Berita Semarang
Anak-anak TK di Tambak Lorok Semarang Suarakan Banjir Rob Melalui Pentas Wayang Orang
TK di Kawasan Tambak Lorok menyampaikan kegundahannya mengenai banjir dan rob melalui pentas wayang yang digelar di kawasan Kota Lama Semarang.
Penulis: rahdyan trijoko pamungkas | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Rob dan banjir menjadi momok warga pesisir khususnya kawasan Tambak Lorok Kecamatan Semarang Utara.
Keresahan banjir dan rob tidak hanya orang dewasa tetapi juga anak-anak.
Kali ini anak-anak TK di Kawasan Tambak Lorok menyampaikan kegundahannya mengenai banjir dan rob melalui pentas wayang yang digelar di restoran kawasan Kota Lama Semarang, Minggu (29/6/2025).
Baca juga: Pertunjukan Wayang Kulit Kliwonan Terhenti, Disbudpar Semarang Janji Hidupkan Lagi
Melalui pertunjukan sederhana anak-anak menceritakan kondisi lingkungannya yang terdampak banjir dan rob.
Putri Salsabila satu di antara murid yang menceritakan banjir dan rob di lingkungannya pada pertunjukan itu.
Orang tua Putri Salsabila, Mujizan Intan, bangga anakknya bisa menceritakan lingkungannya pada pertunjukan itu. Anaknya menceritakan kondisi lingkungannya berdasarkan apa yang dilihatnya.
"Tidak ada yang mengajari karena dia (anaknya) merasakan, bahkan dulu dia sempat merasakan banjir rob hingga kasur basah kuyub," ujarnya.
Menurutnya, sekarang kondisi lingkungan Tambak Lorok berangsur membaik. Lingkungannya jarang terkena banjir dan rob.
"Kami berharap suara anak-anak kami dapat didengar pemerintah," tuturnya.
Mahasiswa program doktoral (S3) Monash University, Australia, Dian Fikriani menuturkan pementasan seni merupakan bagian penelitiannya.
Dirinya ingin mengetahui bagaimana anak usia dini dapat memahami dan berkontribusi menjaga lingkungan.
"Terutama anak-anak yang mengalami banjir rob secara langsung," tuturnya.
Dia menuturkan banjir rob merupakan isu yang komplek yakni perubahan iklim, penurunan muka tanah, dan kenaikan suhu.
Dirinya ingin melalui pentas seni dan budaya memberikan ruang anak-anak untuk memahami serta mengekspresikan kondisi lingkungan sekitar.
Baca juga: Jungkir Balik Bapak Hidupi Bayi Semata Wayang: Jarang Makan Demi Beli Susu, Hidup di Kolong Jembatan
"Kami ingin adanya kegiatan ini ada dialog antar generasi, terlebih anak-anak memiliki pemikiran yang kritis dan tulus terhadap lingkungan," tuturnya.
Ia berharap suara anak ini dapat didengar pemangku kebijakan. Dirinya ingin suara-suara itu dapat segera ditindaklanjuti.
"Jika semua generasi dapat berdialog maka semua bisa berkontribusi mengurangi dampak lingkungan," ujarnya.(rtp)
Pemkot Semarang Wajibkan ASN Jadi Anggota KKMP, Wali Kota: Akan Dipantau Kepala Dinas dan Kabag |
![]() |
---|
Sosok Rohmat Sukur, Warga Semarang Terlibat Penculikan Kacab Bank BUMN: Sering Nyupiri Bos |
![]() |
---|
2.800 Mahasiswa Baru Polines Satukan Semangat Lewat Outbound Training |
![]() |
---|
Irwan Hidayat Tekankan Integritas dan Akal Budi di Hadapan Mahasiswa Baru Universitas Telogorejo |
![]() |
---|
Harga Emas Antam Hari Ini di Kota Semarang Kamis 28 Agustus 2025, Naik Rp 4.000 per Gram |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.