Demi keselamatan yang terancam, penduduk satu dusun memutuskan hengkang dari tempat tinggal mereka.
Tanah yang selama ini jadi tumpuan hidup sudah tidak lagi bersahabat bagi mereka.
Mereka terpaksa meninggalkan tanah kelahiran yang menyimpan sejuta kenangan, juga harapan yang sempat dilambungkan.
Warga satu dusun tanpa kecuali harus direlokasi untuk menghindari marabahaya yang lebih besar.
Jika mereka tetap bertahan, mungkin bukan hanya dusun yang lenyap, tapi juga kehidupan di dalamnya ikut terancam.
Sejak saat itu, dusun itu ditinggalkan. Penduduk dusun Kalitengah mendirikan pemukiman di lahan baru lain dusun.
Mereka memulai kehidupan baru di tempat yang lebih aman dari ancaman longsor.
"Pindah semua satu dusun,"katanya
Kini, jejak keberadaan Dusun Kalitengah nyaris tiada.
Pemukiman yang dulu padat penduduk telah menjelma menjadi perkebunan salak atau tanaman pertanian lainnya.
Di lahan dusun yang kini menjadi perkebunan sepi itu, masih berdiri sebuah rumah penduduk berbahan kayu.
Rumah itu dihuni oleh satu Kepala Keluarga (KK), Ahmad Khoirulloh, satu-satunya keluarga yang menghuni wilayah tersebut.
Entah alasan apa yang membuatnya memilih bertahan tinggal dan hidup terisolasi dari penduduk lain yang sudah lama meninggalkan dusun mereka.
Sementara tanah di sekitar tempat tinggal itu terus bergerak dan membawa teror.
Di bawah gubuk sederhana itu, sekitar 20 meter, tanah telah merekah dan sempat mengeluarkan api dari dalam. Tetapi keluarga itu masih tetap bertahan.