FEB UNNES
Integrasi UMKM ke E-Commerce, Strategi BUMDes Janggalan Menuju Desa Wisata Berkelanjutan
Tim dosen Universitas Negeri Semarang (UNNES) menggelar Pengabdian kepada Masyarakat di Desa Janggalan, Kabupaten Kudus.
Penulis: Laili Shofiyah | Editor: M Zainal Arifin
TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Transformasi digital menjadi kunci penting dalam pengembangan desa wisata berkelanjutan.
Hal inilah yang melatarbelakangi kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan oleh tim dosen Universitas Negeri Semarang (UNNES) di Desa Janggalan, Kabupaten Kudus, pada Selasa (1/7).
Kegiatan bertajuk "Penguatan BUMDes melalui Integrasi Produk UMKM ke E-Commerce sebagai Upaya Pengembangan Desa Wisata Berkelanjutan" ini diharapkan mampu membuka akses pasar yang lebih luas bagi pelaku usaha lokal.
Kegiatan ini dipimpin oleh Indri Murniawaty, S.Pd., M.Pd., dengan dukungan dari para dosen anggota yakni Wijang Sakitri, S.Pd., M.Pd., Dr. Sriyanto, M.Pd., dan Prita Andini, S.E.
Turut bergabung sebagai anggota tim mahasiswa yaitu Puji Fitri Setyaningsih, Dyah Aulia Rahma, dan Andina Sasabila.
Program ini terlaksana dengan pendanaan dari DPA UNNES Tahun Anggaran 2025.
Dalam sambutannya, Indri Murniawaty menegaskan bahwa penguatan BUMDes perlu diarahkan pada pemanfaatan teknologi digital untuk mendukung keberlanjutan ekonomi desa.
“Kami ingin mendorong BUMDes menjadi pusat pengelolaan produk unggulan desa, sekaligus mengintegrasikan produk UMKM lokal ke dalam platform e-commerce sebagai strategi jangka panjang menuju desa wisata yang berdaya saing,” ujarnya.
Desa Janggalan memiliki beragam produk unggulan dari UMKM lokal seperti keripik pisang, jenang kudus, batik tulis motif Kudus, serta kerajinan dari limbah bambu.
Namun selama ini, pemasaran produk masih bergantung pada penjualan langsung dan belum banyak menyentuh pasar digital.
Kegiatan ini diawali dengan pelatihan integrasi e-commerce yang melibatkan pelaku UMKM, pengelola BUMDes, serta kelompok pemuda desa.
Materi yang diberikan meliputi pengenalan platform digital seperti Tokopedia, Shopee, dan Instagram Shopping, strategi foto produk yang menarik, hingga pembuatan deskripsi produk yang informatif dan komunikatif.
Selain itu, peserta juga dilatih membuat akun bisnis digital serta memahami pentingnya identitas merek (branding) dan legalitas usaha.
Desa wisata tidak hanya berbasis keindahan alam, tetapi juga pada kekuatan produk dan budaya lokal.
“Integrasi produk ke pasar digital akan menjadikan wisatawan tidak hanya datang, tetapi juga menjadi konsumen berkelanjutan dari produk-produk desa,” tutur Indri.
Kegiatan juga diisi dengan sesi Focus Group Discussion (FGD) antara tim akademisi dengan BUMDes, pelaku UMKM, dan perangkat desa.
Diskusi ini membahas tantangan dalam pengelolaan usaha, peluang kerja sama dengan marketplace nasional, serta pengembangan paket wisata berbasis ekonomi kreatif lokal.
Tim pengabdi menambahkan bahwa tim juga menyusun roadmap strategi digital BUMDes untuk lima tahun ke depan, termasuk rencana kolaborasi dengan pelaku industri kreatif dan promosi lewat media sosial.
Kepala Desa Janggalan menyampaikan apresiasinya atas keterlibatan UNNES dalam mendorong transformasi digital desa.
“Kami sangat berterima kasih kepada tim dari UNNES."
"Program ini membuka mata kami bahwa digitalisasi bukan hanya milik kota."
"UMKM desa juga bisa maju, asalkan ada pendampingan yang tepat."
"Harapan kami, setelah ini BUMDes bisa lebih mandiri dan membawa dampak positif bagi seluruh warga."
"Bagi kami, ini bukan hanya pelatihan, tapi juga awal dari perubahan cara pandang warga terhadap pengelolaan usaha,” ujarnya.
Dengan penguatan kapasitas digital melalui BUMDes, Desa Janggalan menargetkan dapat memperluas jangkauan pemasaran produk, meningkatkan pendapatan pelaku usaha, dan menjadikan desanya sebagai destinasi wisata berbasis ekonomi berkelanjutan. (Laili S/***)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.