Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Demak

Sosok Karno dan Oknum LSM Cari Untung di Kasus Zuhdi Guru Demak, Dapat Uang Rp300 ribu dan Rokok

Ahmad Zuhdi (62), sosok guru senior yang akrab disapa Kyai Zuhdi, akhirnya bisa menarik napas lega setelah melewati masa sulit

Penulis: Lyz | Editor: muh radlis
TRIBUN JATENG/HUMAS PEMPROV JATENG 
BERDIALOG - Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin temui guru Madrasah Diniyah (Madin) Roudhotul Mutaalimin Ahmad Zuhdi di Desa Jatirejo, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak pada Sabtu (19/7/2025).  


Kedua pihak sepakat berdamai tanpa ada lagi tuntutan.

Ahmad Zuhdi harus menghadapi kenyataan pahit didenda Rp 12,5 juta oleh orang tua murid gara-gara insiden tamparan yang belakangan viral dan menimbulkan reaksi beragam dari publik.

Insiden itu terjadi pada April 2025 lalu. Kala itu, Mbah Zuhdi tengah mengajar ketika tiba-tiba sebuah sandal terlempar dari kelas lain dan mengenai pecinya. 


Kaget dan tersulut emosi, ia menampar siswa yang menurut teman-temannya adalah pelaku. Tak ada luka, tak ada niat menyakiti. Hanya sebuah tamparan yang oleh Zuhdi disebut sebagai "teguran mendidik".


Permintaan maaf pun telah disampaikan kepada orang tua sang murid. 


Namun tiga bulan kemudian, Zuhdi didatangi oleh lima pria yang mengaku dari sebuah LSM. 


Mereka mengatasnamakan pihak orang tua dan menyebutkan bahwa kasus ini sudah dilaporkan ke polisi. Sebuah “uang damai” pun diminta: Rp 25 juta.


Merasa tertekan dan tak punya pilihan, Zuhdi hanya bisa menunduk. 


Setelah melalui negosiasi, nominalnya diturunkan menjadi Rp 12,5 juta jumlah yang tetap terlampau besar bagi seorang guru dengan gaji hanya Rp 450 ribu setiap empat bulan. 


“Akhirnya saya dibantu teman-teman untuk melunasinya,” ucap Zuhdi pelan.


Kisah ini pun sampai ke telinga Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen atau yang akrab disapa Gus Yasin. Ia pun turun langsung menemui Mbah Zuhdi, mendengarkan langsung kronologi, dan menyatakan keprihatinannya.


Dalam pertemuan yang berlangsung hangat, Gus Yasin menegaskan bahwa guru bukan sosok sempurna, namun tetap memegang tanggung jawab moral untuk mendidik. 


“Kalau permasalahan kecil dibesarkan, akhirnya anak yang jadi korban. Guru tertekan, anak takut sekolah, dan lembaga pendidikan ikut tercoreng,” ujarnya.


Lebih dari sekadar empati, Gus Yasin membawa pesan penting: pentingnya adab dalam pendidikan, serta dorongan untuk menyelesaikan konflik dengan pendekatan kekeluargaan, bukan intimidasi hukum. 


Dia juga menekankan bahwa pendidikan karakter bukan semata urusan sekolah, tapi kerja sama antara orang tua dan pendidik.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved