Malu Sering Terlambat Bayar SPP, Anak Yatim Di Kudus Putus Sekolah Lalu Jualan Gandos

Penulis: Rifqi Gozali
Editor: suharno
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Slamet Daryanto saat menjual gandos di Jalan Nitisemito, Senin (7/12/2019).

Kini sudah dua bulan terkahir Riyan menghabiskan waktunya dengan berdiam diri di rumah.

Saat sore, dia mulai bergegas menuju Jalan Nitisemito untuk berjualan kue gandos.

Berjualan kue olahan santan dan kelapa itu dilakoninya sejak dua bulan belakangan.

"Dia berhenti sekolah karena tidak ada biaya. Maka saya sarankan untuk bekerja, biar dia tidak terjerumus ke lingkungan yang kurang baik," kata Dwi.

Pilihan Riyan untuk berjualan kue gandos bukan tanpa alasan.

Rumah Menyerupai Tumpukan Batu Ini Harganya Rp 21,3 Miliar

Menurutnya, berjualan tidak butuh ijazah pendidikan.

Karena tak ada modal, akhirnya dia statusnya sebagai buruh orang lain untuk menjualkan kue gandos.

Dia mendapat upah per hari rata-rata Rp 30 ribu. Dia berjualan sejak pukul 16.00 WIB, setelah magrib biasanya dia baru mengakhirinya.

"Tergantung hasil jualan, kalau ramai saya dapat upah sampai Rp 40 ribu. Kalau sepi ya dapat Rp 20 ribu. Rata-rata dapatnya Rp 30 ribu," kata Riyan.

Ibunya kini bekerja sebagai buruh rumah makan. Dia harus bekerja sejak pukul 05.00 WIB sampai pukul 13.00 WIB.

Selanjutnya sore hingga malam dia harus kembali ke warung sampai petang untuk kembali melanjutkan pekerjaan.

Tempo waktu bekerja siang malam itu, dia hanya mendapat upah Rp 40 ribu per hari.

Kebutuhan itu dirasa kurang karena harus menanggung utang yang ditinggalkan oleh suaminya.

"Hasil upah jualan gandos saya berikan sebagain untuk kebutuhan rumah," kata Riyan.

Keinginannya kembali mengenyam pendidikan oleh Riyan kian jauh.

Halaman
123

Berita Terkini