Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

UKSW SALATIGA

Wakili Jateng di Tingkat Nasional, Mahasiswa UKSW Terpilih Jadi Duta Peduli Sejarah 2025

Mahasiswa Prodi Destinasi Pariwisata Fakultas Interdisiplin UKSW, Panji Satyawan Tri Putranto berhasil menorehkan prestasi gemilang di bidang sejarah.

Penulis: Laili Shofiyah | Editor: M Zainal Arifin
Istimewa
DUTA PEDULI SEJARAH: Panji Satyawan Tri Putranto Mahasiswa FId UKSW resmi dinobatkan sebagai Duta Peduli Sejarah Jawa Tengah 2025, baru-baru ini. (Dok UKSW) 

TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Di tengah pesatnya kemajuan teknologi, seorang mahasiswa dari Program Studi (Prodi) Destinasi Pariwisata Fakultas Interdisiplin (FId) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Panji Satyawan Tri Putranto, berhasil menorehkan prestasi gemilang di bidang sejarah.

Mahasiswa yang akrab disapa Panji ini resmi dinobatkan sebagai Duta Peduli Sejarah Jawa Tengah 2025 dan meraih juara 1 dalam ajang bergengsi “Kompetisi Duta Peduli Sejarah Jawa Tengah Tahun 2025”, baru-baru ini. 

Kompetisi Duta Peduli Sejarah Jawa Tengah merupakan ajang bergengsi yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan rasa peduli generasi muda akan pentingnya sejarah dan budaya Indonesia khususnya di Provinsi Jawa Tengah.  

Maju ke Tingkat Nasional 

Prestasi gemilang ini mengantarkan Panji melaju ke tingkat nasional sebagai perwakilan dari Provinsi Jawa Tengah.

Saat ini ia tengah mempersiapkan diri secara teknis, mental dan emosional.

“Intinya, saya ingin menunjukkan bahwa sejarah bisa dikemas dengan cara yang menarik dan mudah dipahami, terutama oleh generasi muda,” ujar Panji ketika disinggung mengenai persiapannya.

Baca juga: Perkuat Jejaring Internasional, UKSW Lepas 4 Mahasiswa ke KEIO SFC Summer Immersion Program 2025

Dalam wawancara yang dilakukan belum lama ini Panji mengungkapkan bahwa Duta Peduli Sejarah bukan hanya sekadar gelar saja, melainkan amanah yang harus dijalankan untuk melestarikan budaya dan sejarah bangsa.

“Menjadi bagian dari Duta Peduli Sejarah membuat saya sadar bahwa sejarah bukan sekadar pelajaran di buku, tetapi cermin dari jati diri dan karakter bangsa."

"Melalui sejarah, kita belajar untuk tidak mengulang kesalahan, serta mengambil inspirasi dari perjuangan dan nilai-nilai luhur para pendahulu,” ungkapnya. 

Cinta Sejarah

Rasa syukur dan kebahagian terpancar jelas di wajahnya.

“Saya merasa sangat bersyukur dan bangga bisa meraih juara dalam ajang ini."

"Pengalaman yang luar biasa dan tak terlupakan,” ungkapnya. 

Kecintaan Panji terhadap sejarah ternyata sudah tumbuh sejak ia duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Hal inilah yang mendorong pemuda kelahiran Cirebon tersebut untuk mengikuti ajang Duta Peduli Sejarah. 

Rupanya, perjalanan Panji meraih juara 1 dalam lomba tidaklah mudah, berbagai tantangan harus ia hadapi untuk mengharumkan nama Kampus Indonesia Mini di tingkat provinsi.

Baca juga: Gegap Gempita Closing IICF 2025: UKSW Tampilkan Semangat Keberagaman

Salah satunya adalah memahami sejarah secara lebih mendalam, tidak hanya dari sisi hafalan, tapi juga pemahaman kritis terhadap peristiwa dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. 

“Untuk mengatasi masalah tersebut saya harus pintar membagi waktu antara belajar sejarah, latihan public speaking, dan menyiapkan program atau proyek sejarah yang relevan."

"Di sisi lain, saya juga membangun sistem dukungan dari orang-orang di sekitar serta rutin memperkaya wawasan dan mengikuti diskusi sejarah,” terangnya. 

Sebagai Duta Peduli Sejarah terpilih tahun ini, Panji mengungkapkan harapan besarnya agar sejarah tidak lagi dipandang sebagai mata pelajaran yang membosankan atau hanya sebatas hafalan peristiwa masa lalu.

Ia ingin sejarah menjadi sesuatu yang hidup, inspiratif, dan relevan bagi kehidupan anak muda masa kini.

Tak hanya itu, dirinya juga mau membangun ekosistem ramah dan kreatif untuk menyampaikan sejarah dengan cara yang menarik dan mudah dipahami oleh masyarakat luas.

“Saya memiliki tanggung jawab moral untuk terus mengedukasi, menginspirasi, dan menjadi jembatan antara generasi muda dengan warisan sejarah bangsa."

"Ke depannya semakin banyak ruang yang terbuka untuk kolaborasi lintas generasi dan lintas bidang dalam pelestarian sejarah, baik melalui media digital, seni, pendidikan, maupun komunitas,” jelasnya. 

Selain itu, dukungan dari fakultas dan universitas sangat besar dalam memenuhi berbagai kebutuhan, baik dari aspek akademik, moral, maupun fasilitas.

Baca juga: FISKOM UKSW Perkuat Sinergi Ilmiah dalam Upaya Pencegahan Stunting di Kota Salatiga

Ia pun berharap dapat membalas dukungan tersebut dengan membawa nama baik kampus di tingkat provinsi maupun nasional.

“Saya merasa beruntung bisa berasal dari lingkungan kampus yang peduli terhadap pengembangan potensi mahasiswa,” bebernya. 

Torehan prestasi ini menandaskan komitmen UKSW untuk mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) ke-4 pendidikan berkualitas.

Sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terakreditasi Unggul, UKSW telah berdiri sejak 1956 dengan 15 fakultas dan 64 program studi di jenjang D3 hingga S3, dengan 31 Prodi Unggul dan A.

Terletak di Salatiga, UKSW dikenal dengan julukan Kampus Indonesia Mini, mencerminkan keragaman mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah.

Selain itu, UKSW juga dikenal sebagai "Creative Minority" yang berperan sebagai agen perubahan dan inspirasi bagi masyarakat. (Laili S/***)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved