Berita Semarang
Kisah Ardianto Datang Saat Bocil, Kini Kembali Sebagai Ayah Beli Layangan di Toko Maganol Semarang
Ardianto (36) menggandeng tangan kecil anaknya, Arsy, yang berusia enam tahun. Keduanya berhenti di depan sebuah toko
Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: muh radlis
Dari layangan aduan sampai benang cap lawas macam Cat Blue atau Cap Cobra," ujar Mulyono, tangannya masih cekatan membungkus pesanan meski usia tak lagi muda.
Maganol adalah toko musiman.
Namun begitu angin kemarau mulai menggoyang pucuk-pucuk pohon di Semarang, tempat ini hidup kembali.
Anak-anak datang bergerombol, kadang ditemani orang tuanya, kadang datang sendiri dengan uang saku yang ditabung, mereka datang menunjuk benang, menimbang pilihan antara layangan.
Maganol menyimpan sejarah panjang yang tak terpisahkan dari gejolak bangsa.
Dulu, ayah Mulyono yang bernama Tandi Mulyono adalah seorang guru di sekolah Tionghoa.
Namun, setelah peristiwa 1965 dan penutupan sekolah-sekolah etnis, roda hidup keluarga berubah drastis.
“Orang tua saya sempat bingung. Akhirnya coba jualan tembakau, roti kering, onderdil sepeda.
Lalu lama-lama mainan, termasuk layangan,” tutur Mulyono.
Nama Maganol sendiri lahir dari kependekan alamat rumah mereka: MT Haryono 530 disingkat Ma-Ga-Nol.
Nama sederhana yang kini menjadi penanda bagi banyak orang yang ingin kembali ke masa kecil mereka.
Saat musim layangan tiba, Maganol menjelma menjadi pusat keramaian.
Satu sampai dua bal benang bisa terjual dalam sehari.
Satu bal berisi seribu benang.
Tak hanya melayani pembeli eceran, toko ini juga menyuplai ke Magelang, Jogja, dan kota-kota lain yang masih setia pada 'tradisi kemarau' layangan.
Ngeri! 38 Nyawa Melayang Akibat Bencana di Jateng Sepanjang Tahun 2025 |
![]() |
---|
Wali Kota Semarang Menyoal Nasib Orangtua Bocah JES di Gajahmungkur: Pokoknya Harus Bantu |
![]() |
---|
Biaya Pendidikan Jadi Penyumbang Inflasi di Jateng! Segini Biaya Masuk Sekolah dan Harga Seragam |
![]() |
---|
Alasan Sejumlah RT Menolak Dana Operasional, Wali Kota Semarang: "Mungkin Mereka Punya Kas Banyak" |
![]() |
---|
Gandeng Akademisi 5 Negara, FIB Undip Bahas Budaya dan Pembangunan Berkelanjutan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.