Guru PPPK
Nasib Guru Lulus Seleksi PPPK Tapi Tak Kunjung Ditempatkan di Jateng, Kini Jualan Cilok
Diterima menjadi guru PPPK ternyata buak akhir yang bahagia untuk sebagian guru honorer di Jawa Tengah.
Penulis: Val | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG.COM - Diterima menjadi guru PPPK ternyata buak akhir yang bahagia untuk sebagian guru honorer di Jawa Tengah.
Beberapa dari mereka tak kunjung ditempatkan, sementara sudah diminta keluar dari sekolah awal mereka mengajar.
Karena tak dapat penempatan mereka kemudian beralih profesi daripada menganggur.
Mirisnya, ada yang menjadi penjual cilok hingga tukang parkir.
Baca juga: Tinggal 11 Hari, Pendaftaran PPPK Kejaksaan 2025 Akan Ditutup: Ini Rincian Formasi dan Penempatannya
Baca juga: Kelulusan 4 Peserta Seleksi PPPK Tahap I Tahun 2024 Kendal Dibatalkan, Apa Masalahnya?
Sebanyak 1.411 guru prioritas swasta, yang kini dikenal sebagai R1D, di Jawa Tengah (Jateng) telah mengalami penantian selama empat tahun tanpa penempatan setelah lulus seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) pada 2021.
Rina Dewi Astuti (41), salah satu perwakilan guru asal Boyolali, menceritakan dampak dari ketidakpastian nasib mereka.
Beberapa rekan guru terpaksa beralih profesi menjadi tukang parkir atau pedagang cilok setelah dikeluarkan dari sekolah tempat mereka mengajar.
"Teman-teman kami sampai jadi tukang parkir, jualan cilok.
Ada yang dari 2021 dikeluarkan dari sekolah (swasta tempat mengajar) karena ketahuan mendaftar seleksi PPPK," ungkap Rina usai audiensi dengan Komisi E DPRD Jawa Tengah, Kamis (17/7/2025).
Kondisi ini diperparah dengan minimnya sekolah swasta yang bersedia menerima mereka yang telah dinyatakan lulus seleksi PPPK 2021.
Rina mengungkapkan bahwa hanya sekolah swasta dengan jumlah murid sedikit dan yang kurang menyejahterakan guru yang bersedia menerima mereka.
"Jangan tanya gaji, gajinya ya pasti, jangankan UMK. Pasti ratusan ribu," keluhnya.
Rina berharap agar pemerintah daerah, khususnya Gubernur Jateng, dapat segera mengambil tindakan untuk menyelesaikan masalah ini.
Ia menekankan pentingnya kejelasan nasib mereka setelah menunggu selama empat tahun.
"Tolonglah bantuannya kepada Pak Gubernur, instansi terkait untuk memang komit membantu kami guru P1 yang sudah 4 tahun menunggu kejelasan nasib kami," harapnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.