Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Demak

28 Dapur SPPG MBG di Demak Mulai Beroperasi, Santi: Saya Tidak Mau Berjudi dengan MBG

Koordinator Wilayah SPPG Kabupaten Demak, Muzani Ali Shodikin, menjelaskan peluncuran dapur baru akan dilakukan setiap minggu

|
Penulis: faisal affan | Editor: muslimah
Istimewa
PROGRAM MBG - Seorang siswa sekolah nampak sedang menikmati menu Makan Bergizi Gratis (MBG) dari pemerintah. 

TRIBUNJATENG.COM, DEMAK – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Demak terus mempercepat operasional dapur Sentra Pemberdayaan Pangan dan Gizi (SPPG) sebagai upaya meningkatkan gizi masyarakat, khususnya anak-anak, ibu hamil, balita, dan ibu menyusui.

Wakil Bupati Demak, Muhammad Badruddin, menyampaikan apresiasi kepada yayasan dan masyarakat, atas dukungan terhadap program kesehatan tersebut.

“Tujuan dari SPPG adalah memastikan anak-anak kita mendapatkan asupan gizi yang baik agar mampu mengikuti pendidikan dengan optimal. Ini investasi besar untuk mempersiapkan generasi emas Indonesia tahun 2045,” ujarnya, Senin (15/9/2025).

Saat ini, terdapat 28 dapur operasional SPPG di Kabupaten Demak. Jumlah ini ditargetkan bertambah menjadi 40 dapur dalam waktu dekat, dan terus diperluas hingga mencapai 105 dapur aktif pada Desember 2025.

Baca juga: Ditemukan Bakteri E Coli di Menu MBG Wonogiri, Ini Dampak dan Bahayanya Dalam Tubuh

Koordinator Wilayah SPPG Kabupaten Demak, Muzani Ali Shodikin, menjelaskan peluncuran dapur baru akan dilakukan setiap minggu.

“Setiap dapur mampu melayani 3.000–4.000 penerima manfaat lintas desa per hari, termasuk siswa sekolah, ibu hamil, balita, dan ibu menyusui,” ungkapnya.

Pemkab Demak berharap percepatan program SPPG tidak hanya menekan angka stunting, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan dan perekonomian daerah.

Pilih Masak Sendiri

Meski begitu, Santi Faradiyah, hingga saat ini tidak percaya dengan program MBG yang digencarkan pemerintah. 

Ibu dua anak ini lebih memilih untuk memasak sendiri makanan untuk bekal anak-anaknya sekolah.

"Kebetulan anak saya dua. satunya TK satunya sudah SD. Sejak dulu bekal mereka saya yang masak. Lebih bersih dan terjamin gizinya," tuturnya, Rabu (17/9/2025).

Menurut Santi, menu MBG yang disajikan kepada siswa di sekolah sangat jauh dari pemenuhan gizi 4 sehat 5 sempurna.

"Anak-anak itu masa yang paling penting untuk menyerap gizi yang berkualitas dan lengkap. Kekurangan gizi sangat mempengaruhi tingkat berpikir dan pertumbuhan anak. Belum tentu juga menu MBG tidak basi. Maka saya tidak mau berjudi dengan MBG," tegasnya.

Setiap hari Santi mengaku menyiapkan bekal anak dengan menu yang berbeda-beda supaya tidak membosankan.

"Sekarang gampang kok cari variasi menu sehat di media sosial. Banyak resepnya. Tinggal dipilih saja mana yang disukai anak," kata Santi.

Ia mengaku sangat menghindari makanan ultra proses food untuk anaknya. Sebab makanan itu memicu penyakit kronis yang muncul saat mereka dewasa.

"Oke saat ini tidak masalah. Tapi kalau sudah dewasa baru muncul penyakitnya. Maka ketika saya tahu menu MBG ada nugget, mending enggak deh," pungkasnya.(afn)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved