan beberapa waktu lalu.

Apa yang dimulai sebagai program tanggung jawab sosial perusahaan kini tumbuh menjadi gerakan kolektif. 

Warga, media, dan PLN membangun hubungan yang setara, tidak top-down, untuk menyuarakan pentingnya keseimbangan antara pembangunan dan pelestarian alam.

Baca juga: Gaya Hidup Hijau Pegawai PLN Jateng DIY, Inspirasikan Listrik untuk Rakyat

IDEAS Award sendiri tahun ini menyoroti pentingnya komunikasi inklusif dan berkelanjutan. 

Program SIMPEL menjadi salah satu dari 35 inisiatif yang dinilai berhasil menjawab tantangan zaman lewat pendekatan Environmental, Social, Governance (ESG) yang lebih manusiawi.

Program ini menjadi contoh bahwa membangun masa depan yang lebih lestari bukan soal konferensi atau piagam penghargaan, tapi tentang bagaimana warga di kaki Gunung Ungaran kini bisa hidup berdampingan dengan alam dan merasa punya andil menjaganya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved