Laporan Wartawan Tribun Jateng, Rifqi Gozali
TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Gambaran kemiskinan terpatri pada seorang anak berusia 15 tahun asal Kudus, Jawa Tengah bernama Slamet Daryanto.
Di usia yang semestinya dia duduk di bangku sekolah, dia malah bekerja demi membantu penghasilan keluarga.
Di bekas bangunan gudang yang terletak di RT 1 RW 4 Desa Pasuruan Lor, Kecamatan Jati, Kudus, Slamet Daryanto tinggal bersama ibu dan neneknya yang sudah berusia 70 tahun.
Bangunan kurang layak tersebut ditinggali sejak enam tahun terakhir. Bangunan itu bukan milik mereka.
Tarif Rp 200 ribu dibayarkan per bulan kepada pemilik bangunan sebagai ongkos kontrak mendiami bekas gudang.
• Curah Hujan Di Kudus Tinggi, Elevasi Permukaan Air Bendungan Logung Dinilai Lebih Cepat
Di tempat yang berukuran sempit itu disulap menjadi rumah tinggal.
Sekat papan tripleks dipasang ruang tengah untuk memisahkan kamar dan ruang tamu.
Di sebelah ruang tamu terdapat ruang untuk keluarga dan dapur.
Tidak nyaman memang, namun himpitan ekonomi membuat mereka terpaksa harus tinggal di tempat itu.
Saat ayah Riyan, sapaan Slamet Daryanto, masih hidup, ekonomi ditopang olehnya sebagai kepala keluarga.
Namun kondisi kian memburuk pada 2016 saat ayahnya meninggal.
Hingga akhirnya setahun kemudian, Riyan memutuskan untuk mengakhiri sekolahnya.
Saat itu dia duduk di bangku kelas VIII SMP.
"Dia malu kalau harus bayar SPP telat terus," kata ibu Riyan, Andri Dwi Astuti (46), saat ditemui di tempat tinggalnya, Senin (7/1/2019).