Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Marak Beras Oplosan, Ternyata Bisa Dikenali Secara Kasat Mata, Warna Saja Beda

Mmasyarakat sebenarnya bisa mengenali ciri-ciri beras oplosan secara kasat mata

Editor: muslimah
TRIBUNJATENG/Eka Yulianti Fajlin
TIMBANG BERAS - Pedagang sembako di Pasar Bulu sedang menimbang beras. Beras mengalami kenaikan sudah sepekan terakhir. 

-Adanya benda asing saat dicuci

“Cuci beras sebelum dimasak dan waspadai bila ada benda asing yang mengambang,” imbau Tajuddin.

Jenis beras oplosan yang beredar

Lebih lanjut, Prof Tajuddin memaparkan tiga jenis beras oplosan yang beredar di masyarakat:

-Beras campuran dengan bahan lain

Biasanya dicampur bahan lain seperti jagung, umum ditemukan di beberapa daerah.

-Beras blended atau campuran beberapa jenis beras

Dicampur untuk memperbaiki rasa atau tekstur, meski kadang menurunkan kualitas.

-Beras rusak yang dipoles ulang

Beras yang sudah rusak secara fisik, kimiawi, atau mikrobiologis, lalu dipoles ulang agar terlihat bagus.

“Namun, jika kerusakannya sudah parah, baik secara fisik, kimiawi, maupun mikrobiologis, maka tidak layak untuk dikonsumsi. Terlebih apabila mengandung bahan kimia atau pengawet, bisa berbahaya untuk kesehatan,” tegasnya.

Bahaya kesehatan

Dalam beberapa kasus, beras oplosan dicampur dengan zat pewarna atau pengawet yang berbahaya bagi tubuh.

Mengonsumsinya secara terus-menerus bisa meningkatkan risiko gangguan kesehatan, bahkan keracunan.

Tajuddin mengingatkan bahwa meski disimpan di tempat terkendali, kualitas beras tetap bisa menurun akibat faktor lingkungan, hama, atau mikroorganisme.

Oleh karena itu, ia menekankan, “Idealnya beras hanya disimpan maksimal enam bulan agar kualitasnya tetap terjaga.”

Tips memilih dan menyimpan beras

Agar terhindar dari beras oplosan, Prof Tajuddin mengimbau masyarakat:

  • Membeli beras berlabel resmi dari sumber terpercaya.
  • Menghindari membeli beras tanpa label atau dari pedagang yang tidak jelas.
  •  Selalu mencuci beras sebelum dimasak.
  • Memeriksa warna, aroma, tekstur, dan keberadaan benda asing.
  • Menyimpan beras maksimal enam bulan.

Lebih jauh, Tajuddin menyoroti pentingnya edukasi publik mengenai kualitas dan keamanan beras.

“Jika dikelola dengan baik, sebagai negara agraris, Indonesia seharusnya tidak hanya fokus pada produksi, tetapi juga pada distribusi dan konsumsi beras secara merata dan aman,” tandasnya.  Sebagian tayang di Kompas.com

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved