UKSW SALATIGA
Mahasiswa Fakultas Interdisiplin UKSW dan Universitas Sydney Dalami Isu Pembangunan Berkelanjutan
FID UKSW menggelar kegiatan berbasis internasional “Sustainable Development Field School” bersama Universitas Sydney (Usyd), Australia.
Penulis: Laili Shofiyah | Editor: M Zainal Arifin
TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Fakultas Interdisiplin (FID) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) dan Center for Sustainable Development Studies (CSDS) FID kembali menggelar kegiatan berbasis internasional “Sustainable Development Field School” bersama Universitas Sydney (Usyd), Australia.
Kegiatan yang berlangsung selama dua pekan ini melibatkan dua puluh sembilan peserta yang terdiri dari empat mahasiswa Program Studi (Prodi) Destinasi Pariwisata, enam mahasiswa Magister Studi Pembangunan, serta sembilan belas mahasiswa dari Universitas Sydney.
Program kolaborasi yang sudah berlangsung selama tiga tahun ini menghadirkan experiential learning bagi para peserta, di mana mereka terjun langsung ke lapangan untuk belajar tentang isu pembangunan berkelanjutan khususnya perubahan lingkungan.
Kegiatan ini dikemas dalam dua modul utama yang mencakup wilayah perkotaan dan pedesaan.
Di wilayah perkotaan para peserta diajak langsung untuk mengobservasi, mengunjungi, hingga berdialog dengan komunitas yang mengatasi masalah banjir rob di Semarang dan Demak.
Sementara itu, di wilayah pedesaan mereka live in dengan masyarakat di Desa Keditan, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, untuk mengetahui tantangan yang dihadapi terkait dengan isu lingkungan.
Menariknya, melalui pendekatan interdisipliner, para peserta dibagi menjadi tujuh kelompok untuk membahas sejumlah topik pembangunan berkelanjutan seperti pendidikan, pelestarian budaya, pariwisata, kesehatan, program perlindungan sosial, migrasi hingga pengelolaan hutan.
Pendekatan Interdisipliner
Saat diwawancarai pada Jumat (04/07/2025) Wakil Dekan FID Titi Susilowati Prabawa, S.Pd., M.A., Ph.D., menjelaskan bahwa kolaborasi internasional ini dilatarbelakangi karena FID mengkaji pembangunan berkelanjutan dengan menerapkan pendekatan interdisipliner.
“Kita menggunakan pendekatan multidisipliner yang tidak biasa di Indonesia dalam melihat sustainable development."
"Kegiatan ini juga merupakan bagian dari mata kuliah Sustainable Development yang ada di FID,” katanya.
Titi Susilowati Prabawa berharap mahasiswa memiliki lebih banyak pemahaman terkait persoalan perubahan iklim, dampak dari perubahan lingkungan, dan pembangunan yang dilakukan pemerintah serta bagaimana masyarakat merespon persoalan lingkungan yang mereka rasakan.
Senada dengan Titi Susilowati Prabawa, Ketua Program Studi Magister Studi Pembangunan Yesaya Sandang, S.H., M. Hum, Ph.D., menerangkan bahwa prinsip pembelajaran dalam program adalah experiential di mana para peserta belajar sambil mengalami secara langsung.
Modul pasca ini dirancang untuk mencapai pembelajaran keterampilan riset.
Sementara itu, Dosen Universitas Sydney Associate Professor Jeff Neilson berharap dari kegiatan ini mahasiswa Australia yang belum pernah ke Indonesia bisa mengetahui perspektif dari berbagai pihak terhadap tantangan keberlanjutan di Indonesia.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.