"Saya Ingin Lakukan Penebusan" Alasan Suami Masukkan Jasad Istri ke Dalam Patung dan Hidup Bersama

TRIBUNJATENG.COM - Cinta seorang suami kepada istri yang berlebihan membuat seorang pria bertindak di luar batas.

Diduga karena tak bisa menerima kematian istri, pria itu kemudian memasukan jasad belahan hatinya ke dalam patung.

Mereka kemudian tetap hidup bersama meski sudah berbeda dunia.

Kasus suami masukkan jasad istri ke dalam patung itu terjadi di sebuah kota kecil di Vietnam.

Baca juga: 7 Cara Mudah Nonton Film Video Viral Asia Sub Indo Anti Blokir Tanpa VPN di Yandex Ru Browser Japan

Baca juga: Viral Dua PNS di Kudus Adu Jotos Rebutan LC Saat Jam Kerja, Bupati Janji Tindak Tegas

Suami bernama Le Van sedangkan sang istri bernama Pham Thi 

Selama hampir satu dekade, ia tidur di samping sebuah patung yang ternyata berisi kerangka istrinya yang telah meninggal. 

Tindakan pria Vietnam tersebut telah memicu perdebatan panjang tentang cinta, kehilangan, budaya, hingga persoalan etika dan kesehatan masyarakat.

Kasusnya pertama kali terungkap dan menjadi buah bibir pada 2009. 

Le Van berasal dari Ha Lam, sebuah kota di Distrik Thang Binh, Provinsi Quang Nam, Vietnam.

Ia kemudian menikah dengan Pham Thi Suong pada 1975.

Pham Thi Suong sendiri adalah wanita yang awalnya bukan pilihan hatinya.

Mereka menikah karena dijodohkan oleh keluarga.

Namun, seiring waktu, cinta pun tumbuh, dan rumah tangga mereka berjalan harmonis.

Keduanya bekerja sebagai tukang kayu dan hidup cukup mapan.

Mereka dikaruniai tujuh orang anak. Tetapi, kehidupan berubah saat Van terjerumus ke dalam judi togel ilegal.

Keuangan keluarga menurun drastis, rumah besar mereka dijual, dan Van berhenti bekerja sebagai tukang kayu.

Ia beralih menjadi penambang batu, sementara istrinya membuat dupa untuk membantu ekonomi keluarga.

Meski serba kekurangan, cinta mereka tetap kuat. Van bahkan selalu berusaha melindungi istrinya dari pekerjaan berat.

“Mereka berdua dulunya tukang kayu dan hidup cukup mapan.

Tapi setelah Van terlibat judi togel ilegal, ekonomi mereka menurun drastis. Meski begitu, cinta mereka tetap kuat.

Van bahkan tak pernah membiarkan istrinya bekerja terlalu keras. Mereka punya tujuh anak,” ujar seorang tetangga, sebagaimana dilansir Vietnam.net (27/2/2013).

Pada Februari 2003, sang istri meninggal dunia saat Le Van sedang bekerja di daerah pegunungan.

Ketika ia kembali, pemakaman telah dilakukan atas desakan keluarga dan warga sekitar.

Ia merasa kehilangan yang begitu dalam. Setelah itu, Le Van pun dilaporkan telah seringkali menghabiskan hari-harinya di makam sang istri.

Setahun kemudian, pada malam hari saat hujan turun, Le Van bahkan diam-diam pergi ke makam istri dan menggali kuburannya.  

Ia kemudian memasukkan kerangka sang istri ke dalam tas, dan memindahkannya ke tempat lain.

Tak berhenti di situ, ia mengumpulkan semen, pasir, plester, dan lem untuk membuat sebuah patung yang menyerupai istrinya.

Kerangka itu lalu dimasukkan ke dalam patung, dan dibawanya pulang ke rumah.

“Setelah dua bulan, saya berhasil menyelamatkan istri saya,” kata Van, masih menurut Vietnam.net.

Anak-anak Le Van terkejut saat pada gilirannya tahu bahwa ayah mereka membawa kerangka sang ibu ke rumah.

Awalnya, mereka mengira Le Van membuat patung hanya sebagai wujud kerinduan seorang suami terhadap istrinya.

Namun, setelah mengetahui bahwa kerangka sang ibu ada di dalamnya, anak-anak panik dan meminta agar jasad dikuburkan kembali.

Keluarga besar mengecam tindakan Van, menyebutnya tidak bermoral dan bertentangan dengan adat.

Namun, Van bergeming. Ia meyakini istrinya tetap “hidup” bersamanya, dan ia ingin merawatnya sepenuh hati.

Para tetangga yang mulai mengetahui tindakan Le Van pun memilih menjauh.

Sebagian bahkan melaporkan temuan itu ke pihak berwenang termasuk karena khawatir terkait risiko kesehatan.

Pemerintah setempat pun menerima banyak keluhan dari warga yang khawatir terhadap dampak kesehatan dan sosial dari keberadaan kerangka manusia di dalam rumah.

Ketua Kota Ha Lam, Tran Trong Sanh, menyebutkan bahwa pemerintah telah berupaya membujuk Le Van agar menguburkan kembali kerangka istrinya.

Van sempat setuju. Namun tak lama kemudian, warga kembali melapor bahwa kerangka masih berada di rumah.

Meski pemerintah berulang kali turun tangan, Le Van tetap mempertahankan keputusannya. Ia bahkan merias dan memakaikan pakaian pada patung tersebut setiap hari.

Ia membeli kosmetik, menjahit pakaian sendiri, dan mengganti busana patung dua kali sehari.

“Dulu dia tidak pernah pakai baju bagus. Sekarang saya buatkan banyak untuknya. Saya ingin menebus semua yang tak sempat saya berikan saat dia masih hidup,” kata Le Van.

Ia bahkan membandingkan istrinya dengan tokoh legendaris Vietnam, Kieu, dari karya sastra klasik Kisah Kieu.

Para psikolog yang mengikuti kasus ini menyebut tindakan Le Van sebagai bentuk trauma berat.

Ia dinilai tidak sanggup menghadapi kenyataan kehilangan, sehingga menciptakan “kehadiran baru” sang istri melalui patung tersebut.

Laporan terakhir menyebut, di usia senjanya, Le Van telah mengalami penurunan mobilitas dan harus duduk di kursi roda.

Namun, ia dikatakan tetap hidup bersama “istri”-nya. Ia tetap membersihkan, merias, dan merawat patung itu seperti manusia hidup.

Baginya, itulah wujud cinta sejati yang tak lekang oleh kematian.

Meski sebelumnya sempat menyetujui untuk menguburkan kembali kerangka istrinya, faktanya Le Van terus menyimpan patung di rumahnya.

Pemerintah akhirnya memilih untuk berhenti menindak, karena tidak ada aturan hukum yang secara spesifik melarang tindakan tersebut. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com