Berita Banyumas
5 Bocah di Banyumas Tiba-tiba Jadi Yatim Piatu, Hanya Si Sulung yang Sudah Paham Menangis
Kini, lima anak mereka yang masih berusia sangat muda, masing-masing 11, 6, 5, 4, dan 2 tahun harus menerima kenyataan pahit
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muslimah
Hanya si sulung yang sudah memahami bahwa mereka kini menjadi yatim piatu.
Sementara keempat adiknya masih terlalu kecil.
TRIBUNJATENG.COM, BANYUMAS - Suasana duka menyelimuti rumah sederhana di RT 8 RW 1, Desa Ciberem, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas.
Tangis dan kesedihan anak sulung mengalir di tengah sunyi duka yang mendalam.
Lima anak yang masih belia kini harus menjalani hidup tanpa ayah dan ibu.
Kedua orangtua mereka, Riski Gita Romadoni (33) dan istrinya, Oktaviani Dwi Saputri (29), meninggal dunia dalam kecelakaan lalu lintas tunggal, Rabu (16/7/2025) dini hari, sekitar pukul 02.30 WIB.
Baca juga: Senyum Getir Farel: Dulu Bikin Goyang Istana, Kini Beli Minum Tak bisa, Bayar Sekolah Utang
Peristiwa nahas itu terjadi ketika pasangan tersebut mengendarai sepeda motor Honda Vario bernomor polisi R 6174 RD, melaju dari arah selatan menuju utara.
Diduga akibat kelelahan dan kehilangan konsentrasi, motor yang mereka tumpangi oleng ke kiri.
Motor menabrak pembatas jembatan, lalu terpental ke sungai.
Sang suami meninggal di tempat, sementara istrinya meninggal tidak lama setelah kejadian.
Kini, lima anak mereka yang masih berusia sangat muda, masing-masing 11, 6, 5, 4, dan 2 tahun harus menerima kenyataan pahit.
Di usia-usia yang seharusnya dipenuhi canda dan pelukan orangtua, mereka justru dihadapkan pada kehilangan sosok tercinta.
Kepala Dusun 3 Desa Ciberem, Mitro Yuwono menyampaikan cerita bahwa kelima anak dalam kondisi fisik dan mental yang baik, meski sempat terguncang atas kepergian kedua orangtuanya.
"Anak-anak masih ceria, meskipun anak pertama yang sudah agak besar tidak kuasa menahan tangis saat melihat jenazah ayah dan ibunya dimasukkan ke liang lahat," ujar Mitro saat dihubungi Tribunbanyumas.com, Jumat (18/7/2025).
Baca juga: Kisah Korban Bullying di Semarang, Tatapan Matanya Membuat Ia Batal Diterima Masuk Sekolah
Siapa yang merawat?
Mitro mengungkapkan, pihak keluarga dan tetangga telah memikirkan masa depan anak-anak tersebut.
Sang nenek, yang kini berusia 65 tahun, ingin tetap merawat kelima cucunya.
Namun karena keterbatasan usia dan ekonomi, ia berharap ada pihak-pihak yang bersedia membantu.
"Sudah ada tawaran agar anak-anak dirawat di panti asuhan, tapi neneknya tidak setuju.
Beliau hanya minta tetap bisa merawat mereka bersama, asal ada yang bantu dari sisi kebutuhan dan pendidikan," jelas Mitro.
Harapan itu perlahan mulai dijawab.
Sejumlah pihak mulai memberikan perhatian.
Yayasan Masjid Agung menyatakan kesiapan membantu kebutuhan pendidikan anak-anak hingga mereka dewasa.
"Dari pihak desa juga kami siap mencarikan donatur, minimal anak-anak bisa sekolah sampai SMA.
Saya juga sedang menghubungi rekan di Baznas agar bisa turut serta membantu," tambah Mitro.
Riski, ayah dari kelima anak tersebut, diketahui sehari-hari bekerja sebagai sales rokok.
Sementara istrinya kadang ikut membantu di rumah atau saat suami berdagang.
Malam sebelum kecelakaan, mereka sempat menghadiri acara wayangan.
"Mungkin karena perjalanan pulang cukup jauh, dan kondisi mengantuk, akhirnya kecelakaan itu terjadi," ujar Mitro.
Sebagai bentuk empati, jajaran Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polresta Banyumas sempat datang bersilaturahmi ke rumah duka, Kamis (17/7/2025).
Kasat Lantas Polresta Banyumas, Kompol Harman Rumenege Sitorus, secara langsung menyampaikan belasungkawa dan dukungan moril kepada keluarga yang ditinggalkan.
"Kami menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas musibah ini.
Semoga bantuan yang kami salurkan bisa sedikit meringankan beban keluarga, terutama bagi kelima anak yang kini ditinggalkan," ujar Kompol Harman.
Dalam suasana haru, para petugas bersama warga juga memanjatkan doa untuk kedua almarhum agar mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa.
Mereka juga mendoakan agar keluarga yang ditinggalkan, khususnya anak-anak, diberi kekuatan dan ketabahan.
Tragedi ini, menurutnya, menjadi pengingat bahwa keselamatan di jalan bukan hanya soal diri sendiri, tapi juga orang-orang tercinta yang menunggu di rumah.
Duka keluarga kecil ini menjadi luka kolektif bagi warga sekitar.
Tetangga dan kerabat turut memberi dukungan, baik secara moril maupun materil. (jti)
Wayang dari Limbah Kertas Semen, Inovasi Dosen Amikom Purwokerto Gaungkan Tradisi Ramah Lingkungan |
![]() |
---|
Polresta Banyumas dan PWI Tanam Pohon di Kalipagu, Dorong Gerakan Sedekah Oksigen |
![]() |
---|
Cuaca Masih Labil, Warga Banyumas Diminta Waspada Hujan Sedang-Lebat hingga Akhir Agustus |
![]() |
---|
Kasus Dugaan Kekerasan Seksual Profesor, Unsoed Telah Rekomendasikan Sanksi ke Kemdiktisaintek |
![]() |
---|
Sudah Dibuka Sejak Sabtu, Segini Tarif Parkir Resmi di Kolam Retensi Purwokerto |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.