27 Hari Jelang Pemilu, Fahri Hamzah: Biarkan Rakyat Berpesta, Aparat Jaga Jarak

Penulis: Ardianti WS
Editor: abduh imanulhaq
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Fahri Hamzah

TRIBUNJATENG.COM- Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah berharap agar seluruh aparat birokrasi sipil, POLRI dan TNI serta penyelenggara pemilu tetap netral dalam pemilu 2019.

Hal itu Fahri Hamzah sampaikan melalui akun Twitter @Fahrihamzah pada Selasa (19/3/19).

Fahri meminta agar penyelenggara pemilu tetap netral demi NKRI.

Menurutnya, aparat harus jaga jarak agar rakyat bisa berpesta demokrasi.

Ia lantas menegaskan baik petanahan maupun opisisi harus memiliki etika.

Fahri lantas menceritakan bahwa dahulu raja-raja memperebutkan kekuasaan dengan menghalalkan segala cara hingga membuta perang saudara.

24 Tahun Meninggalnya Nike Ardilla, Setiap Hari Sebuah Resto di Sulawesi ini Hanya Memutar Lagunya

Walau Kecewa, Manajemen PSIS Apresiasi Perjuangan Anak Asuh Jafri Sastra di Piala Presiden

Link Live Steaming ILC TVone Selasa 19 Maret 2019 Pukul 20.00 WIB: OTT Romy, Ketua Umum PPP

Mahfud MD Berjanji Akan Terus Berkampanye, Soal Apa?

Maka dari itu, Fahri berharap agar penyelenggara pemilu bersikap adil.

Berikut cuitan Fahri Hamzah yang dirangkum TribunJateng.com:

"#PetisiDanHimbauanRakyat: Memohon kerelaan hati agar seluruh aparat birokrasi sipil, POLRI dan TNI serta penyelenggara pemilu agar netral dalam pemilu 2019 ini agar NKRI kita selamat... Ini #27HariMenujuTPS momen krusial, biarkan rakyat berpesta, aparat jaga jarak.

Meski kita hidup dlm demokrasi setelah amandemen ke-4 UUD 1945 kita tuntaskan, tapi apa yg dilakukan oleh petahana tetap kita sebuah sebagai “mempertahankan kekuasaan” dan apa yang dilakukan penantang kita sebut sebagai “merebut kekuasaan”. Keduanya hrs dilakukan dengan etika.

Dalam demokrasi, semua tindakan kita tidak saja harus berdasarkan hukum, tetapi juga harus berdasarkan Etika. Petahana harus mempertahankan kekuasaannya secara etis dan penantang harus merebut kekuasaan juga scr etis. Etika-lah yg membuat bangsa ini tenang meski sedang “perang”.

Dahulu kala, sebelum ada negara bangsa, raja2 dan penguasa mempertahankan kekuasaan dengan kejam dan menghalalkan segala cara. Lalu hal itu, membuat rakyat memberontak dan menggalang pembangkangan juga dengan segala cara. Situasi ini kita sebut perang sipil. Perang saudara.

Perang saudara atau sering juga disebut Civil War, atau perang warga sipil atau perang madani, bukan perang antar negara, tapi perang faksi2 dalam negara. Ada banyak contohnya, hampir semua negara besar pernah mengalaminya. Ini adalah sengketa antar kelompok.

Perang sipil bukan fenomena sebelum abad 21 saja. Sepuluh tahun memasuki abad ini, tahun 2010 kita menyaksikan peristiwa Arab spring di Tunisia, atau pemberontakan Arab yang tidak saja melahirkan gelombang unjuk rasa tapi juga perang sipil di banyak negara Arab.

Di antara sebab yang sangat menonjol dari perang sipil adalah karena rasa tidak percaya kepada penguasa; apabila penguasa mulai nampak tidak bisa dipercaya, hukum berat sebelah, membela kawan dan menekan lawan, tebang pilih dan pilih kasih. Intinya hilang etika.

Halaman
12

Berita Terkini