TRIBUNJATENG.COM - Keduanya sama-sama berwarna putih dan tipis seperti rambut.
Tampilan yang mirip ini kadang mengecoh pembeli yang kurang paham perbedaan bihun dengan soun.
Kadang, bihun dan soun malah tertukar-tukar.
Ketika memesan semangkuk bakso, misalnya, ada saja yang meminta tambahan “bihun” walaupun yang ia maksud sebetulnya “soun”.
Akhirnya, masyarakat kerap terjebak dalam penyeragaman keduanya sebagai “mi putih”.
Perbedaan mendasar antara bihun dengan soun terletak pada bahan bakunya.
Jika mengikuti pakem awal, bihun dibuat menggunakan tepung beras, sedangkan soun merupakan hasil pengolahan tepung kacang hijau atau umbi-umbian.
Perbedaan ini terlacak dari segi asal-usul kata.
Secara khusus, penyebutan “bihun” rupanya mendeskripsikan bahan bakunya.
Menurut Aji Bromokusumo, pemerhati kuliner peranakan China, bihun dibentuk dari kata “mi fen” yang secara harafiah berarti tepung beras.
Bihun yang dibuat dari tepung beras membuat teksturnya agak getas dan mudah patah, entah saat masih mentah maupun matang.
Sementara itu, soun berakar dari kata “xi fen” yang bermakna mi langsing, tanpa mengandung asal-usul bahan bakunya.
Namun, sesuai pakemnya, kebanyakan soundibuat dari pati kacang hijau.
Ini sebabnya, kadangkala Anda menjumpai soun berwarna hijau kebiru-biruan di gerobak pedagang kaki lima.
soun mentah cukup lentur sehingga tidak mudah dipatahkan.