Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Horizzon

Oleh-oleh dari IKN 

Siang itu kami berencana untuk berkunjung ke Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.

DOK
Ibnu Taufik Juwariyanto, Pemimpin Redaksi Tribun Jateng 

Oleh: Ibnu Taufik Juwariyanto, Pemimpin Redaksi Tribun Jateng

SABTU (26/7/2025), sekira pukul 10.00 waktu Balikpapan, dua kali notifikasi pesan di ponsel saya berbunyi. Keduanya berisi pesan singkat yang isinya bisa terlihat tanpa harus kubuka. 

Siang itu kami berencana untuk berkunjung ke Ibu Kota Nusantara (IKN). Sejak awal saya sudah agak ogah-ogahan karena sudah beberapa kali melihat proyek mercusuar di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, tersebut. 

Untuk itulah, pagi itu sebenarnya saya berusaha untuk menghindari ikut rombongan. Saya berharap, satu mobil sudah berisi penuh sehingga saya bisa berada di kantorTribun Kaltim sambil melepas kerinduan pada kawan-kawan yang pernah saya bersamai, beberapa waktu lalu. 

Namun siasat saya rupanya gagal. Sebuah panggilan dari seseorang muncul dalam notifikasi ponsel saya. Begitu saya angkat, kalimatnya jelas..., “Ayoooo, selak kesel menunggu kapan berangkat.”

Tak ada pilihan lain, saya pun akhirnya harus ikut berangkat ke IKN. Hitung-hitung menguji keyakinan saya, yang sejak awal memang pesimistis pada proyek ambisius Joko Widodo ini. 

Sebelum berkisah tentang apa yang saya lihat di IKN, ingatan saya tentu kembali saat tiba-tiba Rocky Gerung melakukan roadshow ke Balikpapan, hanya beberapa waktusebelum Prabowo dilantik. Apalagi, saat itu saya yang masih menakhodai Tribun Kaltim berkesempatan untuk mewawancarai langsung Rocky Gerung di kantor redaksi Tribun Kaltim. 

Kala itu, saya sempat curiga dengan agenda yang dibawa Rocky Gerung, pada medio Juni 2024. Dalam diskusi yang digelar di kampus, kafe, dan juga wawancara bersama saya di kantorTribun Kaltim, Rocky Gerung mencuci otak masyarakat Kalimantan Timur agar tak lagi berharap menjadi tuan rumah IKN

Meski disampaikan dalam berbagai diksi, narasi yang dibawa oleh Rocky Gerung hanya satu: Indonesia,dalam hal ini pemerintahan Prabowo, tak lagi punya kecukupan fiskal untuk mendanai proyek IKN

Dari tema dan juga momentumnya, saya yakin betul saat itu Rocky Gerung sedang melakukan scanning sekaligus merasionalisasi harapan Kalimantan Timur terkait IKN. Harus diakui, masyarakat Kalimantan Timur memang benar-benar berharap proyek IKN akan menjadi jilid ketiga ekonomi Kaltim, seusai kayu dan saat ini energi: minyak dan batubara. 

Dan sesungguhnya, dugaan atas misi Rocky Gerung ke Kaltim, pada medio Juni 2024, itu juga menguatkan keyakinan saya akan masa depan IKN. Sejak awal, akal sehat saya belum menemukan alasan rasional kenapa pemerintah Jokowi ngotot betul denganproyek IKN. Apalagi di pengujung kekuasaannya, Jokowi seolah ngotot betul inginmembelanjakan uang sebanyak-banyaknya di IKN

Kala itu saya hanya berpikir, inilah cara Jokowi untuk ‘memaksa’ penerusnya melanjutkan proyek ini dengan alasan sudah terlalu banyak uang yang ditanam di sana. Lagi-lagi, saya berpikir itulah kelicikan Jokowi untuk memaksakan legacy atas sepuluh tahun kekuasaannya. Apalagi, ia juga sukses menyusupkan Gibran di kesuksesan Prabowo memenangi Pilpres 2024.

Saat sampai di kawasan IKN, saya kembali mencoba mengingat kapan kali terakhir berkunjung ke proyek, yang dulu saya lebih suka menyebutnya dengan Monumen IKN ini. Saya ingat betul, awal Februari 2025 saya masih sempat mengunjungi IKN alias sebelum saya meninggalkan tugas dari TribunKaltim. Ada penampakan berbeda dari kala itu denganSabtu (26/7) kemarin, terutama di suasana proyek.

Jika sebelumnya saya masih melihat pekerjaan konstruksi besar, yang terlihat Sabtu kemarin tak lebih dari pekerjaan pemeliharaan dan beberapa proses finishing di sejumlah titik. Kunjungan saya, Sabtu kemarin, sekaligus meralat dugaan saya bahwa IKN dalam posisi mangkrak alias terbengkalai. Yang benar, proyek tersebut masih terawat dan terpelihara dengan baik, meskipun tak ada perkembangan signifikan. 

Ini tentu masuk akal, tak mungkin proyek yang sebagian besardidanai oleh APBN yang konon sudah menelan Rp 77 triliun lebih akan dibiarkan berantakan. Jumlah pekerja konstruksi juga sudah berkurang cukup banyak, yang terlihat dominan adalah petugas perawat taman, petugas kebersihan, dan penjaga keamanan yang masih berjaga di sejumlah simpang utama. 

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved