Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Demak

Inilah Konsep Hybrid Sea Wall Untuk Atasi Rob, Membentang 30 Kilometer dari Demak hingga Jepara

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menargetkan pembangunan Hybrid Sea Wall atau tanggul laut di Kabupaten Demak akan dimulai pada Oktober 2025.

Penulis: Raf | Editor: raka f pujangga
Tribunjateng/Faizal M Affan
TANGGUL LAUT DEMAK - Proyek pembangunan tanggul laut atau hybrid sea wall direncanakan akan dibangun pada Oktober 2025 dan diklaim mampu mengatasi banjir rob di jalur pantura Sayung, Kabupaten Demak. 

"Saya berharap pada tahun depan 2026, pekerjaan Hybrid Sea Wall bisa selesai. Iya sekitar 20-30 km panjangnya," tuturnya.

BANJIR ROB - Kondisi salah satu rumah warga Desa Surodadi, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara yang terdampak banjir rob, Senin (23/6/2025). Mayoritas warga di desa tersebut terpaksa harus meninggikan rumah mereka agar tidak terendam ganasnya air rob imbas abrasi.
BANJIR ROB - Kondisi salah satu rumah warga Desa Surodadi, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara yang terdampak banjir rob, Senin (23/6/2025). Mayoritas warga di desa tersebut terpaksa harus meninggikan rumah mereka agar tidak terendam ganasnya air rob imbas abrasi. (TRIBUN JATENG/TITO ISNA UTAMA)

Pembebasan Lahan Siap

Di lain pihak, Sekretaris Daerah Demak, Akhmad Sugiharto, mengatakan akan membantu Pemprov untuk memfasilitasi pembebasan lahan.

"Saya rasa kami Pemkab Demak akan fasilitasi pembebasan lahan untuk proyek Hybrid Sea Wall. Sebab anggaran pembebasan lahan dari Pemprov tidak ada," jelasnya, Kamis (26/6/2025).

Akhmad menambahkan anggaran yang diajukan sebesar Rp 1,7 triliun untuk pembangunan tanggul laut dihitung berdasarkan hasil DED (Detail Engineering Design).

"Anggaran yang diajukan kemarin tidak termasuk pembebasan lahan. Itu dari hasil DED Pemprov kemudian kami ajukan ke pemerintah pusat," tambahnya.

Konsep Hybrid Sea Wall

Sementara itu, perwakilan dari Tim Pengendalian Banjir dan Rob Jawa Tengah, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Undip Semarang, Denny Nugroho Sugianto, menjelaskan konsep Hybrid Sea Wall merupakan hasil riset Undip sejak 2012 di kawasan Timbulsloko, Kecamatan Sayung.

Baca juga: Atasi Rob, Pengerjaan Hybrid Sea Wall Demak Ditarget Mulai Oktober 2025

Konsep ini memadukan beton ringan berbentuk kelontong untuk menahan gelombang laut di sisi utara dan mengendalikan sedimentasi di sisi selatan. 

Lahan yang terbentuk dari sedimentasi akan ditanami mangrove sebagai perisai alami terhadap rob dan abrasi.

“Konsep ini merupakan perpaduan antara perlindungan terhadap pantai dan sungai, serta sesuai dengan karakter tanah di Pantura yang lunak. Solusi berbasis alam ini bisa menjadi model untuk daerah pesisir lainnya di Indonesia,” jelas Denny.

Hybrid Sea Wall memadukan penggunaan beton ringan berupa kelontong, untuk menahan gelombang laut di sisi utara dan menahan sedimentasi di sisi selatannya. 

Sedimentasi tersebut, tanaman bakau atau mangrove akan ditanam, dan ditumbuhkembangkan. Selanjutnya, vegetasi mangrove dan ekosistemnya akan menjadi perisai alami yang akan menahan rob.

"Konsep ini perpaduan antara bagaimana kita melindungi pantai dan sungai," ujarnya.

Ia menuturkan penanganan banjir dan rob berbasis alam tersebut cocok dengan karakter tanah di Pantai Utara (Pantura) Jawa.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved