Nasib Keturunan Pahlawan Nasional
Kontras Nasib Cicit RA Kartini Berbanding Terbalik Dengan Nama Besar Sebagai Pahlawan Nasional
Dibalik nama besar RA Kartini sebagai pahlawan nasional ternyata kontras dengan kondisi cicitnya.
Kelima anak inilah yang menjadi cicit-cicit RA Kartini.
Namun setelah Boedi Soesalit wafat, kehidupan ekonomi keluarga ini memburuk.
Dalam peringatan Hari Kartini di Pendopo Kabupaten Jepara pada 21 April 2018 lalu, Bupati Jepara saat itu, Ahmad Marzuki, menyampaikan kondisi keluarga keturunan Kartini yang tinggal di Bogor, Jawa Barat.
“Setelah Boedi Soesalit meninggal, cucu menantu RA Kartini, Sri Bidjatini bersama lima anaknya hidup dalam keprihatinan,” ujar Marzuki saat itu.
Menurut Marzuki, dari kelima cicit RA Kartini, hanya Kartini, cicit tertua, yang kondisi ekonominya sedikit lebih baik.
Sementara cicit lainnya menghadapi kesulitan hidup.
“Cicit bernama Kartono saat ini berprofesi sebagai tukang ojek. Begitu pula dengan cicit bernama Samimum yang juga menjadi tukang ojek,” jelas Marzuki.
Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa Rukmini saat ini hidup menjanda dan menghadapi persoalan ekonomi berat.
Sedangkan Rachmat, salah satu cicit Kartini lainnya, telah meninggal dunia.
Menanggapi kondisi cicit RA Kartini yang memprihatinkan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Pelaksana Tugas Gubernur saat itu, Heru Sudjatmoko, menyatakan akan membentuk tim kecil untuk menindaklanjuti laporan tersebut.
“Nanti kami coba rumuskan bersama tim kecil. Apa yang disampaikan bupati harus kita tanggapi dan ditindaklanjuti,” ujar Heru seperti dikutip dari situs resmi Pemprov Jateng pada 22 April 2018.
Heru menambahkan, bantuan untuk keluarga keturunan RA Kartini tidak hanya bersifat seremonial tahunan saat Hari Kartini, tetapi juga akan mencakup program bantuan berkelanjutan.
"Jadi ada bantuan tahunan dan ada yang berkelanjutan,” kata Heru.
Rencana bantuan tersebut mencakup beasiswa pendidikan, bantuan tempat tinggal, dan bentuk dukungan sosial lainnya.
Tim kecil yang akan dibentuk terdiri dari unsur satuan kesejahteraan rakyat (kesra), SKPD terkait, serta melibatkan Pemerintah Kabupaten Jepara. Mereka akan bekerja sama untuk merumuskan solusi terbaik guna meringankan beban keluarga keturunan RA Kartini.
Kisah cicit RA Kartini ini mencerminkan kontras antara besarnya nama sang pahlawan nasional dengan kehidupan nyata para penerusnya.
Meski nama Kartini terus dikumandangkan setiap 21 April, keluarga keturunannya justru harus berjuang dalam keterbatasan. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com
Lumpuh Total Akibat Gas Air Mata: Pedagang di Manahan Solo Terpaksa Tutup |
![]() |
---|
Aksi Bakar-bakar di Solo, Polisi Tembakkan Gas Air Mata Bubarkan Pendemo |
![]() |
---|
BREAKING NEWS Kantor Gubernur Jateng Membara, Massa Bakar 3 Mobil dan Kantin di Semarang |
![]() |
---|
Wujudkan Kebijakan Pro Rakyat, Wali Kota Semarang Agustina Hadirkan Relaksasi Pajak Daerah |
![]() |
---|
Video Demo di Depan Polda Jateng Ricuh, Polisi Tembakkan Water Cannon dan Gas Air Mata |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.