Berita Jepara
Pilu Pasutri Jepara Dapat Gula 5 Kg Usai Bayi Meninggal Diduga karena Imunisasi: Masih Saya Simpan
Setelah itu mereka mendapatkan gula 5 kg sebagai bentuk belasungkawa dari bidan dan puskesmas. Tapi bukan itu yang mereka harapkan
TRIBUNJATENG.COM, JEPARA - Pasangan suami istri asal Desa Wanusobo, Kecamatan Kedung, Jepara, Jawa Tengah, Mauliddiva Muhammad Kenangkana (26) dan Reza Muia Agustina (20) masih diliputis kesedihan atas kematian bayi semata wayangnya.
Mereka ingin tahu siapa yang harus bertanggung jawab atas peristiwa itu.
Anak mereka meninggal setelah menapatkan imuniasi.
Setelah itu mereka mendapatkan gula 5 kg sebagai bentuk belasungkawa dari bidan dan puskesmas.
Tapi bukan itu yang mereka harapkan.
Melainkan kejelasan agar kejadian pilu yang menimpanya tidak terjadi pada orang lain.
Baca juga: Warga Wonogiri Temukan Jasad Bayi Perempuan di Makam, Polisi Buru Pelaku
Penyebab kematian
Dokter di PKU Mayong, dr Rachmad Alsy Fandi kepada Tribunjateng, Kamis (10/7/2025) mengatakan penyebab meninggalnya bayi perempuanitu karena syok hipovolemik,
Diketahui dirinya menangani bayi pasangan suami istri, Mauliddiva Muhammad Kenangkana (26) dan Reza Muia Agustina (20) ketika sudah masuk di dalam ruangan ICU dengan kondisi sudah parah.
Dia mengatakan sebenarnya tidak mengetahui secara pasti keadaan bayi tersebut ketika awal masuk ke Rumah Sakit PKU Mayong.
"Saya menangani ketika kondisi kegawatan di ICU pasang ventilator.Penyebab itu dia demam karena bilangnya pahanya bengkak. Saya tidak menerima langsung saat di IGD, Pahanya bengkak setelah disuntik itu," ucapnya.
Awalnya, dirinya hanya mendapatkan laporan bahwa bayi tersebut memang sudah terkena infeksi.
Namun untuk bisa memastikan penyebab infeksi itu, pihaknya harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
"Diagnosa dia masuk itu, memang infeksi. Sumber infeksinya harus digali lagi apakah murni dari situ atau sebab yang lain," ucapnya.
Dari laporan tersebut menjadi landasan penanganan terhadap bayi dari Diva.
Pihak rumah sakit PKU Mayong juga sudah melakukan pemeriksaan dengan hasil lab yang menyebutkan bayi tersebut adanya kelainan trombosit darah, dan infeksi telah menyebar ke seluruh badan.
Meski demikian, ia menyebutkan sebenarnya akibat bayi itu meninggal pasti dipengaruhi oleh banyak faktor.
Tidak bisa menyebutkan karena Imunisasi, lantaran bayi tersebut mengalami penurunan kondisi setelah hampir dua minggu mendapatkan imunisasi tahap kedua DPT 1.
"Cuma penyebab sampai meninggal itu banyak faktornya, dehidrasi, demam terlalu tinggi, kejang, infeksi bukan semata-mata infeksi saja," ungkapnya.
Dia memastikan sebenarnya di dalam imunisasi yang diberikan kepada balita itu tidak mengandung bakteri.
"Imunisasi tidak ada bakterinya, mestinya steril, setelah menyuntik kadang bengkak itu dibiarkan bisa menjadi sumber infeksi. Setelah imunisasi sudah hampir dua minggu, kecuali setelah imunisasi besoknya langsung ngedrop itu. Artinya pasca imunisasi tidak ada perawatan yang baik orang tua maupun bidan setempat," tuturnya.
Dari hasil pemeriksaan dan mengacu pada hasil lab kata dia, penyebab kematian bayi itu lebih karena adanya Syok hipovolemik, dan penyebaran infeksi.
"Penyebabnya Syok hipovolemik, karena dehidrasi berat, muntah berulang kemudian infeksinya sudah menyebar kemudian kejang itu sumbernya.Selebihnya kelainan darah dan segala macem saya belum bisa menyimpulkan," tutupnya.
Mata Melihat ke Atas
Diberitakan sebelumnya, pasangan suami istri muda asal Desa Wanusobo, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara, harus menelan kenyataan pahit setelah ditinggal pergi meninggal dunia anak perempuan pertamanya yang baru berusia dua bulan seusai mendapatkan imunisasi DPT 1 dari Posyandu setempat.
Musibah tersebut menimpa pasangan suami istri, Mauliddiva Muhammad Kenangkana (26) dan Reza Muia Agustina (20) warga Desa Wanusobo RT 5 RW 1, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara.
Pasangan yang baru menikah di tahun 2023 itu baru karuniai anak pertama pada tanggal 2 April 2025 kemarin.
"Setelah melahirkan secara sesar di PKU pada 2 April itu pulang kerumah anak masih aktif dan tertawa," ucap kepada Tribunjateng, Rabu (9/7/2025).
Kebahagiaan anak pertama pasangan Diva (26) dan Reza (20) tidak berjalan dengan lama, anak yang masih berusia 2 bulan itu harus tutup usia dengan singkat setelah menjalani beberapa perawatan akibat mendapatkan imunisasi tahap kedua DPT 1 di Posyandu Desa Wanusobo.
Diva dan Reza pun masih menginggat dengan jelas kenangan anak pertama mereka.
"Meninggalnya anak saya itu pada kemarin Minggu pagi sekiranya pukul 08.07 WIB, 29 Juni," kata Diva
Dia menjelaskan kejadian berawal dari ketika istrinya sedang mengandung dihampiri oleh seorang bidan desa untuk menyarankan anaknya bisa di imunisasi di Desa Wanusobo.
"Waktu hendak mau lahiran saya mau pergi belanja di belakang rumah didatangi bidan untuk bisa melakukan imunasi di Posyandu disini," ujarnya.
Mendapatkan tawar tersebut, Diva (26) yang merasa sebagai pendatang cukup senang dengan kepedulian dari bidan desa.
Pada imunisasi pertama pada 15 Mei berjalan dengan lancar tanpa kendala.
"Pertama itu imunisasi di Posyandu disuntik di lengang kanan, pulang dari imunisasi anak masih beraktiftas seperti biasa," ucapnya.
Ketika tidak ada kejanggalan, Reza (20) istri Diva pun melanjutkan memberikan imunisasi tahan kedua kepada anaknya pada tanggal 12 Juni di Posyandu yang sama.
"Untuk imunisasi kedua itu disuntik di bagian paha kiri, seusai disuntik bidan bilang nanti ada efeknya panas sampai dua sampai tiga hari kalau ada pembengkaan di kompres saja," ujarnya.
Seusai mendapatkan imunisasi kedua, apa yang dikatakan oleh bidan desa tersebut ternyata benar terjadi menimpa anak dari Diva dan Reza.
Bidan desa juga sempat menyarankan jika terjadi panas bisa dibelikan obat Sanmol
"Pada Jumat sore setelah imunisasi pada Kamis 12 Juni, anak langsung demam itu sampai 39 derajat. Itu saya langsung minumin obat yang disarankan bidan," tuturnya.
Saat anaknya merasa demam yang cukup tinggi, Diva beserta istri seponta untuk melakukan berbagai cara supaya panas yang menimpa anaknya cukup reda.
Saat diberikan obat pun, sang anak kadang menolak pemberian obat.
Akhirnya, istri Diva mencoba untuk memberikan air asi kepada anaknya.
"Obat pertama diberikan mau, tapi masih panas kedua itu tidak mau langsung diberi asi masih mau tapi setelah diberikan asi beberapa saat muntah-muntah," ujarnya.
Tidak hanya panas saja, paha sang bayi juga mengalami pembengkaan.
Panas dan bengkak pada sang anak berjalan sampai tiga hari sesuai dengan perkiraan dari bidan desa.
"Bengkak dan panas mulai mereda alhamdhulilah saya reda dan anak sempat beraktifitas seperti biasa," tuturnya.
Saat setelah 14 - 15 hari setelah mendapatkan imunisasi tahap kedua DPT 1, tiba-tiba anak Diva dan Reza terbangun tidurnya di tengah malam.
"Sekiranya pukul 01.00 WIB tengah malam, anak terbangun dengan mata melihat diatas tanpa bersuara tidak menangis," ungkapnya.
Melihat itu, Diffa dan istri hanya bisa berusaha sebisanya.
Ketika pagi harinya, Diffa dan istri langsung mencoba memeriksa kepada dokter yang berada di dekat rumahnya.
"Saya periksakan anak ke Klinik Dokter Fuad itu di Lab hasilnya anaknya mengalami dehidrasi dan ada infeksi bakteri yang sudah menyebar keseluruh tubuh," ujarnya
Mendapatkan hasil tersebut, Diffa meminta ke pada dokter untuk membuat rujukan ke PKU Mayong supaya mendapatkan perawatan lebih lanjut.
"Anak langsung dirujuk ke rumah sakit PKU Mayong, keadaannya sudah parah masuk IGD," tuturnya.
Sesampai di rumah sakit PKU Mayong, bayi langsung mendapatkan perawatan intensif.
"Di IGD di infus nyarik nadinya susah karena masih bayi dicari sampai 4 sampai 7 kali baru ketemu," ucapnya.
Saat mendapatkan perawatan kata Diva, keadaan bayi tidak bersuara.
"Menyuara tidak mau, sorenya di pindah ke ruangan ICU Pikuniku dan dipasang ventilator," tuturnya.
Berjalannya waktu, kondisi bayi bisa membaik namun ternyata kondisi tersebut menjadi awalan bayi Diva menjadi memburuk.
"Alhamdhulilah malam Sabtu bisa nangis sebentar, menjelang paginya kejang jantung sempat berhenti," ungkapnya.
Saat kondisi memburuk, dokter pun mengambil tindakan untuk memberikan alat ventilator supaya bayi dari Diffa bisa bernafas.
Namun kenyataan berkata berbeda, pada Minggu pagi sekiranya pukul 08.07 WIB, Bayi dari pasangan Diva dan Reza dinyatakan meninggal dunia.
"Dokter ambil tindakan memasang ventilator kondisi semakin menurun, malam minggu anak masih ada respon kakinya, tapi Allah berkehendak lain," tutupnya.
Siapa yang bertanggung jawab?
"Saya sebenarnya tidak ingin menyudutkan siapa-siapa namun saya hanya minta kejelasan atas kematian anak pertama saya," kata Diva kepada Tribunjateng, Rabu (9/7/2025).
Setelah kepergian dari anaknya yang sudah hampir sebelas hari ini, keluarga Diva hanya mendapatkan belas kasih berupa gula 5 Kg dari Bidan dan kepala Puskemas setempat.
"Pemberian gula itu masih saya simpan, sebenarnya saya itu hanya butuh penjelasan," ujarnya.
Saat datang memberikan bantuan tersebut kata Diva (26), Bidan dan Kepala Puskesmas tidak memberikan penjelasan secara pasti kematian anaknya akibat imunisasi.
Diva (26) juga sempat menanyakan prosedur imunisasi yang benar.
Ketika mendapatkan imunisasi ternyata, posyandu yang dibuat imunisasi balita pasangan suami istri itu, tidak dilakukan pengecekan suhu badan terlebih dahulu.
"Saat itu saya tanya sebenarnya tahapan imunisasi seperti apa, mereka menjelaskan pada umumnya. Ada pendaftaran dan pengecekan suhu badan, tapi saya tanya tetangga ternyata tidak mendapatkan pengecekan suhu badan. Jadi tidak anak saya saja," ungkapnya.
Tak mendapatkan jawaban dari bidan maupun kepala Puskesmas, Diva (27) bersama istri dan keluarganya tidak putus asa.
Ia pun mencoba meminta tolong kepada satu di antara anggota DPRD Jepara yang berasa dari desanya.
Untuk bisa memberikan jalan keluar atas kegelisahan dari Diva (27) dan keluarga.
Berkunjung sampai dua kali, ternyata kegelisahan dari Diva (27) sekeluarga pun belum terjawab.
Saat berkunjung di satu di antara anggota DPRD Jepara, Diva (27) mendapatkan jawaban yang tidak mengenakan.
"Saya mencoba ke Pak Imam anggota DPRD Jepara berkunjung ya sudah dua kali pada Tanggal 1 Juli dan 4 Juli, pas kedua itu saya malah mendapatkan jawaban kalau meninggalnya anaknya itu 60 persen kesalahan dari orang tua 40 persen kesalahan dari bidan," ucapnya.
Mendapatkan jawaban itu, Diva (27) sekeluarga langsung enggan mencari jawaban secara pasti akibat meninggalnya anaknya.
Ia hanya berharap ada jalan terang atas kematian dari anak pertamanya.
Atas kejadiaan ini pun, dia ingin peristiwa yang dialaminya tidak menimpa orang lain.
"Inginnya kedepannya ada pengecekan secara rutin kepada bayi yang telah mendapatkan balita, jangan sampai ada lagi anak yang jadi korban.Saya taliasih, memang tidak menerima cuma saya tidak bisa menyudutkan salah satu pihak. Saya hanya butuh kejelasan dengan lengkap," tutupnya. (Ito)
Komitmen Mendukung Gerakan Zakat Indonesia, Bupati Jepada Toreh Penghargaan Baznas RI |
![]() |
---|
Pemkab Jepara Akan Lakukan Rotasi di Bulan September, Ada 8 Jabatan Kosong |
![]() |
---|
Jumlah Penerima Bansos di Jepara Menurun Drastis Hingga 20 Ribu KPM, Ini Penyebabnya |
![]() |
---|
Pemkab Jepara Masih Kaji Permohonan Manajemen Persijap Kelola Stadion GBK dan Kamal Junaidi |
![]() |
---|
DP3AP2KB Jepara Mencatat Angka Kasus Kekerasan Anak dan Perempuan Mengalami Penurunan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.