Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Kendal

Penghayat Kepercayaan Kendal Bangkit dari Diskriminasi, Rajut Toleransi Demi Persatuan

Penghayat kepercayaan di Kendal berbagi kisah diskriminasi dan perjuangan merajut toleransi antarumat beragama.

agus salim irsyadulloh
SAPA WARGA - Bupati Kendal Dyah Kartika Permanasari menyapa sekaligus memberikan pengarahan kepada penghayat kepercayaan dan masyarakat untuk satu visi menjaga kondusifitas keberagaman, dalam sosialisasi Kewaspadaan Dini Menjaga Toleransi Para Penghayat Kepercayaan di Kendal, Senin (7/7/2025). Melalui forum itu, semangat toleransi menjaga kondusifitas di tengah kehidupan keberagaman.   

TRIBUNJATENG.COM, KENDAL - Para penganut penghayat kepercayaan se-Kabupaten Kendal berkumpul di aula Kecamatan Kaliwungu. Mereka hadir untuk mengikuti sosialisasi "Kewaspadaan Dini Menjaga Toleransi Para Penghayat Kepercayaan di Kendal", Senin (7/7/2025).

Tetapi, ingatan Suhermanto penasehat ilmu Kesudan Jati Kendal, masih menyimpan memori kelam bertahun-tahun silam saat mendapat perlakuan diskriminasi.

Perlakuan itu didapat tatkala hendak mengurus dokumen untuk pernikahan, maupun dokumen lain yang berkaitan dengan administrasi.

"Kalau dikatakan pernah, iya kami dulu pernah dapat perlakuan diskriminasi. Urusan dokumen nikah iya," katanya.

Selain diskriminasi administrasi, Suhermanto juga masih ingat perlakuan serupa datang dari pemeluk agama.

Lagi-lagi, Suhermanto menanggapinya dengan santai meskipun mendapat perlakuan semacam itu.

"Bagi saya yang seperti itu mainnya kurang jauh, terlalu saklek memandang perbedaan," tuturnya.

Pengalaman serupa juga pernah dirasakan Ketua Perhimpunan penghayat kepercayaan Sapta Darma (Persada) Kendal, Purnomo.

Sebagai salah satu kelompok minoritas, keberadaan Sapta Darma dulu kerap mendapat tekanan dari berbagai pihak luar.

"Iya sama, dulu waktu mau ngurus dokumen nikah dipersulit. Warga mau mendekati kami itu bahasanya pakewuh, bahkan duduk bareng saja takut," ujarnya.

Purnomo tak menyerah begitu saja. Ia menggunakan pendekatan spiritual untuk membuka hati masyarakat, bergandengan tangan bersama dalam sebuah kesatuan membangun toleransi.

"Kami kan penghayat, jadi kami tahu sedikit masalah supranatural meskipun tidak semuanya, nah itu untuk metode penyembuhan penyakit,"

"Misalnya pas acara ruwatan. Kami juga bantu tanpa pandang bulu dari agama apapun." paparnya.

Kini, baik Suhermanto maupun Purnomo tak mau lagi membuka luka lama. Para penganut kepercayaan penghayat telah menjalani potret kehidupan keberagaman dalam bingkai toleransi.

Kejaksaan Negeri Kendal selaku ketua tim pengawas aliran kepercayaan akan terus menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi beragama, sebagai landasan kehidupan antar pemeluk agama maupun penghayat kepercayaan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved